hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Fokus  

Laba Bank Syariah Capai Rp13,5 Triliun Tumbuh 29%

“Perekonomian yang kondusif sepanjang tahun lalu berdampak pada naiknya penyaluran pembiayaan perbankan syariah. Selain itu, bank “halal” juga semakin dipercaya masyarakat dengan naiknya jumlah nasabah dan dana pihak ketiga”.

Industri perbankan syariah di Indonesia terus berkembang seiring dengan meningkatnya edukasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh regulator, pelaku industri, maupun pemangku kepentingan terkait lainnya. Industri berbasis bagi hasil ini turut memperdalam pasar keuangan yang berperan dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

Saat ini terdapat 13 Bank Umum Syariah (BUS), 20 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 167 unit Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi di Indonesia. Rinciannya jumlah pelaku usaha di industri perbankan syariah adalah sebagai berikut:

Kinerja industri perbankan syariah per November 2022 tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya. Total aset (BUS dan UUS) sebesar Rp736,75 triliun, naik 9% year to date (Ytd) dari 2021 senilai RpRp676,74 triliun. Peningkatan aset ini disebabkan naiknya pembiayaan yang disalurkan kepada pihak ketiga bukan bank menjadi sebesar Rp487,82 triliun.

Fungsi intermediasi yang berjalan dengan baik diiringi dengan kepercayaan nasabah yang meningkat. Ini dibuktikan dari perolehan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp581,43 triliun, naik 8% Ytd dari 2021 sebesar Rp536,99 miliar.

Peningkatan pembiayaan dan pendapatan dari layanan jasa lainnya turut mendongkrak laba bersih perbankan “hijau”. Tercatat laba bersih industri sebesar Rp13,49 triliun, naik 29% Ytd dari tahun sebelumnya senilai Rp10,43 triliun.

Salah satu bank syariah yang mencatatkan kinerja ciamik sepanjang tahun lalu adalah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Pemimpin pasar di industri perbankan halal itu  membukukan laba bersih sebesar Rp4,26 triliun, tumbuh 40,68% secara tahunan (YoY).  

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, pencapaian yang sangat impresif di tahun kedua merupakan hasil kerja yang solid dan strategi respons yang tepat. “Pencapaian ini membuktikan strategic response BSI yang tepat untuk meraih pertumbuhan bisnis yang sehat, penghimpunan dana masyarakat, menjaga sustainability pertumbuhan yang fokus pada aspek likuiditas terutama pertumbuhan dana murah, serta menjaga kualitas aset,” jelas Hery.

Pertumbuhan laba tidak lepas dari naiknya pembiayaan yang disalurkan sehingga mendongkrak pendapatan bagi hasil. Total pembiayaan BSI mencapai Rp207,70 triliun, tumbuh 21,26% YoY. Porsi pembiayaan didominasi oleh pembiayaan konsumer sebesar Rp106,40 triliun, tumbuh 25,94%. Selain itu, pembiayaan wholesale sebesar Rp 57,18 triliun atau tumbuh 15,80%   dan pembiayaan mikro senilai  Rp18,74 triliun, tumbuh 32,71% YoY.

Peningkatan pembiayaan diikuti dengan kualitas pembiayaan yang tercermin dari NPF Gross di level 2,42%. Selain dari naiknya pendapatan, laba BSI diperoleh dari tumbuhnya fee based income BSI Mobile sebesar 67% YoY menjadi Rp251 miliar.

Kenaikan laba diiringi dengan meningkatnya aset menjadi sebesar Rp305,73 triliun, tumbuh 15,24% YoY. Sementara penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp261,49 triliun, tumbuh 12,11% Yoy.

Perolehan DPK didominasi oleh tabungan wadiah mencapai Rp44,21 triliun dan berada di peringkat ke 5 tabungan secara nasional dengan jumlah nasabah BSI mencapai 17,78 juta orang. Pencapaian ini memberikan pengaruh positif terhadap rasio Cost of Fund (CoF) menjadi 1,62%.

Rasio keuangan penting BSI juga solid seperti ROE (Return of Equity) sebesar 16,84% dan ROA (Return of Asset) sebesar 1,98%. Selain itu, dari sisi biaya BSI mencatat efektifitas dan efisiensi yang tercermin dari rasio BOPO  menjadi 75,88%.

BSI yakin kinerja positif di tahun 2022 akan terus berlanjut di tahun 2023, apalagi perseroan fokus untuk membangun Islamic Ecosystem dan memperkuat Ziswaf untuk kepentingan umat.

“BSI siap membawa babak baru industri keuangan syariah melalui business model layanan keuangan, sosial dan spiritual yang dapat menjawab segala kebutuhan nasabah,” ucap Hery.

Selain BSI, bank syariah yang mencatatkan kinerja kinclong pada tahun lalu adalah PT Bank BCA Syariah. Anak usaha BCA itu berhasil mencetak laba sebesar Rp117,58 miliar pada 2022, meningkat 33,50% YoY dibandingkan 2021 sebesar Rp87,42 miliar.

Peningkatan laba BCA Syariah bersumber dari naiknya pendapatan pembiayaan sebesar 12,15% menjadi Rp749,68 miliar. Ini diiringi dengan penyusutan bagi hasil untuk pemilik dana investasi 13,24% menjadi Rp161,35 miliar. Sehingga pendapatan setelah distribusi bagi hasil di BCA Syariah naik 21,94% menjadi Rp588,32 miliar.

Pendapatan berbasis jasa (fee based income) BCA Syariah naik 10,92% YoY menjadi Rp30,46 miliar pada 2022. Rasio profitabilitas juga membaik yang tercermin dari ROE naik 99 bps menjadi 4,14% dan ROA naik 21 bps jadi 1,33%. NOM (Net Operations Margin) di BCA Syariah juga naik 15 bps jadi 1,37%.

Peningkatan kinerja bank syariah yang berorientasi pada sektor riil turut menopang pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan jauh dari unsur spekulatif. Namun demikian, mampukah perbankan “hijau” itu mempertahankan kinerjanya pada tahun ini saat ekonomi global terancam krisis? (Kur).

pasang iklan di sini