Koperasi Kontemporer, ialah koperasi ‘semasa’. Koperasi kekinian yang memiliki corak berbeda dengan koperasi yang sudah lebih dulu ada. Jadi, pertanyaannya seperti apa corak koperasi kontemporer itu dan seperti apa pula koperasi pada umumnya, sehingga keduanya pantas berbeda.
Pada berbagai evidence praktek koperasi dan pandangan pengelolanya saya menengarai ada dikotomi koperasi yang berkembang, ialah koperasi yang dikelola sebagai layaknya bukan perusahaan, dan koperasi yang dikelola layaknya sebuah perusahaan. Praktek dikotomis itulah yang mencirikan corak koperasi pada umumnya saat ini, yang berbeda dengan corak koperasi kekinian yang melesat berlatar inovasi, dengan kearifan serta pemulian teknologi digital.
Respon Adaptif
Koperasi corak inovasi sesungguhnya bukan hal baru. Sebab koperasi sejatinya adalah organisai pemulia inovasi, yang menciptakan keungguhan melalui dorongan loyalitas anggota untuk menciptakan kepastian pasar (captive market) dan meluaskan pasar melalui keanggotaan dan jenjang sekunder koperasi. Pun dalam hal keswadayaan modal, kemandirian dalam pengambilan keputusan serta internalisasi efisiensi dan efektivitas operasional usaha dilakukan melalui jaringan kerja sama antarkoperasi dan pendidikan anggota. Semuanya bukan sesuatu yang baru, memang itulah karakter koperasi.
Apa yang menjadi khas kekinian bagi koperasi corak inovasi ialah responnya yang sangat adaptif terhadap trend kemajuan teknologi informasi dan teknologi proses yang dikenal sebagai teknologi digital. Kemampuan adopsi teknologi digital yang menopang kemajuan usaha koperasi itu tidak ditunggu, melainkan disongsong, dijemput dan diterapkan, bahkan di replikasi untuk percepatan tumbuh bersama koperasi lainya.
Respon kuat seperti itu timbul karena koperasi inovasi memang punya sense sejak awal untuk “mengubah” yang bukan sekedar perubahan. Dalam hal demikian, tentulah latar belakang inisiator dan promotornya juga memiliki pengetahuan, kecapakan dan kesetian bekerja dalam paradoks kemapanan.
Kalaulah lazimnya inovasi itu domainnya milenial, maka milenial yang berkoperasi disini adalah milenial plus dan jumlahnya pasti tidak banyak. Karena itu koperasi corak inovasi juga belum banyak jumlahnya, tetapi kehadirannya bukan saja mencengangkan para koperator dikotomis, melainkan juga menggetarkan para pemulia usaha non koperasi.
Tugas regulator adalah bagaimana menerbitkan payung hukum yang pro inovasi milenial, yang memberi penegasan (affirmation) ruang tumbuh inovasi dengan stimulus yang menarik. Praktek terbaiknya ialah keharusan menggiatkan pendidikan menegah dan tinggi sebagai inkubator koperasi dan merangkul komunitas pegiat rancang bangun digital untuk berkoperasi.
Perangkap kerutinan
Berbeda dengan koperasi inovasi, maka koperasi dikotomis corak bukan sebagai perusahaan agar bisa masuk pada arus utama (mainstream) ritme kekiniannya, perlu dorongan keluar dari mitos kesuksesan masa lampau. Itu artinya perlu respon perubahan mendasar dari koperasi dikotomis sendiri. Tetapi diisinilah masalahnya, sebab koperasi senior tersebut dengan latar belakang praktik koperasi bukan sebagai perusahaan sangat lambat responnya terhadap teknologi.
Para tokoh dan promotor disini, berpendirian bahwa apa yang ada dan mereka hasilkan saat ini sudah merupakan suatu kemajuan dan telah membawa koperasi memasuki era mapan (establish). Tapi dibalik itu sesungguhnya koperasi telah masuk pada perangkap (trap) rutin yang menjauhkan pentingnya perubahan. Kisah sukses dulu, jauh lebih penting daripada harus melangkah mengadopsi sesuatu yang mereka sendiri tidak familier, dan rumit.
Jadi tidak mudah memang mengurus koperasi senior semacam ini. Akan tetapi diyakini bahwa jumlah koperasi seperti ini tidak lagi banyak jumlahnya. Maka tugas pembinaannya adalah bagaimana membawa koperasi keluar dari mitos “the first mover myth’ bahwa yang pertama adalah yang tersukses.
Perlu Transformasi
Koperasi yang berpraktik sebagai layaknya suatu perusahaan merupakan entitas koperasi yang paling banyak jumlahnya. Koperasi corak ini memiliki perangkat kerja dengan dukungan manajemen yang fleksibel. Kehadiran manajer atau direksi sebagai pengelola kadang diikuti pemisahan dari fungsi pengurus, memungkinkan koperasi bergerak lincah menjalankan fungsi pelayanan kepada anggota dan bisnis dengan mitra usaha.
Koperasi corak ini bertumbuh fokus dengan satu usaha multi layanan, seperti pada Koperasi Simpan Pinjam, atau dengan beberapa usaha dan /atau badan usaha sebagai suatu konglomerasi pada koperasi multi usaha. Proses mereka menjadi maju dan berkembang ditekuni antara lain dengan skema pemekaran (spin off and spin off) koperasi. Pun untuk menciptakan efisiensi berkelanjutan dilakukan secara hybrida, yaitu dengan banchmaking praktik terbaik dari perusahaan non koperasi, dengan tidak abai akan jatidiri koperasi.
Dalam keadaan demikian, maka tuntutan kecepatan dan ketepatan dalam gerak usaha koperasi, menjadikan koperasi corak ini risih bila tidak memodernisasi diri. Maka respon terhadap teknologi (digital) menjadi suatu kebutuhan, meski harus dilakukan secara bertahap, berdasar kepentingan dan kemampuan koperasi.
Namun karena variasi klaster pada koperasi corak perusahaan ini, maka regulator tetap perlu menggalakkan transformasi digital, melalui proses pembinaan berkelanjutan. Tipology koperasi bercorak perusahaan bersama koperasi corak adaptif memiliki modal dasar sebagai koperasi modern skala besar, skala dunia. Apa yang perlu dijaga adalah iklim kondusif bagi mereka tumbuh berkembang yang tetesan manfaatnya mengalir deras kepada anggota dan masyarakat.