checkup-dokter keuangan
checkup-dokter keuangan
octa vaganza
Fokus  

KUD Sumber Makmur Ngantang

Koperasi ini membuktikan, kendati tetap menyadang label KUD, bisnisnya tumbuh pesat. Usahanya di bidang produksi susu sapi perah menempati dua besar di Jawa Timur.

ASAL muasal KUD Sumber Makmur di Kecamatan Ngantang, Malang, muncul dari program pemerintah bernama BUUD (Badan Usaha Unit Desa) pada tahun 1972. Lembaga ini berfungsi sebagai penyedia pangan untuk Desa Ngantang, Malang, Jawa Timur. Pada 18 Juli 1980, nama BUUD berganti jadi KUD (Koperasi Unit Desa). Kendati menyandang label KUD yang dianggap sebagai warisan rezim lama, KUD Sumber Makmur mampu menunjukkan kinerjanya yang unggul, bahkan menjadi motor penggerak ekonomi di Desa Ngantang.

Beberapa jenis usaha yang dikembangkan, antara lain pakan ternak, perdagangan dan pelayanan jasa unit simpan pinjam. Yang pasti, core business KUD ini adalah peternakan sapi perah, dengan produksi susu segar sekitar 80 ton per hari. Angka itu sedikit menurun, kata Ketua KUD Sumber Makmur, Sugiono, karena banyak sapi yang sedang bunting. Dalam kondisi normal, produksi susu bisa mencapai 85 ribu ton per hari.

Salah satu upaya KUD ini dalam meningkatkan mutu dan produk susu sapi adalah melalui perbaikan mutu genetik pejantan pada sapi perah. Sapi perah pejantan berperan lebih besar dalam penyebarluasan mutu genetik ternak dibandingkan dengan betina. Teorinya, seekor pejantan dapat ‘memodali’ puluhan bahkan ratusan ekor anak, sedangkan betina hanya enam sampai delapan ekor.

Baik sapi perah betina maupun pejantan lebih banyak didatangkan dari luar negeri. Sering kali produksi susu sapi perah kurang optimal setelah dipelihara pada kondisi tropis Indonesa karena faktor interaksi genetik dan lingkungan. Terkait dengan intekaksi lingkungan tersebut, KUD Sumber Makmur melakukan seleksi sapi perah terhadap sapi-sapi yang sudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan Indonesia.

“Produksi susu yang optimal harus didukung oleh mutu genetik ternak dan kondisi lingkungan yang baik. Sebaik apa pun mutu genetik sapi perah, bila tidak didukung lingkungan yang baik, produksi susu sapi-sapi itu tidak akan optimal,” kata Sugiono.

 

Trauma Kelud

Keinginan mengembangkan perbaikan genetik ini dipengaruhi rasa keprihatinan yang mendalam dan pengalaman yang sempat dialami ketika letusan Gunung Kelud pada 2014 silam. Dampak dari letusan itu, jumlah populasi sapi perah anggota KUD Sumber Makmur menurun drastis. Populasi ternak sapi yang semula 22 ribu ekor menciut hampir separuhnya, menjadi 12 ribu ekor.

“Saat bencana itu terjadi, saya malah dipilih menjadi Ketua KUD Sumber Makmur Ngantang. Anda bisa bayangkan repotnya mengurus keluhan anggota pada saat itu,” ujar mantan anggota DPRD Kabupaten Malang ini. Akibat bencana itu, produksi susu sapi perah pun merosot, menjadi hanya sekitar 50 ron per hari. Sugiono mengaku, sungguh tidak mudah melakukan recovery guna mengembalikan produksi susu kembali normal di kisaran 80-85 ton per hari.

Pascaletusan Gunung Kelud, kondisi sapi banyak yang tidak terawat, ada yang sakit, stres dan gejala lain yang berpengaruh pada produksi susu. Sebanyak 29 pos penampungan susu yang terdapat di 13 desa nyaris tidak beroperasi karena kondisinya tertutup abu vulkanik Gunung Kelud. Mencari pakan sapi sangat sulit pada waktu itu.

Pengurus KUD Sumber Makmur berusaha membantu peternak dengan menyedikan rumput hijau, konsentrat dan petugas kesehatan hewan. ”Ya, kami bisa memahami prihatinnya kondisi peternak waktu itu. Pada bulan-bulan pertama setelah letusan, mereka masih dirundung kesedihan yang mendalam. Akibatnya, sapi perah peliharan mereka kurang terawat,” kata Sugiono.

Sugiono yakin, dengan berjalannya waktu, anggota peternak sapi perah akan kembali bergairah. Keyakinan itu terbukti di kemudian hari. Partisipasi anggota menggeliat dan makin hari makin bagus. Prioritasnya tetap mengutamakan pelayanan anggota dan penataan profesionalisme manajemen KUD Sumber Makmur. Sehingga, siapa pun nantinya yang menjadi pengurus penggantinya, tidak akan berpengaruh pada roda usahanya.

Dewasa ini, KUD Sumber Makmur tengah dililit berbagai persoalan sulit. Mendapatkan bibit unggul tidak mudah. Selain itu, dukungan sarana dan prasarana juga minim. Faktor lain yang tak kalah memusingkan adalah masalah pemasaran. Pasalnya, nilai tawar mereka sangat rentan, karena industri pengolahan susu (IPS) di Jawa Timur menjadi single market yang menentukan harga dan kualitas.

Dalam RAT tahun buku 2016 lalu, KUD Sumber Makmur membukukan aset Rp123 miliar, dengan omzet Rp273 miliar. Anggotanya 11.189 orang.●