hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Nilai Tukar Rupiah Rp14.920, Pengamat: Waspada 2019

Bhima Yudhistira Adhinegara-Foto: Istimewa.

JAKARTA—-Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank melemah 25 poin dari Rp14.895 menjadi Rp14.920 per dolar. Sementara  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas pada perdagangan hari ini dan meninggalkan level psikologis 5.800. Baru juga sekitar 10 menit perdagangan berjalan, IHSG sudah anjlok 1,87% ke level 5.794,66.

Sejumlah negara berkembang juga mengalami pelemahan mata uang. Peso Argentina kembali turun sebesar 1,22 persen pada Selasa (4/9/2018), Lira Turki  melemah 0,15%. Mata uang ini telah kehilangan separuh dari nilainya sepanjang  2018. Sementara mata uang Rupee India kembali turun dalam 0,51% hari Selasa ke posisi 71,56.  Pelemahannya menjadi  lebih dari 12%

Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudisthira Adhinegara mengatakan,  kondisi terbaru tekanan krisis Turki dan Argentina, yang merembet ke negara berkembang menimbulkan kekhawatiran para pelaku pasar global.

“Kali ini korbannya adalah Afrika Selatan dengan kurs Rand anjlok 16% sejak awal tahun. Kondisi diperparah oleh rencana kenaikan Fed rate pada akhir September ini,” ujar Bhima ketika dihubungi Peluang, Rabu (5/9/2018).

Akibatnya investor melakukan flight to quality atau menghindari risiko dengan membeli aset berdenominasi dolar. Indikatornya US Dollar index naik 0,13% ke level 95,2. Dolar index merupakan perbandingan kurs dolar AS dengan 6 mata uang lainnya.

“Dari dalam negeri kinerja perdagangan kurang optimal. Neraca perdagangan terus mengalami defisit. Ini berimbas juga pada defisit transaksi berjalan yang menembus 3% pada triwulan ke II 2018. Investor asing juga melepas kepemilikan surat utangnya. Yield spread antara SBN 10 tahun dan Treasury Bond melebar,” papar dia.

Artinya pelemahan rupiah diproyeksi akan berlanjut hingga tahun depan di atas Rp15.000 batas psikologis yang bisa diterima sektor usaha.

“Tahun 2019 harus diwaspadai kebijakan bunga acuan Fed yang akan naik 3 kali lagi bisa memicu pelemahan kurs lebih dalam,” tutup Bhima (van).

pasang iklan di sini