Penyaluran kredit yang meningkat dan semakin efisiennya pengelolaan operasional menjadi faktor utama terjaganya profitabilitas industri perbankan.
Di tengah kondisi makro ekonomi yang cukup menantang seperti deflasi dan berkurangnya jumlah kelas menengah , industri perbankan masih tetap bertaji. Ini dibuktikan dengan perolehan laba yang terus tumbuh sampai dengan kuartal III 2024. Panen laba itu merata terjadi di bank bermodal besar, menengah sampai bank kecil.
Kinerja empat bank jumbo yang menguasai pangsa pasar perbankan di tanah air yakni BRI, Mandiri, BCA, dan BNI mampu membuat para pemegang saham tersenyum. Pasalnya, pencapaian laba menanjak dibanding periode sama tahun sebelumnya. Ini sejalan dengan laju penyaluran kredit yang terjaga.
Laba Bersih BRI Tembus Rp45,36 Triliun
Secara konsolidasi, pada kuartal III-2024, BRI membukukan laba bersih periode berjalan sebesar Rp45,36 triliun, tumbuh 2,59% secara tahunan (yoy) dibanding setahun sebelumnya sebesar Rp44,21 triliun. Laba bersih ini ditopang dari pendapatan bunga bersih sebesar Rp107,75 triliun, naik 4,6% yoy dari periode sama tahun lalu Rp103,01 triliun.
Bank jawara penyaluran kredit UMKM itu juga sukses mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp1.353,36 triliun, tumbuh 8,21% secara tahunan. Seiring kredit yang meningkat, BRI yang dipimpin Sunarso juga mampu menjaga kualitasnya dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross sebesar 3,04% dan NPL net sebesar 0,84%.
Total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.362,42 triliun, tumbuh 5,59% secara tahunan dari setahun sebelumnya Rp1.290,28 triliun. Perolehan DPK didominasi dari dana murah atau CASA sebesar 64,17% yang berdampak pada terjaganya cost of fund. Rasio pinjaman terhadap simpanan atau LDR BRI tercatat sebesar 89,18%. Aset naik sebesar 5,94% menjadi Rp1.961,92 triliun.
Mandiri Bukukan Laba Bersih Rp42 Triliun
Senada dengan Bank BRI, bank pelat merah lain yakni Bank Mandiri juga berhasil mencatatkan kinerja kinclong. Laba bersih secara konsolidasi mencapai Rp42 triliun, tumbuh 7,56% secara tahunan. Peningkatan laba bersih itu berasal dari naiknya pendapatan bunga bersih yang disebabkan peningkatan realisasi kredit sebesar 20,8% menjadi Rp1.590 triliun.
“Kinerja keuangan kuartal III 2024 Mandiri tumbuh positif di sektor-sektor strategis di seluruh wilayah Indonesia,” ujar Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri dalam Konferensi Pers Kinerja Kuartal III 2024, 30 Oktober 2024.
Pertumbuhan kredit terbesar masih berasal dari kredit segmen korporasi yang naik sebesar 29,4% secara tahunan menjadi Rp581 triliun. Selain itu, segmen mikro produktif dan SME juga naik masing-masing sebesar 13,04% dan 13,7%. Seiring pertumbuhan kredit, Bank Mandiri berhasil menjaga kualitas aset dengan NPL (bank only) sebesar 0,97%, turun 39 basis poin secara tahunan.
Selain peningkatan kredit, DPK juga tumbuh sebesar 14,9% menjadi Rp1.667,5 triliun. Rinciannya, dana giro naik sebesar 17,8% secara tahunan menjadi Rp596 triliun dan tabungan sebesar 12,6% menjadi Rp635 triliun. Sementara total aset Mandiri sebesar Rp2.324 triliun, tumbuh 15%.
Laba Bersih BNI Rp16,3 Triliun
Tidak mau kalah dengan “saudara”, Bank BNI juga mencatatkan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp16,3 triliun. Ini ditopang dari perbaikan pendapatan bunga bersih dan pendapatan non bunga. Penyaluran kredit tumbuh sebesar 9,5% secara tahunan menjadi Rp735 triliun. Kenaikan kredit didorong segmen korporasi yang naik sebesar 15,1% menjadi Rp409,2 triliun.
Selain itu, segmen konsumer secara keseluruhan mencatat pertumbuhan 14,6% menjadi Rp137 triliun, dengan kredit personal (payroll) dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebagai pendorong utama. Sementara pertumbuhan DPK tahun ini terutama berasal dari pertumbuhan tabungan ritel, sejalan dengan program transformasi struktur pendanaan. CASA BNI tumbuh sebesar 5,5% terutama ditopang dari tabungan yang tumbuh sebesar 7,4%.
Peningkatan DPK BNI didukung program terstruktur perusahaan, termasuk digitalisasi aplikasi mobile terbaru, wondr by BNI serta transformasi jaringan cabang yang berfokus pada sales culture. Seperti diketahui, BNI meluncurkan New BNIdirect pada 9 Oktober 2024, setelah sebelumnya pada 5 Juli 2024 meluncurkan aplikasi perbankan digital wondr by BNI.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyatakan, kinerja BNI pada kuartal III-2024 mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi tantangan ekonomi baik domestik maupun global. “Transformasi bisnis yang kami lakukan secara konsisten telah memperkuat fundamental BNI, sehingga memungkinkan kami untuk menangkap peluang dalam mempercepat pertumbuhan,” ujar Royke dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja Kuartal III-2024 BNI di Jakarta, 25 Oktober 2024.
Laba Bersih BCA Tumbuh 12,8%
Bank BCA sebagai satu-satunya bank swasta dalam KBMI 4 atau bank dengan modal inti di atas Rp70 triliun juga berhasil melanjutkan tren kinerja positif. Secara konsolidasi, bank yang dikenal dengan keramahan layanannya ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp41,1 triliun, meningkat 12,8% secara tahunan.
“Kinerja BCA ditopang ekspansi pembiayaan berkualitas serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan. Peningkatan kredit hingga September 2024 merefleksikan komitmen BCA untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam paparan kinerja keuangan kuartal III/2024 di Jakarta, 23 Oktober 2024.
BCA menyalurkan kredit sebesar Rp877 triliun, tumbuh 14,5% secara tahunan. Kredit korporasi tercatat sebagai segmen pertumbuhan tertinggi, sebesar 15,9% menjadi Rp395,9 triliun. Segmen UKM tumbuh 14,2% menjadi Rp120,1 triliun dan segmen konsumer naik 13,1% menjadi Rp216,5 triliun. Sejalan dengan pertumbuhan kredit, DPK BCA juga naik sebesar 3,4% menjadi Rp1.125 triliun.
Bank skala menengah (KBMI 3) seperti Bank Syariah Indonesia (BSI) juga mampu menunjukan taringnya. BSI membukukan laba bersih sebesar Rp5,11 triliun, tumbuh 21,6% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp4,20 triliun.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengaku bersyukur kinerja BSI terus tumbuh solid, sehat, dan sustain. “Kami tetap tumbuh double digit sampai triwulan III di tengah makroekonomi yang cukup menantang dengan tingginya reference rate,” kata Hery, dalam keterangan pers di Jakarta, 30 Oktober 2024.
DPK BSI tumbuh sebesar 14,92% menjadi Rp301,22 triliun. Komposisi DPK didominasi produk tabungan yang tumbuh 13,40% menjadi Rp130,18 triliun. Rasio dana murah tercatat sebesar 61,69%. Ke depan, BSI akan terus berupaya meningkatkan rasio dana murah untuk menekan biaya dana.
Bank bermodal mini seperti Bank Ganesha juga menunjukkan kinerja solid. Laba bersih melesat sebesar 103,93% secara tahunan menjadi Rp132,61 miliar. Pertumbuhan laba ditopang dari ekspansi kredit, peningkatan pendapatan bunga, dan efisiensi beban operasional lainnya.
Bank Ganesha juga jempolan dalam menyalurkan kredit yang tumbuh sebesar 26,76% menjadi Rp4,89 triliun. Seiring dengan naiknya kredit, Bank Ganesha berhasil menjaga kualitas aset. Ini ditandai dengan penurunan rasio NPL gross dari 1,80% menjadi 1,23%.
Pertumbuhan laba bank diprediksi akan terus berlanjut sampai akhir tahun ini. Meski demikian, pencapaiannya sangat mungkin lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. (Kur).