SUBANG—Pandemi Covid-19 tidak membuat petani nanas dari Kabupaten Subang berputus asa. Hal ini dialami Kelompok Tani Mekar Sari Maju di Kampung Mekar Sari RT 8/RW 3 Desa Sari Reja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Semangat para petani ini antara lain didukung Koperasi Produsen Singgalang Sari Maju Subang.
Ketua Kelompok Tani Mekar Sari Maju, Efrizal mengakui sejak pandemi Covid 19 omzet petani mengalami penurunan. Apalagi kini pabrik mitra yang biasanya disuplay 500 ton per tahun kini berhenti beroperasi.
“Tapi berkat kerja keras dan semangat dari anggota, sejak September-Oktober ada permintaan dari salah satu perusahaan,” ujar Efrizal dalam keterangan resminya, Kamis (5/11/20).
Kelompok tani ini memiliki kebun seluas 70 hektare dengan dan varietas nanas madu Subang dengan tingkat kemanisannya sekitar 17-20 brix.
Efrizal mengatakan, jenis ini termasuk smooth cayenne yang memiliki daun dan mahkota yang halus, sedikit berduri hingga nyaris tidak berduri). Ukuran buahnya besar serta mata buahnya cenderung data
Penjualan nanas disesuaikan dengan bobot berat per buah. Untuk bobot 1,3-2,5 kilogram per buah dijual ke pasar swalayan. Bobot satu kilogram per buah dijual ke pabrik pengolahan nanas, sedangkan kurang dari satu kilogram per buah dijual ke Pasar Caringin Bandung dan sekitarnya.
Lanjut dia, Kelompok Mekar Tani Sari Maju juga menjual nanas dalam bentuk olahan. Distribusi nanas segar dilakukan ke pasar lokal, kios buah, supermarket sekitar daerah Subang. Sementara untuk penjualan ke Jakarta telah bekerja sama dengan salah satu distributor.
“Selain produk segar, nanas juga diolah menjadi keripik dan wajik. Harga keripik nanas dibanderol Rp130 ribu per kilogram. Saat ini kelompok tani tengah mengurus Produk Ijin Rumah Tangga (PIRT),” ujar Efrizal.
Efrizal mengakui, tantangan yang dihadapi saat ini adalah keterbatasan alat dan produksi pasca panen khususnya untuk produksi olahan. Petani berharap adanya bantuan sarana dan prasarana pasca panen maupun pengolahan untuk pengembangan usaha nanas yang lebih besar.
Umumnya petani menanam secara tumpang sari dengan berbagai tanaman. Bisanya berbarengan dengan jahe, jeruk nipis, pepaya dan cengkeh. Harapannya, anggota poktan dapat memperoleh pendapatan.
“Dengan luasan hanya 0,25 ha, petani bisa memperoleh pendapatan hingga Rp10 juta/bulan dari budidaya nanas,” pungkas dia.
Berdasar data BPS, produksi nanas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Terhitung produksi 2017, produksinya senilai 1,7 juta ton, Meningkat di 2018 sebanyak 1,8 juta ton dan disusul 2019 mencapai 2,1 juta) ton.
Selain Kabupaten Subang, daerah yang tercatat sebagai penghasil nanas di antaranya adalah Pemalang, Kubu Raya, Simalungun, Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Blitar, Kediri dan beberapa kabupaten lain.
Sentra penghasil nanas terbesar pada 2019 berada di delapan provinsi dengan kontribusi sebesar 80 persen adalah Lampung (699.243 ton), Jawa Timur (250.291 ton), Jawa Barat (228.600 ton) sekitar 10,41%, Sumatera Selatan (179.845 ton), Jawa Tengah (173.605 ton), Sumatera Utara (138.286 ton), Jambi (137.622 ton) dan Riau (132.582 ton).
Negara tujuan ekspor nenas olahan (kaleng) adalah negara Amerika Serikat, Spanyol, China, Belanda, Singapura, Jepang, Argentina dan German. Sedangkan negara tujuan ekspor nenas segar adalah United Arab Emirates, Jepang dan Saudi Arabia.