hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Kementan Perkuat Sistem Pengawasan Hilirisasi Komoditas Perkebunan 2025

Kegiatan penerapan manajemen risiko di Pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto, Jawa Timur
Kegiatan penerapan manajemen risiko di Pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto, Jawa Timur

PeluangNews, Mojokerto – Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian (Itjen Kementan) memperkuat sistem pengawasan program hilirisasi komoditas perkebunan tahun 2025 dengan menerapkan manajemen risiko secara menyeluruh. Langkah ini dinilai krusial untuk memastikan program berjalan tepat sasaran, bebas risiko, dan mampu mendorong nilai tambah produk pertanian Indonesia.

Plt Inspektur Jenderal Kementan, Tin Latifah, menegaskan manajemen risiko akan menjadi sistem peringatan dini. “Jadi kita telah mengumpulkan beberapa stakeholder mulai dari Ditjen Perkebunan, BPKP, hingga PT Sinergi Gula Nusantara. Masing-masing melakukan identifikasi sesuai tugas dan fungsinya sehingga pelaksanaan kegiatan bisa maksimal,” ujarnya dalam kegiatan penerapan manajemen risiko di Pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (30/7).

Menurutnya, hilirisasi perkebunan merupakan upaya penting untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian. “Kegiatan manajemen risiko ini bukan sekadar formalitas, melainkan fondasi utama untuk keberhasilan program. Itjen akan mendampingi dan mengawal setiap progres, mulai dari pengadaan hingga penyusunan anggaran,” kata Tin.

Plt Dirjen Perkebunan, Abdul Roni Angkat, menambahkan pihaknya telah menyiapkan regulasi pendukung. “Kita sudah merumuskan roadmap pengembangan hilirisasi produk perkebunan yang jelas, demi memastikan arah kebijakan terarah dan berkelanjutan,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Pengawasan Bidang Pangan, Pengelola Energi, dan SDA BPKP, Agus Rianto, menilai manajemen risiko sangat fundamental. “Penerapan manajemen risiko sejak tahap perencanaan membantu mengidentifikasi potensi kendala sejak dini, sehingga program hilirisasi dapat berjalan lebih efisien, efektif, dan tepat sasaran,” jelasnya.

Langkah pengawasan ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. Ia menegaskan hilirisasi perkebunan menjadi prioritas utama pembangunan pertanian ke depan. “Setelah mencetak capaian produksi beras 4,2 juta ton, Indonesia harus bertransformasi dari produsen bahan mentah menjadi pengolah dan pengekspor produk bernilai tambah,” tegas Amran.

Komoditas yang menjadi fokus hilirisasi meliputi kelapa, kakao, mete, kelapa sawit, dan kapas. Program ini diproyeksikan menyerap 8,6 juta tenaga kerja dengan total investasi Rp371 triliun. “Investasi diarahkan untuk memperkuat industri pengolahan hasil pertanian sekaligus mendorong keterlibatan generasi muda,” terang Amran.

pasang iklan di sini