
PeluangNews, Jakarta-Menteri Koperasi (Menkop) Ferry Juliantono menegaskan bahwa semangat dakwah ekonomi yang diwariskan oleh tokoh besar Syarikat Islam (SI), H.O.S. Tjokroaminoto, masih relevan dan menjadi inspirasi dalam membangun kemandirian ekonomi bangsa. Ia menyebut bahwa Cokroaminoto telah menunjukkan bagaimana koperasi dapat menjadi jalan perjuangan ekonomi rakyat yang berlandaskan gotong royong dan keadilan sosial.
“Terutama bagi petani dan pedagang kecil. Cokroaminoto melihat koperasi sebagai solusi strategis untuk melawan penindasan ekonomi dan mewujudkan kesejahteraan bersama,” ujar Ferry saat memberikan pembekalan bagi peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II Syarikat Islam di Jakarta, Selasa malam (4/11).
Dalam acara yang juga dihadiri Ketua Koperasi Sidogiri Abdul Majid Umar dan Ketua Umum Syarikat Islam Hamdan Zoelva, Ferry menjelaskan bahwa konsep koperasi sejatinya sejalan dengan nilai-nilai Islam. Prinsip keadilan, kebersamaan, dan tolong-menolong menjadi landasan ekonomi umat yang tidak hanya bernilai sosial, tetapi juga spiritual.
Menurut Ferry, koperasi bukan sekadar badan usaha, melainkan gerakan moral dan sosial yang menempatkan manusia sebagai pusat ekonomi. Karena itu, ia mengajak Syarikat Islam untuk terus memperkuat peran koperasi sebagai pilar ekonomi kerakyatan dan wadah pemberdayaan umat.
“Oleh karena itu, saya mengajak Syarikat Islam bersama-sama membesarkan gerakan koperasi di Indonesia. Pemerintah memberikan dukungan penuh bagi pembentukan dan pengembangan koperasi berbasis syariah untuk kemajuan ekonomi umat,” tegasnya.
Ferry juga menyampaikan bahwa amanah Presiden Prabowo Subianto menegaskan pentingnya mengembalikan koperasi ke posisinya semula sebagai pilar utama ekonomi nasional. “Saya mendapat amanah dari Presiden Prabowo Subianto untuk membesarkan kembali koperasi sebagai badan usaha yang merupakan perwujudan dari ekonomi konstitusi, yaitu ekonomi Pancasila,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa semangat ekonomi Pancasila yang tercermin dalam Pasal 33 UUD 1945 sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai keislaman yang hidup di masyarakat Indonesia. “Ketika para pendiri bangsa merumuskan Pasal 33, mereka mempertautkan dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, yang tentu saja banyak berakar dari ajaran Islam,” jelasnya.
Sebagai bentuk konkret dari amanah tersebut, pemerintah saat ini sedang membangun lebih dari 80 ribu Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di seluruh Indonesia. Program besar ini diharapkan mampu mempercepat kebangkitan koperasi yang selama ini tertinggal dibandingkan badan usaha milik negara (BUMN) dan swasta.
“Itu untuk mempercepat ketinggalan koperasi dari badan usaha lain, setelah sekian puluh tahun terabaikan,” ujar Ferry.
Ia mengingatkan bahwa sejak Indonesia menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan IMF setelah krisis moneter 1998, sistem ekonomi nasional mulai berpindah ke mekanisme pasar bebas. Negara pun diminta untuk tidak terlalu campur tangan dalam sistem dan praktik ekonomi.
“Di situlah terjadi proses memarginalisasi pelaku-pelaku kecil, termasuk koperasi,” ucapnya.
Namun kini, Ferry menegaskan pemerintah berkomitmen untuk membalikkan keadaan. Ia meyakini bahwa upaya membangun kembali koperasi sebagai kekuatan ekonomi rakyat merupakan kelanjutan dari perjuangan para pendiri bangsa dan tokoh-tokoh Syarikat Dagang Islam di masa lalu.
“Sama persis, di mana kita menolak kolonialisme, menolak dominasi asing, menolak penguasaan oleh segelintir orang,” tegas Ferry.
Sebagai contoh keberhasilan, ia menyoroti eksistensi Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Sidogiri yang kini berkembang pesat dengan aset mencapai triliunan rupiah. “Kopontren Sidogiri adalah contoh koperasi sukses yang mampu membangun kemandirian ekonomi berbasis pesantren. Dan masih banyak Kopontren lain yang berhasil, seperti Sunan Giri, At-Ittifaq, dan lainnya,” tambahnya.
Menurut Ferry, kesuksesan koperasi pesantren menunjukkan bahwa nilai-nilai dakwah dan ekonomi dapat berjalan beriringan. “Koperasi dengan dakwah Islam itu satu nafas,” ujarnya menutup sambutan.
Dengan semangat itu, pemerintah berharap gerakan koperasi tidak hanya menjadi instrumen ekonomi, tetapi juga menjadi kekuatan moral bangsa—sebuah jalan panjang yang telah dimulai oleh Cokroaminoto lebih dari seabad lalu dan kini diteruskan melalui kerja bersama antara negara, umat, dan gerakan koperasi.







