hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Fokus  

Ngeri-Ngeri Sedap di Tahun Kelinci Air

Pergantian tahun 2022 ditandai dengan dicabutnya status PPKM di Indonesia. Presiden Joko Widodo sendiri yang mengumumkan langsung  keputusan tersebut. Dengan demikian, sekarang tidak ada lagi pembatasan kerumunan dan pergerakan masyarakat. Seberapa positif hal ini terhadap iklim bisnis di tahun 2023? Kita perlu menganalisisnya secara cermat.

Selama 2 tahun ini Covid telah menyandera kegiatan bisnis kita. Begitu banyak perusahaan bangkrut, karyawan kehilangan pekerjaannya terhantam badai pandemi.

Tetapi, pemerintah sendiri mengklaim bahwa Indonesia sebetulnya cukup sukses mengendalikan pandemi dan menjaga stabilitas ekonomi.

“Kebijakan gas dan rem yang menyeimbangkan penanganan kesehatan dan perekonomian menjadi kunci keberhasilan kita,” ujar Presiden Jokowi saat mengumumkan pencabutan status PPKM pada 28 Desember lalu.

Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 akan menguat signifikan, sejalan dengan tren penguatan pemulihan dalam tiga kuartal pertama 2022, serta sejalan dengan pertumbuhan indikator perekonomian yang masih relatif kuat.

Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengakui terdapat tren penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia seiring dengan perlambatan global.

Kuatnya fundamental ekonomi Indonesia juga terlihat dari tren surplus neraca perdagangan Indonesia yang secara kumulatif di periode Januari-November 2022 surplus US$50,59 miliar. Ekspor Indonesia pada November 2022 juga meningkat 5,6% menjadi US$24,12 miliar.

Tren positif juga terlihat dari lantai bursa. Pada tahun 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mencapai level 6.850,52, meningkat 4,09% dari posisi akhir tahun 2021. Pertumbuhan IHSG bahkan sempat menembus rekor baru, yakni pada level 7.318,016 pada 13 September 2022.

Pada periode yang sama, kapitalisasi pasar juga meningkat 15,2% dibandingkan dengan akhir 2021 yaitu mencapai Rp9.509 triliun. Kapitalisasi pasar juga sempat menembus rekor baru sebesar Rp9.600 triliun pada 27 Desember 2022.

Tahun 2023

Bagaimana dengan kondisi ekonomi di tahun 2023 yang menurut kalender Imlek masuk ke dalam tahun Kelinci Air? Secara umum, aura optimisme memang cukup terlihat dari kalangan pemerintah, sebagian pengamat dan pelaku usaha. Namun demikian, hampir semua ajakan optimisme itu selalu dibarengi dengan peringatan untuk berhati-hati karena situasi di tahun 2023 tidak mudah.

Sri Mulyani mengingatkan gejolak ekonomi global pada tahun 2023 perlu diwaspadai. Menurut dia, tantangan global masih terus berlanjut akibat berbagai risiko seperti pengetatan kebijakan moneter, perang di Ukraina dan peningkatan tensi geopolitik negara-negara besar, serta perlambatan aktivitas manufaktur dan jasa.

Ancaman dari perekonomian global juga diwanti-wanti oleh Bank Indonesia. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengingatkan pemerintah dan masyarakat perlu mewaspadai perekonomian dunia yang masih bergejolak dan tengah menghadapi risiko terjadinya stagflasi, bahkan reflasi.

Menurut dia, kondisi dunia yang sangat dinamis saat ini masih sangat ditentukan oleh perang Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut. Selain itu, risiko lainnya juga muncul dari perang dagang Amerika Serikat dan China yang kembali memanas, termasuk lockdown 6 bulan di Tiongkok.

“Kita perlu mewaspadai 5 permasalahan dari prospek ekonomi global, ” ujarnya saat menyampaikan arah kebijakan BI tahun 2023 dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022 pada akhir November lalu.

Kelima permasalahan yang dimaksud Gubernur BI adalah pertama, pertumbuhan ekonomi yang menurun. Kedua, laju inflasi yang sangat tinggi, dipicu oleh harga energi dan pangan yang tinggi di pasar global, serta akibat suku bunga tinggi yang berlangsung lebih lama. Ketiga, suku bunga yang tinggi. Kenaikan suku bunga the Fed diproyeksikan akan mencapai tingkat 5% dan tetap bertahan pada level yang tinggi pada 2023. Keempat, posisi dolar AS sangat kuat.  Kelima, penarikan dana investor global dan mengalihkan ke asset likuid karena risiko yang tinggi.

Bagaimana kondisi nilai tukar pada tahun ini?

Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip memprediksi pada tahun 2023 nilai tukar Rupiah berpeluang melanjutkan penguatannya, antara lain didukung oleh berkurangnya tekanan kenaikan FFR seiring dengan ekspektasi inflasi yang diperkirakan akan kembali ke level normal.

Sementara dari dalam negeri, potensi penguatan nilai tukar Rupiah antara lain berasal dari berkurangnya tekanan inflasi, membaiknya real interest rate dan meningkatnya aktivitas di pasar modal. Kedua faktor eksternal dan internal tersebut akan mendorong terjadinya capital inflow ke Indonesia dan meningkatkan suplai valas serta memperkuat nilai tukar Rupiah.

Sejumlah sektor industri diyakini akan cukup bersahabat pada tahun ini. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif adalah sebagian diantaranya.

Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uni, target nilai tambah ekonomi kreatif pada tahun ini sebesar Rp1.236 triliun. Angka itu menempatkan Indonesia sebagai negara yang memiliki kontribusi ekonomi kreatif salah satu yang terbesar di dunia.

Sejalan dengan pulihnya sektor pariwisata, pada tahun ini jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ditargetkan mencapai 3,5-7,4 juta kunjungan dengan nilai devisa pariwisata ditargetkan mencapai US$2,07-5,95 miliar. Sementara ekspor ekonomi kreatif pada tahun ini ditargetkan mencapai US$26,46 miliar.

Namun demikian, tantangan bisnis dari dalam negeri tentu juga perlu diperhitungkan. Proses recovery di sejumlah industri masih terlihat berat hingga di penghujung 2022. Kita juga tidak dapat menutup mata atas meningkatnya tren PHK di sejumlah industri, bahkan di industri startup digital yang digadang-gadang bakal menjadi primadona baru.

Apalagi 2023 adalah tahun politik. Kendati ancaman instabilitas keamanan dan politik tak terlalu terlihat gelagatnya di awal 2023 ini, ancaman gonjang ganjing politik menjelang Pemilu 2024 harus bisa diantisipasi sejal dini.

Begitulah. Dalam bisnis tantangan dan peluang selalu menjadi dua sisi dari sekeping koin. Apakah Anda termasuk kelompok yang pesimistis atau optimistik? Itu tentu kembali ke pilihan kita masing-masing. Tetapi, sebagai pelaku usaha, kita tentu tak punya pilihan lain selain harus terus bergerak, karena bisnis harus tetap berjalan. (tp)

pasang iklan di sini