hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Fokus  

Perbankan Tetap Cuan

Lesunya sisi permintaan menjadi penyebab merosotnya kinerja kredit perbankan. Laba bersih industri pun kompak turun dibanding tahun sebelumnya, meski masih positif.

Perlambatan ekonomi yang berujung resesi pada 2020 menyebabkan laju kredit perbankan melemah. Ini karena pelaku bisnis lebih memilih untuk menyelamatkan usahanya ketimbang melakukan ekspansi di tengah ketidakpastian yang masih tinggi. Dalam situasi sulit tersebut, pertumbuhan laba industri perbankan turun, meski masih tetap positif.

Yang menarik, Bank BCA tampil sebagai jawara dalam meraup cuan mengalahkan bank-bank BUMN seperti Bank BRI, Mandiri, dan BNI. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, bank pelat merah selalu unggul.

Perolehan laba BCA pada kuartal III 2020 tercatat sebesar Rp20,04, turun 4,2 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp20,9 triliun. Penurunan ini karena naiknya biaya pencadangan sebesar 160,6 persen menjadi Rp9,1 triliun, dari sebelumnya Rp5,6 triliun.

Penyaluran kredit BCA turun 0,6 persen menjadi Rp581,9 triliun. Tercatat kredit korporasi sebesar Rp252 triliun meningkat 8,6 persen, kredit komersial dan UKM turun 4,9 persen menjadi Rp182,7 triliun. KPR turun 3,1 persen menjadi Rp89,3 triliun dan kredit kendaraan bermotor turun 19,3 persen jadi Rp38,6 triliun.

Pada sisi penyaluran kredit, BCA berfokus untuk membantu nasabah dalam merestrukturisasi kreditnya sejak awal pandemi. Sampai dengan pertengahan Oktober 2020, BCA memproses Rp 107,9 triliun pengajuan restrukturisasi kredit atau sekitar 19% dari total kredit, yang berasal dari 90.000 nasabah. Total kredit yang direstrukturisasi pada akhir 30 September 2020 adalah sebesar Rp90,7 triliun, atau 16% dari total kredit pada semua segmen.

Sementara itu, laba bersih Bank BRI turun 43,05 persen menjadi “hanya” Rp14,11 triliun, dari perioden sama tahun sebelumnya  sebesar Rp24,78 triliun. Penurunan ini sejalan dengan turunnya pendapatan bunga bersih 6,2 persen dari Rp69,86 triliun menjadi Rp57,08 triliun. Beban pencadangan juga mengalami kenaikan 22,5 persen dari Rp15,1 triliun menjadi Rp18,5 triliun. Beban lain-lain naik dari Rp13,7 triliun menjadi Rp16,7 triliun. 

Di tengah kondisi pandemi saat ini, BRI lebih memilih untuk cari selamat dulu daripada menggenjot pertumbuhan laba. Untuk ekspansi, BRI hanya akan fokus mendorong segmen UMKM secara selektif. Sampai akhir tahun, bank ini masih tetap mempertahankan target kredit tumbuh 4%-5%. 

Dari sisi pendapatan bunga bersih serta pendapatan premi secara konsolidasi pada periode tersebut mencapai Rp53,08 triliun, turun 12,79 persen dari sebelumnya Rp60,87 triliun. Sementara itu, pendapatan bunga bersih mencapai Rp56,05 triliun, turun 7,8 persen dari tahun sebelumnya Rp60,8 triliun.

Laba bersih Bank Mandiri juga merosot sebesar 31 persen dari Rp20,25 triliun pada kuartal III 2019 menjadi  Rp14,2 triliun. Ini seiring dengan menurunnya pendapatan bunga bersih sebesar 4 persen menjadi Rp 43,38 triliun dan meningkatnya biaya pencadangan sebesar 52,8% ke Rp15,69 triliun. Sementara Bank BNI mencatatkan laba bersih Rp4,32 triliun atau turun 63,9 persen dari Rp 11,97 triliun di akhir September 2019. Penurunan itu tidak lepas dari penurunan pendapatan bunga bersih dan kenaikan pencadangan. (Dja).

pasang iklan di sini