Sukses yang telah dicapai hari ini sungguh tidak mudah bagi Nurhayati Subakat. Jalan panjang nan sulit telah dilalui sebelum akhirnya ia mampu mendirikan kerajaan bisnisnya yang kini mendunia, PT Paragon Technology and Innovation (Paragon) produsen kosmetik Wardah.
Nurhayati dan Wardah adalah dua rangkai kata tak terpisahkan dalam perjalanan industri kosmetik dalam negeri. Nilai lebihnya, melalui Wardah pula kita dikenalkan pada kosmetik berlabel halal yang secara spesifik menyasar pasar kaum perempuan muslim berhijab.
Tetapi kisah perjalanan Nurhayati bersama kosmetik halalnya tidaklah mulus, ia telah menempuh jalan berliku dan jatuh bangun mempertahankan eksistensi.
Perempuan minang lulusan Farmasi ITB tahun 1975 ini, memulai peruntungan-nya di ibukota Jakarta dengan bekerja di sebuah perusahaan kosmetik terkenal. Kariernya terbilang cemerlang di perusahaan tersebut sehingga ia diminta untuk bekerja full time. Tawaran itu dilematis, karena sulit baginya membagi pekerjaan dengan mengurusi tiga orang anaknya yang masih butuh perhatian dan kasih sayang orang tua.
Akhirnya ia resign dan bersama suaminya Subakat Hadi pada 1985 mendirikan PT Pusaka Tradisi Ibu, sebuah usaha rumahan yang memproduksi sampo dengan merekrut dua karyawan. Awalnya, produk sampo bermerk Putri itu kurang mendapat tempat di sejumlah warung maupun toko-toko kosmetik. Namun Nuryahati gigih dan tidak ingin menyerah, ditopang pula dengan doanya yang tak putus kepada Allah agar dibukakan jalan yang baik. Seolah mendapat jawab, lima tahun berselang Sampo Putri laris manis. Hampir semua salon di Tangerang memakai produk hair care Putri untuk sampo, creambath dan obat keriting.
Di lima tahun pertama bisnisnya, cobaan berat muncul; pabrik kosmetik miliknya hangus terbakar sehingga ia nyaris bangkrut. Walau sempat terpikir untuk menutup perusahaan, perempuan kelahiran Padang Panjang 1950 ini mencoba bangkit kembali karena ia sadar dipundaknya bertumpu banyak karyawan yang kala itu sudah berjumlah 25 orang.
Keseriusan dan ketekunan dalam membranding kosmetik khusus bagi kaum muslimah rupanya diikuti bantuan banyak pihak, sehingga pada 1995 ia meluncurkan produk barunya Wardah yang menjadi pionir kosmetik halal di Indonesia.
Ketika bisnisnya terus kian melebar dan membutuhkan personal yang lebih profesioanal, maka pada 2011 Nurhayati mengubah PT Pusaka Tradisi Ibu menjadi PT Paragon Technology and Innovation, ini adalah wujud pengabdian panjang Nurhayati dalam membangun industri kosmetik halal berkelas dunia. Dengan pabrik keduanya di Kawasan Jatake Tangerang seluas 20 hektare, Paragon tidak hanya berproduksi dengan teknologi terkini tetapi juga dengan kapasitas besar yang melibatkan lebih dari 10 ribu karyawan.
Lantaran itu pula, pada 2018 Majalah Forbes mendapuknya kederetan daftar 25 pebisnis yang memiliki dampak besar di dunia bisnis Asia. Tahun 2022 lalu, Forbes kembali menyorong nama Nurhayati Subakat, masuk daftar 50 Wanita Berpengaruh di Asia.
Sejak 2019, setelah lebih dari tiga dasawarsa mengawal perjalanan Paragon menjadi perusahaan kosmetik lokal terbesar di Tanah Air, Nurhayati menyerahkan tongkat kepemimpinannya sebagai CEO Paragon Technology and Innovation kepada ketiga anak-anaknya yang memang mumpuni melanjutkan estafet kepemimpinan orang tuanya. Ia merasa sudah cukup berjalan di depan dan kini hanya sebagai pengayom yang duduk sebagai komisaris utama.
Pertolongan Allah
Dalam beberapa pernyataan dengan media massa, Nurhayati acap kali menyinggung besarnya andil masyarakat di sekitarnya dan juga campur tangan Tuhan dalam perjalanan bisnisnya. Jika dalam matrix pemasaran dikenal istilah Marketing Mix 4 P, yaitu Product, Price, Promotion dan Place, maka Nurhayati menambah dengan 1 P lagi, yaitu Pertolongan Allah. P yang satu ini diyakini sebagai kunci sukses perusahaan.
Dalam perjalanan bisnisnya Nurhayati mengaku banyak kejadian yang merupakan Pertolongan Allah. Mulai dari adanya bantuan tetangga yang menawarkan produknya ke salon-salon, bantuan kenalan baik yang meminjaminya rumah setelah kebakaran, masih dipercaya pemasok meski berutang, kedatangan tamu dari pesantren yang memberinya ide membuat produk muslim, penjualan yang meningkat saat krismon 1998, hingga bergabungnya next gen saat perusahaan mengalami kesulitan. Semua itu dianggapnya sebagai pertolongan Allah.
Selain keajaiban Pertolongan Allah yang berada di luar jangkauan nalarnya, ada sejumlah nilai bisnis yang diterapkan Nurhayati guna melanggengkan eksistensi Paragon. Nilai-nilai tersebut bersumber dari ajaran orang tuanya (family values) yang diajarkan sejak ia kecil.
Nilai-nilai yang kemudian menjadi core values Paragon itu antara lain Ketuhanan (Faith in God); Kepedulian (Care); Kerendahan hati (Humility); Ketangguhan (Grit); dan Inovasi (Innovation).
Lewat program tanggung jawab sosial perusahaannya, Paragon aktif membangun program pergerakan pendidikan seperti Good Leader Good Teacher, Wardah Inspiring Teacher, Wardah Scholarship Program, Semua Murid Semua Guru. Lalu Paragon Innovation Fellowship, Jabar Innovation Fellowship, Lecturer Coaching Movement, Pelatihan Inspiring Lecturer, dan INS Kayu Tanam Restoration. Ia memang tak hanya pebisnis ulung, juga sosok amat peduli dengan Pendidikan. Tak terhitung sudah masyarakat yang diberi beasiswa selama puluhan tahun terakhir ini. (Irsyad Muchtar)