PERKEMBAGAN teknologi digital seperti financial technology (fintech), telah mendorong perubahan model bisnis di industri jasa keuangan, termasuk koperasi. Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera Bersama (KSP SB) sebagai salah satu koperasi terbesar di Indonesia memandang fintech merupakan terobosan yang inovatif untuk menjadikan proses penyaluran pinjaman lebih mudah dan efisien.
Iwan Setiawan, Ketua Pengawas KSP SB mengatakan, KSP SB siap meluncurkan fintech pada tahun ini. “Kami telah mengantisipasi perkembangan teknologi digital terutama kehadiran fintech dengan bersiap meluncurkan fintech KSP SB yang diberi nama PIKO,” ujar Iwan.
Nama Fintech PIKO sendiri merupakan akromin dari Pinjam Koperasi. Sebuah aplikasi yang dapat di download melalui play store untuk smartphone yang berbasis android atau appstore untuk smartphone yg berbasis apple. Dengan mendownload aplikasi PIKO anggota dapat mengajukan pinjaman untuk segala macam kebutuhan dengan cepat dan mudah, juga masyarakat umum, tentunya dengan mengajukan terlebih dahulu menjadi anggota KSP-SB melalui aplikasi PIKO ini.
Fintech PIKO lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi anggota seperti membeli gadget, kendaraan dan lain-lain. Aksesnya pun mudah, dimana anggota dapat log-in ke situs PIKO dan memesan barang sesuai pesanannya. Di sreen yang sama, anggota bisa langsung melihat rincian angsuran dari barang yang dibelinya tersebut.
Selain untuk pembelian barang, anggota pun bisa mengakses pinjaman uang yang jika disetujui dananya akan langsung ditranfser ke rekening tabungan KSP SB milik anggota. Dengan fintech PIKO, proses bisnis menjadi lebih mudah dan nyaman.
Iwan menambahkan, selain menyasar koperasi karyawan, PIKO juga membidik koperasi mahasiswa (Kopma). Mahasiswa sebagai bagian dari generasi milenial yang lebih friendly dengan digital diyakini akan lebih senang dengan layanan digital ini. “Kami membidik generasi milineal dengan layanan fintech PIKO,” ujar Iwan.
Peluncuruan Fintech PIKO merupakan upaya strategis KSP SB untuk memperluas basis keanggotaan terutama dari kelompok milenial. Selain itu, untuk menggenjot target penyaluran pinjaman yang masih didominasi kebutuhan di sektor konsumer. (Drajat)