
PeluangNews, Jakarta — Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan pentingnya kemitraan ritel modern dengan UMKM sebagai bagian dari strategi nasionalisme ekonomi.
“Kalau produk UMKM bisa masuk ke ritel modern, itu bukan hanya bukti daya saing, tapi juga bagian dari perlindungan pasar kita. Kalau kita kuasai pasar dalam negeri, produk asing sulit masuk,” ujar Budi saat peluncuran Hari Ritel Nasional 2025 di Jakarta, Kamis (17/7).
Hari Ritel Nasional 2025 bertema “Kebangkitan Ritel: Bertumbuh Bersama UMKM, Bergerak ke Pasar Global.” Peluncuran ini dirangkaikan dengan business matching antara 10 UMKM binaan Kemendag dan 150 peritel anggota APRINDO.
Kemendag mencatat, lebih dari 600 UMKM telah difasilitasi untuk ekspor melalui jaringan perwakilan dagang di 33 negara, menghasilkan transaksi senilai Rp1,3 triliun.
Ketua Umum APRINDO Solihin menyebut UMKM sebagai “jantung ekonomi Indonesia.” Ia menegaskan kemitraan ritel–UMKM menciptakan pasar lokal yang kuat dan inklusif.
Salah satu UMKM yang telah sukses menembus ritel adalah Robbani dari Pringsewu, Lampung. “Bergabung dengan ritel membuat pemasaran kami berkembang dan membuka lapangan kerja,” ujar pemiliknya, Bambang Robani. Sementara itu, UMKM Ratu Barokah Snack milik Hj. Enong Nurjanah juga sukses menjadi pemasok camilan di jaringan Alfamart.
Muslimah, pemilik CV Sismuindo yang memproduksi keripik singkong Canthir, juga membagikan pengalamannya sebagai UMKM binaan Kemendag. “Saya mendapatkan pelatihan, akses pasar, hingga peluang ekspor. Sekarang kami menunggu MoU untuk masuk ke ritel modern,” ujarnya.
Dengan semangat gotong royong dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, ritel, dan UMKM, Menteri Budi Santoso optimistis bahwa produk lokal akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan bersaing di pasar global.