Di tengah memanasnya dinamika politik dalam negeri menjelang pergantian kabinet dan pelaksanaan Pilgub serentak, kondisi perekonomian nasional memasuki paruh kedua 2024 dari sisi makro ternyata semakin menunjukkan tren perbaikan. Bank Indonesia mengungkapkan penyaluran kredit pada Juli 2024 tumbuh 12,4% secara year-on-year.
Kondisi itu menunjukkan membaiknya fungsi intermediasi perbankan karena pada saat yang bersamaan mobilisasi Dana Pihak Ketiga juga meningkat sebesar 7,72% (year-on-year).
Meningkatnya minat penyaluran kredit tetap terjaga karena didukung pula oleh strategi realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, serta dukungan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial Bank Indonesia.
Laporan tersebut merupakan bagian dari Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Bulan Agustus 2024 yang diumumkan pada Rabu, 21 Agustus 2024.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan untuk memperkuat pendanaan, perbankan juga mengoptimalkan sumber pendanaan selain dari DPK, antara lain melalui penerbitan surat-surat berharga dan pinjaman.
“Kami melihat sisi permintaan juga mendukung pertumbuhan kredit yang bersumber dari permintaan korporasi sejalan dengan kinerja penjualan yang masih kuat,” ujarnya.
Sementara permintaan kredit rumah tangga juga tercatat masih tinggi terutama pada KPR. Pada periode tersebut, pertumbuhan kredit yang tinggi terjadi pada mayoritas sektor ekonomi, terutama pada sektor Industri, Listrik, Gas, dan Air, dan Pengangkutan.
Menurut laporan tersebut, pertumbuhan kredit tersebnut ditopang oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi, yang masing-masing tumbuh sebesar 15,20% (yoy), 11,60% (yoy), dan 10,98% (yoy) pada Juli 2024.
“Kita juga bisa lihat bahwa pembiayaan syariah dan kredit UMKM juga tumbuh masing-masing sebesar 11,75% (yoy) dan 5,16% (yoy),” ujarnya.
Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2024 berada pada batas atas kisaran 10%-12%.
Di sisi lain, RDG BI juga menyimpulkan bahwa pertumbuhan kredit pada Juli 2024 tersebut diikuti oleh likuiditas perbankan yang tetap memadai. Ini tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga yang mencapai 25,56%. Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan sebesar 26,09% sehingga dapat menyerap risiko dan mendukung pertumbuhan kredit.
Kinerja Tumbuh
Senada dengan itu, kredit yang disalurkan industri perbankan hingga paruh pertama 2024 juga menunjukkan trend pertumbuhan secara signifikan.
Hingga Semester I/2024, Bank Mandiri membukukan pertumbuhan penyaluran kredit secara meyakinkan. Realisasi penyaluran kredit konsolidasi Bank Mandiri mencapai Rp 1.532 triliun pada paruh pertama 2024, tumbuh 20,5% secara year on year (yoy).
Begitu pula dengan Bank Central Asia yang membukukan peningkatan total kredit sebesar 15,5% (yoy) menjadi Rp 850 triliun per Juni 2024.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) periode yang sama juga membukukan pertumbuhan kredit sebesar 11,7% year on year (yoy), atau menjadi Rp727 triliun.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengungkapkan meningkatnya kinerja kredit tidak lepas dari stabilnya perekonomian nasional di tengah ketidakpastian kondisi global, serta operating environment yang membaik bagi perbankan, terutama sejak BI memberikan insentif pelonggaran atas kewajiban pemenuhan giro wajib minimum.
Laju kredit BNI ditopang strategi ekspansi yang dilakukan ke segmen-segmen berisiko rendah, seperti korporasi blue chip, baik swasta maupun BUMN, kredit konsumer, dan kontribusi perusahaan anak.
Pada periode yang sama, Maybank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit sebesar 11,9%, mencapai Rp123,03 triliun dibandingkan Rp109,97 triliun tahun lalu.
Pertumbuhan kredit itu dikontribusikan oleh Kredit Global Banking yang tumbuh 12,6% menjadi Rp45,64 triliun, Kredit segmen Large Local Corporate (LLC) Global Banking tumbuh 17,0%, dikontribusi oleh pembiayaan untuk large local corporations. Sementara kredit untuk segmen grup Financial Institutions (FIG) naik 59,1% menjadi Rp15,68 triliun didorong pembiayaan jangka menengah.
Begitu pula dengan Bank Rakyat Indonesia yang juga membukukan pertumbuhan kredit 11,2% secara tahunan (yoy) per Juni 2024 menjadi Rp 1.336,78 triliun (konsolidasi).
Menurut Direktur Utama BRI Sunarso sebanyak 81,95% di antaranya total kredit yang disalurkan atau Rp 1.095,64 triliun diserap oleh segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Pertumbuhan kredit dua digit ini merupakan bentuk komitmen Bank untuk mendorong lapangan pekerjaan pada segmen UMKM,” ujarnya.
Secara keseluruhan, pertumbuhan kredit rata-rata industri perbankan nasional pada semester I/2024 tumbuh sebesar 12,36% (yoy).
Trend ini menunjukkan bahwa fungsi intermediasi terus menunjukkan tanda-tanda penguatan. Semoga saja geliat ekonomi ini dapat semakin meluas dampaknya hingga dapat dirasakan sampai ke setiap entitas ekonomi. (drp)