GARUT—-Dalam lima tahun mendatang Pemprov Jabar menargetkan mampu memenuhi kebutuhan pangan untuk hampir lima puluh juta warganya secara mandiri dan tidak impor dari provinsi lain.
Demikian diungkapkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil usai menghadiri penyaluran KUR peternakan di Garut, Sabtu (09/02/2019).
Menurut pria yang karib disapa Emil ini kebutuhan daging sapi saja di Jabar per tahunnya mencapai 130 ribu ton.
“Saat ini baru terpenuhi dari peternak Jabar sebesar 46 ribu ton. Kebutuhan telur pun baru mencapai 172 ribu ton dari 500 ribu ton total kebutuhan,” ucap dia.
Dengan demikian ada peluang bisnis 80 ribu ton sapi lagi dan dijamin akan dibeli.
“Sebelumnya untuk memenuhi kekurangan itu Jabar impor dari provinsi lain, itu baru sapi,” kata dia.
Menurut Emil kekurangan tersebut merupakan peluang bisnis besar yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat tak terkecuali kaum milenial untuk menjadi pengusaha bidang peternakan. Dia menyarankan masyarakat memanfaatkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) peternakan dari bank yang sudah ditunjuk Kemenko Perekonomian yaitu Bank BRI, BNI, Mandiri dan BJB.
“Saya ingatkan masyarakat bahwa peluang bisnis peternakan sangat besar. Mari jadi pengusaha yang kesempatannya ada di depan mata. Setelah itu lalu kami sambungkan dengan pemilik modal yaitu perbankan,” ujar Emil.
Debitur KUR khusus peternakan di Jabar meningkat setiap tahunnya. Dengan begitu swasembada pangan peternakan dapat terwujud dimasa kepemimpinannya.
“Saya punya cita-cita kebutuhan pangan 50 juta warga Jabar harus bisa disuplai oleh diri sendiri. Dalam 5 tahun Insha Allah kita akan swasembada peternakan,” pungkasnya.
Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Joko Waluyo, saat acara penyaluran KUR peternakan mengatakan, program KUR peternakan terbukti membantu peternak dalam mengakses pembiayaan. Tahun 2018 lalu pemerintah menyiapkan plafon KUR sebesar Rp 14,4 Triliun dengan jumlah debitur 687 ribu orang.
“Secara nasional khusus KUR peternakan mencapai Rp 14,4 Triliun dengan jumlah debitur 687 ribu,” kata Joko.
Khusus untuk Jabar KUR umum yang sudah tersalurkan sebesar Rp 42,2 Triliun dengan debitur 1.9 juta orang. Sedangkan KUR khusus peternakan mencapai Rp 437 Milyar dari jumlah debitur 17.525 orang.
“Potensi peternakan di Jabar itu besar jadi peternak maupun UKM harus bisa lebih mengakses KUR ini,” ujarnya.
Dalam perkembangannya, program KUR telah mengalami beberapa perubahan baik regulasi maupun skema yang salah satunya adalah penurunan tingkat suku bunga. Joko mengungkapkan, awalnya tahun 2015 suku bunga KUR diangka 12 persen. Kemudian 2017 bunga yang dikenakan 9 persen dan tahun 2018 sampai saat ini turun lagi menjadi 7 persen.
“Pemerintah juga menetapkan perubahan skema yang lebih memprioritaskan pada sektor produksi salah satunya peternakan,” tutup dia.
Tercatat dari tahun 2015 sampai 2018 plafon KUR yang sudah tersalurkan kepada 13,8 juta debitur sebesar Rp 333 Triliun. Penurunan suku bunga menjadi 7 persen menjadi faktor bertambahnya angka tersebut.
“Penurunan suku bunga merupakan komitmen pemerintah dalam membayar subsidi bunga. Subsidi bunga yang dibayarkan pemerintah pada tahun 2015 baru Rp 39 Milyar, tahun 2016 Rp 3,7 Triliun dan tahun 2018 sudah mencapai Rp 11,6 Triliun,” tutur Joko.