hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Pontianak, Keniscayaan Visi Kota Pariwisata Sungai

Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Ia melintasi lima kawasan. Berawal di Putussibau, lalu Kabupaten Sintang, Sekadau, Sanggau, dan berakhir di Kota Pontianak. Wajar jika Pontianak mengemban visi sebagai kota dengan pariwisata sungai.

DARI 13 negara yang dilalui garis khatulistiwa, Indonesia salah satunya. Di Indonesia sendiri garis lintang khayal dengan nilai 0 derajat itu melintas di tujuh provinsi: Riau (Pangkalan Lesung, Lipat Kain); Kepri (Tanjung Teludas); Sumbar (Pasaman Barat, Bonjol, Koto Alam), Kaltim (Santan Hulu); Kalbar (Pontianak); Sulteng (Tinombo Selatan); dan Maluku Utara (Kayoa).

Selain dikenal sebagai Kota Khatulistiwa, Pontianak juga memiliki julukan Kota Seribu Parit dan Kota Bersinar. Kota seluas 107,82 km²ini dihuni 672.440 jiwa pada tahun 2021. Di utara Kota, tepatnya Siantan, terdapat Tugu Khatulistiwa. Monumen penanda itu, sebagaimana juga bisa dijumpai di Pasaman Barat, Sumatera Barat, dibangun di titik yang dilintasi garis khayal ekuator tersebut.

Dua kali dalam setahun masyarakat menyambut fenomena alam unik di sekitar tugu: menghilangnya bayangan benda yang berdiri tegak lurus di bawah sorot matahari. Istilahnya kulminasi matahari. Kejadiannya berulang setiap tanggal 21–23 Maret dan 21—23 September. Momen langka ini menarik wisatawan. Pemerintah memasukkan Kulminasi Matahari ke dalam salah satu dari 110 Kharisma Event Nusantara.

Tugu Khatulistiwa dibuat pada masa pemerintahan Hindia Belanda sebagai penanda titik nol derajat garis khatulistiwa. Pada tahun 1928, tugu equator mulai dibangun dengan bentuk sederhana, yaitu berupa patok dengan tanda panah di atasnya. Penentuan garis equator dilakukan oleh ahli geografi asal Belanda. Lalu disempurnakan pada 1930 dengan mengganti tanda-tanda dengan lingkaran.

Pada 1938, penyempurnaan tugu dilakukan oleh arsitek bernama Silaban. Pada bagian plat bawah anah panah ini tertera 109 20′ 00” OLVGR. Secara geografis, letak Kota Pontianak berada pada 0 02′ 24″ Lintang Utara sampai 0 05′ 37″ Lintang Selatan dan 109 16′ 25″ Bujur Timur sampai 109 23′ 01″ Bujur Timur.

Kota Pontianak didukung oleh keanekaragaman budaya penduduk Pontianak, yaitu Dayak, Melayu, dan Tionghoa. Suku Dayak memiliki pesta syukur atas kelimpahan panen yang disebut Gawai. Masyarakat Tionghoa punya kegiatan pesta tahun baru Imlek, Cap Go Meh, dan perayaan sembahyang kubur (Cheng Beng atau Kuo Ciet) yang memiliki nilai atraktif khsusunya bagi turis asing.

Festival meriam karbit lazim digelar di berbagai wilayah Kalimantan Barat. Di Kota Pontianak, lokasinya di pesisir Sungai Kapuas. Meriam karbit berukuran besar, dengan diameter hamper 1 meter, diledakkan dan menciptakan suara menggelegar. Di masa Orde Baru festival ini sempat dilarang.

Kota seluas 107,82 km² ini dilalui oleh Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Kedua sungai itu diabadikan dalam lambang Kota. Adapun nama Pontianak, menurut sebagian orang, berasal dari Ayunan Anak yang berada di sekitar Masjid Jami. Legenda lain menyebutkan Pontianak berasal dari kata pohon punti. Pohon punti atau pohon ponti artinya adalah pohon-pohon yang tinggi. Pada masa lalu, Kalimantan dikenal memiliki pohon-pohon tinggi yang besar.

Wajar jika Pontianak mengemban visi sebagai kota dengan pariwisata sungai. Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Ia melintasi lima kawasan. Hulunya di Putussibau, lalu Kabupaten Sintang, Sekadau, Sanggau, dan berakhir di Kota Pontianak. Panjangnya 1.143 km dengan lebar 70-150 meter. Sungai ini jadi habitat bagi lebih 700 jenis ikan dengan sekitar 12 jenis ikan langka dan 40 jenis ikan yang terancam punah. Potensi perikanan air tawar di sungai Kapuas sekitar 2 juta ton.

PEMKOT Pontianak didaulat menjadi kota terbaik dalam Penghargaan Pembangunan Daerah Tingkat Provinsi Kalimantan Barat tahun 2023. Pontianak otomatis akan maju ke tingkat nasional. Penghargaan tersebut diserahkan Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Bappenas RI, Bogat Widyatmoko kepada Kepala Bappeda Kota Pontianak Sidig Handanu yang mewakili Wali Kota Pontianak.

Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan penghargaan ini merupakan bukti keterpaduan pelaksanaan pembangunan di Kota Pontianak. Baik itu keberhasilan dalam menyiapkan perencanaan, pelaksanaan, dan pencapaian pembangunan daerah, juga keselarasan dengan program pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. “Ini artinya, apa yang direncanakan sejalan dengan implementasi juga capaian dalam pembangunan,” katanya.

Wali Kota Edi Kamtono memaparkan soal kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi salah satu indikator penting dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tahun 2022 IPM Kota Pontianak di angka 80,48 persen, meningkat 0,55 poin dibanding IPM tahun sebelumnya yakni 79,93. Nilai itu mengantarkan Kota Pontianak dengan IPM tertinggi di Provinsi Kalbar dan peringkat kelima tingkat kota se-Kalimantan.

“IPM kita konsisten paling tinggi di Kalbar. Saya optimis, IPM Pontianak bisa masuk tiga besar se-Kalimantan,” ujarnya. Peningkatan di bidang pendidikan turut memberi andil dalam mendongkrak IPM. Rerata lama sekolah juga mengalami peningkatan di tahun 2022 tercatat 10,44 tahun, meningkat 0,01 poin dibanding tahun 2021. “Artinya rata-rata lama sekolah di Kota Pontianak selama kurun waktu tujuh tahun terakhir menunjukkan tren meningkat,” tutur Edi.

Demikian pula jumlah penduduk miskin di Kota Pontianak tahun 2022 mengalami penurunan dengan angka 4,46 persen, dari tahun sebelumnya yang berada di angka 4,58 persen. “Pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak sebesar 4,98 persen, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 4,60 persen,” ujarnya.

Capaian nilai Indeks Infrastruktur adalah 85,03. Angka ini melampaui target sebesar 79,22 atau naik 5,41 poin.

Pontianak didirikan sebagai pelabuhan perdagangan di Pulau Borneo, menempati area seluas 118,31 km² di delta Sungai Kapuas pada titik dimana ia bergabung dengan anak sungai utamanya, Sungai Landak. Pusat kota kurang dari 3 km selatan khatulistiwa. Pontianak adalah kota terpadat ke-26 di Indonesia, dan kota terpadat kelima di pulau Kalimantan; setelah Samarinda, Balikpapan, Kuching dan Banjarmasin; dengan populasi hampir 700.000 jiwa pada 2021.●(Zian)

pasang iklan di sini