BANDUNG—lewat Distro “Racing Line”, Martin Hidayat ingin membangun kultur bahwa dunia racing tidak urakan, tetapi juga elegan. Dengan demikian pelanggan yang memakai produk kaos berkaitan dengan dunia balap bisa dengan nyaman berpergian ke mal.
“Memang saya perlu waktu membangun pencitraan itu. Tetapi akhirnya banyak artis dan wisatawan yang memesan produk kami, bukan hanya komunitas pembalap motor saja,” ujar pria kelahiran 11 April 1977 ini kepada Peluang, Rabu (10/10/2018).
Alumni Universitas Widyatama Bandung ini awalnya membuka distro di Jalan Sultan Agung Nomor 13 Bandung pada 23 Februari 2011. Mulanya hanya tiga motif saja kaos hoodie. Namun kini berkembang hingga puluan motif dengan ribuan helai kaos setiap bulannya. Setiap kaos dibandroll dengan harga Rp120-130 ribu.
Kalau sewaktu pertama kali terjun ke bisnis clothing, pemasaran dengan offline masih dominan. Namun kini pemasaran dengan cara daring lebih dominan. Pasar distro sekalipun ketat tetapi prospek masih cerah. Pelanggannya datang dari semua kalangan keluarga hingga anak muda. Bahkan turis mancanegara seperti dari Malaysia dan Singapura.
“Persaingan di Kota Bandung ketat. Jadi untuk bisa berkompetisi saya setiap bulan harus mengeluarkan inovasi baru. Bermain di distro harus punya tema ada yang bermain di musik dan saya di racing,” kata Martin.
Sejak 2017 lalu distronya pindah ke Jalan Gator Subroto Nomor 86, Bandung bersebelahan dekatusaha Ekspedisi JNE. Dengan dua karyawan, Martin yang aktif di kepengurusan Drag Bike Jawa Barat ini berharap bisa mengembangkan sayap bisnisnya.
Produk Racing Line-Foto: Dokumentasi Paribadi.Sebagai catatan “Racing Line”, merk apparel yang memproduksi apparel dari mulai kaos, baju, jaket, tas sampai dompet bertema racing asal kota Bandung Jawa Barat tahun ini akan mensuplai pakaian kru buat tim Moto2 asal Malaysia Petronas Raceline Malaysia pada 2014 (Irvan Sjafari).