hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Wisata  

Masyarakat Adat Cireundeu Hadirkan Wisata Kuliner Olahan Singkong

JAKARTA—Kampung Adat Cireundeu yang terletak di Kelurahaan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Jawa Barat.  Sebagian besar penduduknya memeluk dan memegang teguh kepercayaan Sunda Wiwitan hingga saat ini. Selalu konsisten dalam menjalankan ajaran kepercayaan serta terus melestarikan budaya dan adat istiadat yang telah turun-temurun dari nenek moyang mereka. Warga adat Cireundeu terdiri dari 70 kepala keluarga sangatlah menjaga Hutan Larangan atau hutan sakral seluas 30 hektar.

Masyarakat ini punya konsep kampung adat yang selalu diingat sejak zaman dulu, yaitu suatu daerah itu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

Leuweung Larangan (hutan terlarang) yaitu hutan yang tidak boleh ditebang pepohonannya karena bertujuan sebagai penyimpanan air untuk masyarakat adat Cireundeu khususnya.

Leuweung Tutupan (hutan reboisasi) yaitu hutan yang digunakan untuk reboisasi, hutan tersebut dapat dipergunakan pepohonannya namun masyarakat harus menanam kembali dengan pohon yang baru. Luasnya mencapai 2 hingga 3 hektar.

Leuweung Baladahan (hutan pertanian) yaitu hutan yang dapat digunakan untuk berkebun masyarakat adat Cireundeu. Biasanya ditanami oleh jagung, kacang tanah, singkong atau ketela, dan umbi-umbian.

Potensi pertanian membuat Kampung Adat Cireundeu menjaid alternatif eduwisata, karena warganya membuat aneka olahan (kuliner) dari singkong hingga eduwisata yang bisa menarik wisatawan.

Humas Masyarakat Adat Cireundeu, Cimahi, Jawa Barat, Kang Yana dalam  se buah webinar Focus Group Disscusion yang digelar Tabloid Sinar Tani, Rabu (18/8/21) mengungkapkan, warganya  membuat diversifikasi produk dari singkong, dengan mengintegrasian kegiatan wisata kuliner, kesenian, belajar kearifan pertanian dan konservasi alam, dan wistawan bisa tinggal tinggal di homestay warga.

“Kami juga melakukan promosi melalui internet. budaya termasuk kuliner, musik dan tarian,” ujar Kang Yana.

Bagi mereka yang akan menginap  akan mendapat suguhan nasi singkong serta olahan singkong lainnya seperti opak, rengginang, ranggining dan lain-lain kepada pengunjung sambil menikmati hiburan pertunjukkan musik kecapi.

Eduwisata yang diusung Masyarakat Adat Cireundeu juga menawarkan keindahan alam. Daya tarik utama Kampung Adat Cireundeu terletak pada Hutan Larangan dan Hutan Tutupan yang sekaligus menjadi kawasan hutan lindung.

Kang Yana menuturkan pihaknya melakukan kerjasama pentahelix mulai dari pemerintah, perguruan tinggi dalam dan luar negeri, bisnis, masyarakat /komunitas/lembaga donor international hingga media.

“Kampung Adat Cireundeu ini menjadi lokus summercourse bidang budaya, pertanian, sosiologi/antropolog. Mahasiswa luar negeri datang dan makan nasi singkong disini. Dan cukup menarik bagi mereka. Tukar pikiran dengan warga masyarakat,” jelasnya.

Masyarakat juga melakukan pengembangan model usaha kewirausahaan sosial berdasarkan prinsip–prinsip atau aturan adat, sebagai usaha bersama (komunal) bukan untuk akumulasi modal/pribadi tetapi gerakan sosial edukasi ketahanan pangan, konservasi alam, dan pelestarian.

pasang iklan di sini