Haryono, pemuda asal Lombok Tengah mendirikan usaha handicraft karena ingin memberdayakan potensi lokal dan membuka lapangan pekerjaan.
DI TANGAN orang-orang kreatif, sebuah benda bisa bernilai ekonomis tinggi. Seperti yang dilakukan Haryono, perajin handycraft asal desa Beleka, Praya Timur, Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat yang menyulap rotan, bambu maupun kayu menjadi benda seni yang memiliki nilai jual. Pemuda kelahiran Belaka, 31 Desember 1981 itu memulai usahanya sejak 2010 dengan modal Rp20 juta.
Ide untuk membuat usaha handycraft didorong keinginannya untuk memberdayakan sumber daya di tempatnya. “Di tempat kami bahan material kerajinan sangat mudah didapatkan, dan sekaligus membuka lapangan pekerjaan,” ujar Haryono.
Produk Haryono Lombok Handycraft memiliki sejumlah keunggulan dibanding yang lain di antaranya hand made, alami, art, dan fungsional. Sehingga bukan hanya menjadi hiasan belaka tetapi dapat digunakan untuk hal yang penting.
Sebagai pegiat di industri kreatif, kata Haryono, inovasi dan ketelatenan merupakan hal penting yang perlu dijaga. Dengan inovasi, akan lahir produk-produk yang unik dan bernilai. Selain itu, juga harus ulet menghadapi persaingan maupun tuntutan konsumen yang beragam. “Kuncinya kita harus inovatif dan telaten jika ingin sukses di industri ini,” ungkapnya.
Kini usaha yang sudah digelutinya selama 8 tahun semakin berkembang. Omzet mencapai Rp27 juta perbulan dan mempekerjakan 23 pekerja, baik yang tetap maupun tidak tetap. Agar bisa tetap eksis, ia pun rajin mengikuti tren desain produk melalui berbagai saluran. Haryono meyakini usahanya memiliki prospek yang cerah karena permintaan terhadap barang seni tidak pernah mati. (Drajat)