hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Konsumen Pertalite Tergencet Dobel: Mahal dan Boros

DEMO menentang kenaikan harga BBM bersubsidi belum reda. Terjadi bergelombang di berbagai kota di Tanah Air. Secara bersamaan, konsumen tertimpa beban tambahan. BBM jenis Pertalite dikeluhkan lebih cepat habis. Keluhan yang disuarakan lewat sosmed, beberapa hari setelah kenaikan harga BBM itu. Sebuah pengukuran serius menghasilkan, jika dulu rasionya 1:10, kini menjadi 1:6,5.

Pemerintah diminta segera bertindak. “Pemerintah dan BPH Migas harus segera memeriksa kualitas BBM yang dikeluhkan tersebut agar menjadi jelas,” ujar anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto. Harus dapat dijelaskan secara objektif kualitas BBM Pertalite saat ini. Ia mengusulkan, menggandeng penilai (assesor) pihak ketiga untuk menjaga objektivitas pemeriksaan kualitas Pertalite tersebut.

“Tugas Kementeriaan ESDM, khususnya BPH Migas, kan mengawasi penyediaan dan distribusi migas. Tugas ini harus dijalankan dengan baik untuk melindungi masyarakat dan membuat mereka tenteram,” kata Mulyanto. Politisi PKS ini mengaku banyak mendapat laporan dari masyarakat terkait masalah ini.

Kalangan yang gencar bersuara adalah pengemudi ojek online/ojol. Salah satu akun pengguna FB menyebut, jarum bensin kendaraannya berkurang meski dalam kondisi mati/terparkir.

“Beberapa hari ini bensin cepat habis dengan pemakaian yang gak terlalu jauh. Kadang diparkir aja, jarum bensin bisa berkurang,” tulis akun Suzuki Address Indonesia. “Motor ane Beat. Beli bensin full Pertalite yang sekarang kok dapet 12 orderan jarak pendek bensin sudah habis aja. Biasanya 22 orerderan masih sisa,” tulis akun Driver Go-Jek Community.

“Selain harganya naik, kok perasaan Pertalite cepat habis juga. Masa baru ngisi ampere bensin cepat banget turunnya,” keluh akun bernama Aby Ya. “Pantesan. Saya juga merasakan seperti ini, apakah Anda juga merasakannya? Seperti kayak beda Pertalite sekarang dengan sebelumnya. Jika itu benar, mari kita viralkan,” tulis Hisyam Mahrus Ali.

Seharusnya pihak Pertamina yang menjelaskan masalah ini. Pakar otomotif Bebin Djuana menyebut, zaman dulu BBM memang bisa menyusut tapi jumlahnya tidak mencolok. Dirinya mengaku bingung. “Dulu sebelum kita menganut Euro 2, memang ada penyusutan tapi jumlahnya tidak mencolok, tapi kualitasnya yang turun drastis. Seperti minyak tanah dan di tangki bensin, yang tertinggal seperti aspal,” kata Hisyam.●

pasang iklan di sini