BOGOR-—Pemerintah Kota Bogor sedang membuat konsep moda transportasi berbasis rel. Rencana ini menyusul Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mewacanakan Lintas Rel Terpadu (LRT) masuk Kota Bogor. Trem ini nantinya menjadi feeder dari LRT.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengungkapna, berdasarkan kajian sementara, akan ada delapan stasiun trem yang mengelilingi pusat kota. Moda transportasi ini akan menghubungkan Terminal Baranangsiang, Stasiun akhir LRT, Stasiun Paledang, hingga Stasiun Bogor.
“Rencananya ada delapan stasiun, Lawang Suryakencana, Mall BTM, Jalan Paledang, Alun-alun Bogor, Jalan Pengadilan, Lapangan Sempur, Mall Lippo Keboen Raya, dan Mall Botani Square,”ujar Dedie, Kamis (22/8/19).
Dia juga mengatakan, Pemkot Bogor juga mengusulkan kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) agar rute LRT bisa mengelilingi Kebun Raya Bogor sebelum berakhir di stasiun Baranangsiang. Hanya saja, opsi tersebut dimentahkan dengan alasan memerlukan biaya yang relatif mahal.
“Kemudian ada pilihan kedua yaitu transportasi berupa monorel. Tapi, itu pun masih terlalu mahal, kemudian trem pilihan yang paling ideal,” tutur dia.
Dedie menyebutkan dengan beberapa jenis moda transportasi berbasis rel akan memecah kepadatan di pusat kota. Pasalnya, kini mobilitas masyarakat dari Bogor ke Jakarta terpusat di Stasiun Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor.
Berdasarkan penelitiannya bahkan dari rata-rata 280 ribu penumpang KRL per hari, sebanyak 200 ribu penumpang bergerak dari arah Bogor menuju Jakarta. Sedangkan arah sebaliknya hanya 80 ribu penumpang.
Dedie berharap dengan sistem transportasi berbasis rel berbahan bakar listrik ini juga akan mengurangi pencemaran udara di pusat kota.
BPTJ bersama Pemkot Bogor resmi menetapkan wilayah Baranangsiang Kota Bogor sebagai stasiun akhir LRT. Menurut Kepala BPTJ, Bambang Prihartono, pemilihan lokasi di area yang kini difungsikan sebagai terminal bus itu karena tempat tersebut akan dijadikan Transit Oriented Development (TOD) oleh Pemkot Bogor.
“LRT ujungnya
harusnya ada di Baranangsiang. Kalau
bicara TOD jangan diartikan hanya developer seperti biasa, justru pola
transitnya yang paling penting,”
cetus Bambang.