Ajang pameran mobil antik tidak hanya menyajikan pesona keindahan mobil tua. Di situ juga terpancar resonansi dan romantisme kesejarahan, yang dapat memantik spirit nasionalisme.
SEAKAN tergerus zaman, makin nanyak masyarakat yang meninggalkan mobil antic/tua/kumo. Menggantinya dengan yang lebih modern terasa realistis. Selain mudah dalam perawatan, mencari spare part untuk kebutuhan mesin mobil lebih muah. Hampir bisa ditemukan di kota mana pun. Terlebih untuk merek-merek generik yang diminati pasar.
Meski begitu, masih bisa dijumpai komunitas mobil tua/lama. Mereka bersetia mengunakan dan menjaga mobil antik tersebut, dengan berbagai alasan. Usia boleh tua, tapi benda klasik ini sebenarnya tidak akan kehilangan pesonanya. Boleh saja koleksi tua itu identik dengan kata kuno, hal ini tidak menurunkan semangat komunitas mobil yang telanjur jatuh cinta. Mereka telaten menjaga dan merawatnya.
Sebagai aset ataupun hobi, mobil antik itu barang berharga. Tidak mudah menentukan nilai (nominal)-nya. Bahkan, tidak ada pasar yang dapat dijadikan acuan. Harga biasanya terbentuk secara emosional dari kedua pihak. Namun, semakin tua tahun produksi, semakin langka jumlahnya, kepuasan memilikinya pun semakin tinggi. Tingkat orisinalitas dan peristiwa sejarah yang terkait turut memengaruhi.
Dihitung-hitung, jumlah komunitas mobil antik ternyata lumayan banyak juga. Komunitas tertua dan terbesar tercatat atas nama PPMKI (Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia), yang terbentuk 13 November 1979. Mobil-mobil yang ikut PPMKI antara lain Jaguar XK Cabrio tahun 1952, BMW 327 1939, Ford Thunderbird Cabrio 1956, Mercedes-Benz 320B 1837. Bahkan juga Chrysler Imperial Crown, mobil kepresidenan Bung Karno tahun 1960.
Untuk menjadi members komunitas ini persyaratannya sangat ringan. Masuk PPMKI tidak harus punya mobil, yang penting suka saja. “Itu cara kami membesarkan PPMKI,” tutur Haryo Girisagoro, pengurus Pengprov DKI Jakarta. Komunitas yang memiliki anggota aktif 3 ratusan orang di Jakarta ini pun sedang menggalakkan kampanye “Classic for the Young Generation”. Kampanye ini bertujuan memperkenalkan mobil klasik agar generasi muda menyukainya.
Mobil klasik mampu menghadirkan sensasi yang tidak akan diberikan oleh mobil-mobil modern. “Ada muatan memorabilia atau nostalgia yang melekat pada mobil klasik. Kepemilikan mobil klasik juga menghadirkan prestis tersendiri. Terlebih jika mobil itu terbatas dan langka, sehingga sulit didapatkan. Bagi sebagian orang, koleksi mobil klasik merupakan investasi bisnis,” ujar Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI), Bambang Soesatyo.
Kegiatan PPMKI lebih banyak turing, Misalnya, ke KM 0 Sabang, yang diikuti 38 mobil. “Beberapa agenda eksibisi mobil klasik yang diselenggarakan oleh PPMKI, seperti Pameran Mobil Antik dan Bali Classic Motor Show, penyelenggaraannya senantiasa dilekatkan pada momen kesejarahan. Misalnya, Peringatan Hari Kebangkitan Nasional dan HUT Kemerdekaan RI. Penyelenggaraan acara semacam ini tentunya tidak hanya menyajikan pesona keindahan mobil klasik yang dipamerkan, melainkan juga menghadirkan resonansi dan romantisme kesejarahan, serta dapat membangkitkan semangat nasionalisme,” tutur Bamsoet.
Merayakan ulang tahun ke-41, tiga tahun lalu, komunitas penggemar mobil klasik Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia meluncurkan website dan aplikasi online untuk para anggotanya. Perayaan ulang tahun digelar secara sederhana 13 November 2020 dan hanya diikuti oleh pengurus dan Pembina, di kediaman Imam Effendi, salah satu pendiri dan sesepuh PPMKI.
Pertemuan pengurus pertama, 44 tahun lalu, juga digelar di rumah Imam Effendi; diprakarsai oleh Solihin GP dan beberapa nama. PPMKI tercatat sebagai organisasi khusus mobil klasik pertama dan tertua di Indonesia. “Saya berpesan pada teman-teman, jangan lupa PPMKI itu merestore mobil tua, bukan mengoleksi. Dengan merestorasi kita memegang alat sendiri sehingga tidak takut mogok atau rusak,” tutur Hauwke, pria yang pernah keliling dunia dengan Toyota Land Cruiser.
