hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Pembelian Lithium Tesla Lecehkan Posisi Indonesia

Perlu dicermati dengan seksama materi kontrak kerja sama pembangunan pabrik pengolahan nikel kedua perusahaan Cina: apakah posisi mereka menunjukkan tindakan wanprestasi atau ada unsur manipulasi dan korupsi serta kolusi.

KESEPAKATAN Tesla dengan dua perusahaan Cina yang berdiri di Indonesia, Zhejiang Huayou Cobalt Co. dan CNGR Advanced Material Co., sangat melecehkan posisi RI. “Penandatanganan kontrak pembelian nikel antara Tesla dan dua supplier asal Cina ini jelas melecehkan posisi Indonesia sebagai pemilik sumber daya mineral atau bahan bakunya. Seharusnya ada klausul pelarangan menjual kembali komoditas nikel ini kepada pihak lain,” kata Ekonom Konstitusi, Defiyan Cori.

Secara ekonomi, Pemerintah Indonesia jelas dirugikan atas selisih harga jual penjualan dengan harga pokok produksi komoditas nikel. “Seharusnya, potensi nilai tambah produksi dari hasil penjualan itu bisa lebih besar diperoleh di Tanah Air, dibandingkan dengan penjualan ke Tesla,” ucap Defiyan.

Karenanya, perlu dicermati dengan seksama materi kontrak kerja sama pembangunan pabrik pengolahan nikel antara Pemerintah RI dan kedua perusahaan Cina tersebut, apakah posisi mereka menunjukkan tindakan wanprestasi atau ada unsur manipulasi dan korupsi serta kolusi dengan pejabat penandatanganan kontraknya.

Perusahaan otomotif milik Elon Musk, Tesla Inc., telah meneken kontrak pembelian nikel yang dipasok oleh dua perusahaan Cina, yakni Zhejiang Huayou Cobalt Co dan CNGR Advanced Material Co. Kedua perusahaan ini telah mendirikan pabriknya di Indonesia. Nantinya nikel ini akan dipasok dari Morowali, Sulteng, untuk memenuhi kebutuhan baterai lithium pesanan Tesla.

Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menyebut Tesla Inc. membeli nikel bernilai sekitar US$5 miliar atau setara Rp74,5 triliun (asumsi kurs Rp14.901 per dolar AS) dari dua perusahaan asal Cina itu,” ujar Koordinator Jatam, Melky Nahar.

Zhejiang Huayou merupakan perusahaan yang bergerak dalam penelitian, pengembangan, dan pembuatan bahan baterai lithium energi baru dan produk bahan baru kobalt. Sedanmgkan CNGR Advanced Material itu anak perusahaan Hunan CNGR Holding Group Co., Ltd., yang berfokus pada penyedia layanan profesional dan komprehensif bahan energi canggih untuk baterai lithium.

Menurut Melky, kesepakatan Tesla dengan dua perusahaan asal Cina ini bertentangan dengan aturan dan atau kesepakatan yang dibuatnya sendiri, yaitu menerapkan secara ketat terkait aspek Environmental Social and Governance (ESG) dalam berinvestasi.

“Klaim Tesla September 2020 yang akan menerapkan praktik bisnis yang tidak mencemari lingkungan sekaligus memperhatikan aspek sosial adalah pepesan kosong,” kata dia. Nyatanya, di balik transaksi bisnis Tesla dengan Zhejiang Huayou dan CNGR Advanced Material itu terdapat derita rakyat dan lingkungan yang rusak.

CNGR Advanced Material, yang menjalin kesepakatan bisnis dengan raksasa nikel Tsingshan Holding Group (Cina), secara tidak langsung berkontribusi pada penghancuran ruang hidup warga di Morowali, Sulawesi Tengah dan Weda, Halmahera Tengah, Maluku Utara.

Tsingshan Group (Tiongkok) dan PT Bintang Delapan Group (Indonesia) merupakan pendiri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). “Aktivitas Bintang Delapan telah memicu banjir bandang, menyebabkan dua orang meninggal, ratusan rumah penduduk dan bangunan pemerintah, serta fasilitas umum rusak parah di tiga desa Morowali: Desa Dampala, Le Le, dan Siumbatu, pada 8 Juni 2019,” kata Melki.

Selain itu, aktivitas IMIP juga memicu terjadinya pencemaran air laut di wilayah Desa Kurisa, Bahodopi. Karena menggantungkan kebutuhan listriknya dari PLTU batu bara, “Warga di Desa Fatufia, lokasi PLTU PT IMIP, terpapar debu dari stockpile batu bara berbentuk butiran halus hitam yang bertebaran sampai ke rumah-rumah warga,” kata Melky Nahar.●(Zian)

pasang iklan di sini