hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Kisah Sukses Rudolf Pasarkan Produk Furniture Raih Omzet 1,5 dolar AS

Solo (Peluang) : Rudolf Samsi mengawali usaha menjual kursi produksinya dengan berkeliling sepeda, kini menembus pasar ekspor dengan omzet ratusan juta diraihnya. 

“Nana Karobi Ya Oki” adalah peribahasa Jepang yang bermakna “Jatuh tujuh kali bangkit delapan kali”.

Ungkapan ini menggambarkan kegigihan Rudolf Samsi dalam membesarkan CV Krudut. Yakni pabrik furniture spesialis kursi kulit yang kini produknya telah diekspor ke berbagai belahan dunia.

Rudolf mulai tertarik bidang furniture ini sejak ia bekerja di tempat kakaknya yang memproduksi produk serupa.

Dari tempat kerjanya itu, ia mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan di bidang usaha ini. 

Hingga akhirnya, ia bertekad untuk memproduksi sendiri kursi berbahan kulit  dan menjualnya. 

Dalam memasarkan, Rudolf berkeliling kota Solo dan Sukohardjo dengan menggoes sepeda. Kursi kulit yang dibuatnya, diikat di boncengan sepeda.

Hal itu, ia lakukan setiap hari dengan peluh keringat membasahi tubuhnya. Alhasil kegigihan Rudolf berbuah manis, ia mendapatkan banyak pelanggan dari keliling menawarkan kursi kulit buatannya itu.

“Awal dapat pelanggan, saya keliling kota Solo dan Sukoharjo pakai sepeda. Kursi kulitnya diikat di boncengan sepeda. Itu saya lakukan tiap hari,” kata Rudolf.

Kursi kulit yang didagangkan itu dikerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain. Bahkan kalau banyak orderan, Rudolf sampai kerja larut malam hingga dini hari. 

“Semua kursi kulit, saya kerjakan sendiri tanpa tukang. Kadang sampai lembur buat kursinya itu, karena saya berusaha memuaskan pelanggan,” ujarnya.

Seiring waktu dengan bendera CV Krudut, dan mempekerjakan tiga orang temannya, 

Rudolf mulai menyuplai produksi kursinya  ke pabrik-pabrik besar di kota Solo, tepatnya sejak tahun 1998. 

Usaha kursi yang dirintisnya terus berkembang hingga menghasilkan pundi-pundi rupiah. Kemudian, Rudolf pun membuka pabrik dengan mempekerjakan banyak karyawan.

Rudolf merasa bahagia karena dirinya bisa membuka lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. 

“Ketika saya buka pabrik, warga sekitar rumah saya pada datang melamar kerja. Saya langsung terima tanpa harus punya ketrampilan. Yang penting mereka niat kerja, saya bimbing. Pegawai saya, 90 persen adalah masyarakat sekitar Sukoharjo,” jelasnya.

Kisah manis itu rupanya tak berlangsung lama. Krisis moneter tahun 2008 menjadi ujian bagi Rudolf dalam menjalani usahanya. 

Badai krisis itu memporak porandakan usaha furniture-nya hingga keuangan pabrik Rudolf pun tergerus. 

Agar tetap bisa memproduksi furniture yang telah dipesan para pelanggan, Rudolf terpaksa menjual rumahnya. 

Dengan semangatnya, masa-masa sulit itu bisa dilewati Rudolf. Terbukti dalam waktu tiga bulan, usahanya bangkit lagi dan ia pun bisa membeli rumah lagi. 

Inovasi juga terus dilakukan oleh Rudolf, mulai dari variasi bahan dasar yang awalnya hanya kulit, berkembang menjadi rotan, plastik, dan enceng gondok. Hingga mengikuti berbagai pameran internasional yang bertujuan untuk perluasan pemasaran. 

Kini CV Krudut, usaha furniture Rudolf lebih fokus pada ekspor ke berbagai negara besar seperti Amerika, Mexico, Spanyol, Belanda, Italia, Australia, dan Israel.

“Tahun 2017 saya mulai ikut pameran internasional di Jakarta. Dari sanalah, saya dapat beberapa pembeli dari luar negeri. Sejak itu saya rutin mengikuti pameran setiap tahun dan selalu mendapatkan pembeli baru,” tutur Rudolf.

Namun ketika mendapatkan order dengan kapasitas yang besar dari pembeli luar negeri, Rudolf mulai kebingungan permodalan.

Rudolf pun mencoba mencari jalan hingga menemukan solusi melalui berbagai pendampingan dan pelatihan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KemenKopUKM), khususnya dalam mengakses pembiayaan pada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

Berkat pendampingan dan permodalan itu, produksi furniture Rudolf terus meningkat dengan bidikan pasar ekspor. 

“Saya ucapkan terima kasih kepada KemenKopUKM atas bantuan dalam memberikan pelatihan dan memfasilitasi akses pembiayaan ke LPEI hingga Rp 8 miliar. Modal itu, saya manfaatkan untuk memperbesar kapasitas produksi, ekspor, hingga membangun pabrik baru,” kata Rudolf.

Berkat kerja keras Rudolf dalam membesarkan CV Krudut, saat ini perusahaannya mampu meraih omzet  1,5 juta dolar Amerika Serikat (AS) pertahunnya. 

Rudolf juga taat membayar pajak usaha CV Krudut yang mencapai Rp 44 juta tiap bulannya atau sekitar Rp 600 juta per tahunnya.

Rudolf berharap, CV Krudut dapat terus berkembang lebih besar dan lebih variatif dalam menciptakan produk-produk unggulan. Serta bisa mendirikan pabrik lagi agar kapasitas produksi menjadi semakin besar. Sehingga mampu memenuhi permintaan konsumennya dengan baik.(S1).

pasang iklan di sini