SESAAT setelah krisis moneter 1998, koperasi tumbuh bak cendawan di musim hujan. Ini tidak lepas dari berbagai kelonggaran yang diberikan pemerintah hasil reformasi untuk mendirikan koperasi. Alhasil banyak koperasi yang didirikan hanya sebagai kedok untuk mendapatkan bantuan atau dana hibah dari pemerintah.
Di tengah atmosfer pendirian koperasi abal-abal tersebut, ada satu koperasi yang didirikan pada 31 Agustus 1998 dengan mengusung idealisme kepedulian yaitu KSP NASARI. Sang pendiri, Sahala Panggabean ingin menjadikan Koperasi sebagai bagian dari solusi mengatasi dampak krisis tersebut. Bagaimana perjalanan KSP NASARI selama dua dekade, dan apa saja nilai ideal yang ditawarkan untuk menjadikan koperasi sebagai pemain utama dalam struktur perekonomian. Berikut penuturan Sahala Panggabean kepada Majalah Peluang :
Apa sebenarnya yang mendorong Anda untuk mendirikan KSP NASARI?
Saya pernah bekerja di perbankan dan tahu betul saat krisis perbankan menghentikan kucuran kredit. Akibatnya masyarakat panik karena tidak bisa mendapat suntikan dana, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun produktif. Disitu jiwa sosial saya terusik. Dengan bekal pengalaman bekerja yang saya miliki, akhirnya tergerak mendirikan koperasi. Tujuannya sederhana hanya ingin membantu para pensiunan yang membutuhkan modal usaha.
Nama NASARI yang dalam bahasa Batak berarti peduli, dipilih karena mewakili idealisme yang kami usung.
Sejak awal berdiri KSP NASARI fokus pada pasar pembiayaan Purnabakti. Apa alasannya ?
Kelompok purnabakti itu minim risiko kredit macet. Sebab, gaji mereka yang dibayarkan melalui kantor bayar gaji pensiun yang di tunjuk Ordonatur Camtable yaitu PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero) serta perbankan lain langsung dipotong sebagai cicilan. Purnabakti PNS, TNI dan POLRI itu kan dibayarkan gajinya dari APBN sehingga pasti pembayarannya aman.
Selama 20 tahun beroperasi KSP NASARI terus eksis, bahkan menjadi salah satu koperasi besar Indonesia. Apa rahasia kesuksesannya ?
Sejak awal didirikan Koperasi ini memang tidak berorientasi pada keuntungan semata. Sikap peduli merupakan motif kami dalam menjalankan usaha. Kepedulian terhadap para purnabakti beserta keluarganya yang butuh bantuan dana memang tidak mengundang tepuk tangan dari masyarakat luas. Namun, kami sudah cukup bangga jika melihat anggota merasa tertolong oleh kehadiran NASARI. Kehadiran koperasi ini dianggap sebagai penyelamat dan disambut antusias sebagai alternatif jaringan untuk memenuhi kebutuhan keuangan.
Salah satu kunci sukses KSP NASARI bertahan hingga kini adalah menjalin kerja sama dengan instansi lain yang relatif lebih besar dan mapan. Awalnya Kami kerja sama dengan PT Pos Indonesia (Persero) yang menjadi salah satu tempat pengambilan dana para pensiun. Untuk memperluas jaringan pelayanan kemudian kami bekerja sama dengan perbankan BUMN maupun swasta. Dengan begitu, akses anggota menjadi lebih mudah.
Kami juga terus meningkatkan kualitas SDM dan teknologi informasi. Kami menyadari SDM merupakan ujung tombak dari pengembangan usaha. Sementara teknologi merupakan kehendak zaman yang tidak terelakkan. Oleh karenanya kami memperbarui sistem informasi, administrasi dan pemasaran berbasis teknologi digital.
Ke depan, apa saja rencana KSP NASARI untuk semakin berkembang?
Selain memacu kualitas SDM dan teknologi, kami juga akan terus memperluas jaringan kerja sama. Sebab, di era digital ini kolaborasi merupakan langkah strategis untuk tumbuh bersama. Kami juga memupuk kepercayaan anggota dengan terus meningkatkan tata kelola perkoperasian yang baik agar KSP NASARI bisa dipercaya. Dengan menjaga integritas dan kompetensi, Koperasi bisa menjadi solusi bagi anggota maupun masyarakat.
SAHALA Panggabean lahir di Tarutung, Sumatera Utara, pada 3 April 1950. Di kota itu pula ia menempuh pendidikan hingga SMA. Saat kuliah ia memilih hijrah ke Jakarta dan kuliah di Universitas Trisakti. Ia menyelesaikan S1 Ekonomi pada 1984 dengan program KEJAR (Kerja Sambil Belajar). Mengingat dana yang terbatas, Sahala kuliah sambil bekerja di Bapemil (Bank Pegawai dan Pensiunan Militer) berganti nama menjadi Bank Tabungan Pensiunan Nasional (Bank BTPN). Posisi terakhirnya Kabag Operasi di Bapemil Cabang Semarang. Setelah Bapemil berubah menjadi Bank BTPN, bapak empat anak ini masih meneruskan karir profesionalnya. Terakhir posisinya adalah Pimpinan Kantor Cabang Bank BTPN Yogyakarta pada 2005.
Di luar kesibukannya sebagai Ketua KSP NASARI, semangat kepedulian juga ditularkannya dalam kehidupan keluarga bersama dengan istri tercinta Tetty ML Situmorang, yang dinikahinya pada 5 Januari 1979. Keempat anaknya dididik dan dibesarkan dalam spirit kebersamaan dan peduli dengan sesama. (Drajat)