Daya beli masyarakat yang turun berdampak terhadap usaha KSU Tunas Jaya yang sebagian besar anggotanya bergerak di warung mikro. Perlu intervensi pemerintah untuk memulihkan usaha KUMKM di Jakarta.
Melemahnya tingkat konsumsi masyarakat terutama di level menengah bawah dituding sebagai penyebab utama menurunnya usaha KSU Tunas Jaya. Hal ini karena sebagian besar usaha angggotanya merupakan warung mikro yang konsumennya didominasi wong cilik.
Sugiharto, Ketua KSU Tunas Jaya mengatakan, secara makro ekonomi pada 2017 memang tumbuh positif sebesar 5,07%. Namun demikian, di sektor ritel mengalami perlambatan karena turunnya daya beli masyarakat. Terlebih di tingkat pedagang kecil dimana mayoritas anggota Koperasi berada di kelompok ini. “Kami rasakan tekanan di usaha ritel semakin besar,” ujar Sugiharto.
Pada 2017, pendapatan usaha bersih KSU Tunas Jaya sebesar Rp4,61 miliar, atau turun 14% dibanding 2016 senilai Rp5,26 miliar. Pada sisi lain, beban pokok pendapatan justru naik menjadi sebesar Rp515,94 juta. Hal ini semakin mempertipis laba usaha koperasi.
Dengan kondisi pasar ritel yang tertekan, pengurus KSU Tunas Jaya berharap adanya keberpihakan Pemda DKI Jakarta terhadap Koperasi dan UMKM. Tanpa intervensi pemerintah, diyakini usaha KUMKM akan sulit untuk berkembang.
Sugiharto menambahkan, untuk mendongkrak kinerja KSU Tunas Jaya ia berharap dukungan dan partisipasi anggota terhadap koperasi dapat ditingkatkan. Caranya dengan belanja di toko-toko milik anggota maupun menyimpan dananya di koperasi. “Kita perlu dukungan yang lebih besar dari anggota,” ucapnya.
Di tengah menurunnya pendapatan usaha, anggota KSU Tunas Jaya yang sebesar 1.024 orang ini masih menunjukkan kesetiaannya. Ini terlihat dari naiknya jumlah tabungan sebesar 2,5% dibanding tahun sebelumnya.
Untuk menjaga keberlanjutan usaha, Sugiharto sudah menyiapkan sejumlah rencana pada tahun ini. Strategi yang siap dijalankan antara lain menambah simpanan wajib dari anggota yang berasal dari bagian SHU masing-masing anggota minimal Rp50 ribu dan mengubah dana penyertaan menjadi simpanan wajib. Selain itu, akan menambah modal kerja dari pihak lain seperti perbankan sebesar Rp1,5 miliar.
Dengan mempertebal modal usaha, diharapkan kinerja KSU Tunas Jaya dapat lebih baik di tahun ini. Seperti ungkapan sebuah lagu, “badai pasti berlalu”, mungkin ini pula yang ada di benak pengurus koperasi. Loyalitas anggota sangat dibutuhkan untuk mengangkat usaha koperasi.