Sebanyak 100 dari 314 koperasi primer di DKI Jakarta membukukan aset Rp2,5 triliun pada tahun buku 2020. Agregatnya memang tidak segagah Koperasi Simpan Pinjam beraset triliunan rupiah. Namun setidaknya ada tolok ukur lain yang bisa dipedomani bahwa kriteria ‘Terbaik’ sangat layak mengacu pada basis anggota riil dan tertib tata kelola usaha dan organisasi.
Majalah Peluang kembali menggelar penghargaan koperasi unggul, kali ini menyasar pada kinerja sejumlah koperasi pegawai lingkungan pemerintahan yang tersebar di Provinsi DKI Jakarta. Sebanyak 100 koperasi pegawai – biasa disebut koprim- meraih predikat ‘Terbaik’ hasil seleksi dari 314 koprim anggota Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) DKI Jakarta. Dari 100 terbaik tersebut, empat di antaranya diumumkan sebagai unggulan teratas di klaster masing-masing, yaitu Kopposindo untuk klaster koperasi di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD), KPPD (Pemrov DKI Jakarta), Kopkarhutan (Kementerian/Lembaga) dan KKGJ di lingkungan sekolah.
Berbeda dengan parameter koperasi skala bisnis yang sebelumnya pernah digelar, dengan parameter besaran aset dan volume usaha, khusus untuk koprim lebih mengedepankan aspek tata kelola usaha dan tertib organisasi, ditandai dengan Rapat Anggota tepat waktu dan partisipasi aktif terhadap PKPRI DKI Jakarta. Namun demikian, keempat koperasi pegawai tersebut boleh dibilang lumayan dari pencapaian aset dan volume usaha, yang rerata di atas Rp100 miliar. Satu koperasi lainnya, Kopindosat merebut penghargaan khusus, The Best Cooperative for Achievement Performance karena pencapaian kinerja usahanya yang pernah tembus di atas Rp 1 triliun. “Ini penghargaan sekaligus pengakuan luar biasa terhadap kami bahwa kerja keras selama ini mendapat apresiasi yang baik. “Terima kasih kepada PKPRI DKI Jakarta yang masih menempatkan kami sebagai anggota, walau selama ini partisipasi kami menurun,” kata Ketua Kopindosat Wahono di sela pemberian penghargaan 100 Koperasi Primer Terbaik anggota PKPRI DKI Jakarta, 21 September 2022 di Hotel Bidakara Jakarta.
Penghargaan khusus untuk Kopindosat diberikan karena koperasi ini masih tercatat sebagai anggota PKPRI DKI Jakarta, kendati PT Indosat tempatnya bernaung tidak lagi berstatus BUMN. Perusahaan penyedia jasa telekomunikasi ini mulai melantai di Bursa Efek Indonesia pada 1995. Namun pada 2002, pemerintah menjual sebagian sahamnya ke Singapura dan selanjutnya berpindah tangan ke Qatar. Kini bernama PT Indosat Ooredoo Hutchison dimana saham pemerintah tersisa 9,6 persen.
Gelar Penghargaan Pertama
Gelar penghargaan itu sendiri berlangsung sukses meskipun Menteri Koperasi UKM Teten Masduki ataupun Deputi Bidang Koperasi Ahmad Zabadi yang diharapkan memberikan sambutannya berhalangan hadir. Sekitar 250 undangan, umumnya para pegiat koprim memberikan apresiasi tinggi karena untuk kali pertama koperasi yang kurang diperhitungkan dari aspek bisnis ini mendapat panggung yang meriah. “Selama 70 tahun PKPRI DKI Jakarta, baru ini lah kami menggelar acara semeriah ini. Terima kasih atas kolaborasi yang baik dengan Majalah Peluang,“ kata Ketua Umum PKPRI DKI Jakarta Syahnas Rasyid. Apresiasi juga disampaikan oleh Ketua Umum KADIN DKI Jakarta Diana Dewi. Dalam sambutannya, CEO PT Suri Nusantara Jaya ini menegaskan bahwa koperasi sebagaimana badan usaha lainnya adalah lembaga bisnis yang hebat, bukan sekadar pelaku ekonomi pinggiran, kelas bawah. “Gelar 100 Koperasi Primer Terbaik hari ini merupakan bukti bahwa koperasi sangat layak bersanding dengan pelaku usaha lainnya, dan KADIN DKI Jakarta siap untuk berkolaborasi,” ujarnya.
Inisiasi menggelar 100 Koprim dinilai sebagai langkah berani. Pasalnya, Majalah Peluang yang selama ini condong mengekspose deretan koperasi skala besar beraset dan omset triliunan rupiah, kini malah mengorbitkan koperasi yang produktivitas maupun skala ekonominya terbilang rendah. Kelemahan tata kelola manajemen maupun organisasi koprim acapkali dipicu oleh visi para pengurusnya yang tercatat masih birokrat aktif, yang mindset-nya masih berpola administratif struktural ketimbang inisiasi bisnis yang berani menerobos zona nyaman.
“Saya kira kurang pas menggelar koperasi pegawai terbaik disaat publik masih trauma dengan kasus koperasi gagal bayar,” kata seorang pejabat
di Kementerian Koperasi UKM saat diminta tanggapannya mengenai rencana ekspos tersebut. Meminjam istilah Julius Caesar, ‘dadu sudah di lempar’, Majalah Peluang tetap melanjutkan rencana tersebut. Ini memang bukan soal gengsi tetapi untuk membuka mata publik tentang apa dan bagaimana keadaan koprim yang sering kali dituduh sebagai pseudo cooperative alias koperasi semu. Dukungan positif justru diberikan PKPRI DKI Jakarta yang mengizinkan Tim Majalah Peluang melakukan kunjungan dan penilaian ke sejumlah koprim yang jadi anggotanya.
“Kami melakukan kunjungan ke koprim-koprim dengan nuansa ‘nano-nano’, ada yang menyambut kami dengan baik, ada yang tidak komentar, ada yang langsung menolak, bahkan cukup banyak yang tidak memberikan respon,” kata Yuni Hegarwati, Ketua Tim Pengumpulan Data untuk penulisan buku ini.
Kunjungan dan penelitian tersebut, dilaksanakan sejak April hingga awal September lalu melibatkan dua orang dari Majalah Peluang dan dua orang dari PKPRI DKI Jakarta. Kendati tidak banyak koprim memberikan respon positif, namun menurut Yuni yang juga Direktur PT Berkah Dua Visi, pihaknya tidak berkecil hati. Ia maklum dengan keengganan menanggapi pemberian penghargaan tersebut, karena event ini memang kali pertama di lingkungan koprim sehingga ada keraguan bahwa ini hanya sekadar akal-akalan oknum saja.
Penganugerahan koprim terbaik itu adalah upaya membuka peta jalan perkoperasian di belantara ibukota yang sebelumnya terkesan buntu. Ada rasa tidak percaya diri yang tinggi dari sebagian besar pengurus atau pengelola koprim bahwa usaha mereka sekadar asal jalan dan karenanya tidak perlu publikasi yang pada gilirannya hanya membuka kinerja usaha yang jeblok.
Koprim berkinerja buruk memang banyak, tetapi tidak sedikit pula koprim berkinerja ciamik. Berdasarkan tabel koperasi terbaik yang ada dalam buku ini, dari 100 koprim terbaik itu, 38 mampu menjaga asetnya di atas Rp10 miliar, 14 membukukan aset di atas Rp50 miliar, 7 koprim dengan aset di atas Rp100 miliar. Dan tiga koprim memiliki aset di atas Rp200 miliar. (*)