JAKARTA—-Dari kita, oleh kita dan untuk kita plus sedekah. Demikian moto dan semangat bisnis yang dijalankan sekitar 200 anggota ketika memutuskan untuk mendirikan Koperasi KitaMart Puri Beta, Ciledug, Jakarta Selatan pada 29 September 2017.
Menurut Ramdoni, Ketua Koperasi KitaMart Puri Beta pendirian koperasi ini berasal dari gagasan Majelis Taklim Wirausaha yang dipimpin Valentino Dinsi, yang ingin memberdayakan umat. KitaMart mengembangkan ekonomi berbasis masjid. Dengan demikian para jemaah masjid patungan untuk memiliki Kita Mart.
Kepemilikan KitaMart bisa dimiliki dalam badan yang dibentuk koperasi. Para Pendiri Koperasi KitaMart kerap bertemu di masjid Al Ikhsan Puri Beta, namun anggotanya ada yang datang dari wilayah lain, seperti Kemayoran.
“Meskipun sama-sama bernamakan KitaMart, setiap minimarket independen dan mempunyai Anggaran Rumah Tangga sendiri-sendiri dengan konsepnya juga masing-masing,” ujar pria yang karib dipanggil Ramdoni kepada Peluang, Jumat, 23 November 2018.
Barang-barang yang ditawarkan di KitaMart Puri Beta bukan saja barang-barang yang didatangkan dari grosir, distributor barang-barang konsumer hingga harga bisa bersaing, tetapi juga produk UKM yang dimiliki anggota dijual di tempat ini, seperti dodol, minuman herbal, kuliner dan sebagainya. Buah-buahan dan sayur-sayuran juga didatangkan dari sentranya hingga masih segar.
“Alhamdullilah,kami mampu meraih omzet rata-rata Rp250 juta per bulan. Dari jumlah itu kami mendapatkan margin lumayan. Itu sebabnya ke depannya kami berniat mengembangkan usaha menjadi pusat grosir,” ungkap pria kelahiran 1977 dan pernah berkuliah di Poltek Universitas Indonesia ini.
KitaMart Puri Beta juga mempunyai penghasilan lain selain dari penjualan minimarket, yaitu dari kerja sama dengan beberapa UKM di bidang kuliner dan Taman Bermain untuk anak-anak.
Sudut UKM: Membantu anggota memasarkan prduknya: Foto Dokumentasi Pribadi.
Koperasi KitaMart Puri Beta juga melakukan sedekah produktif. Konsepnya juga pemberdayaan. Mereka sedekah ke masjid. Kemudian mustahik yang ingin membuka usaha diberi modal di Masjid Al Ihsan dengan mengikuti pengajian si masjid.
“Namun kami juga melakukan sedekah non prosuktif seperti santunan anak yatim/yatim piatu dan fakir miskin,” tutup dia (Irvan Sjafari).
