Deli Serdang (Peluang) : Pelatihan ini untuk modernisasi koperasi dalam mewujudkan korporatisasi petani dan nelayan.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah(KemenKopUKM) melalui Deputi Bidang Perkoperasian melakukan pelatihan tata kelola koperasi modern di Sumatra Utara dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul untuk koperasi sawit peserta Program Minyak Makan Merah dan koperasi nelayan peserta Program Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN).
Asisten Deputi Bidang Pengembangan SDM Perkoperasian dan Jabatan Fungsional, KemenKopUKM, Nasrun Siagian mengatakan, kegiatan pelatihan ini dilakukan sebagai upaya mempersiapkan dan memperkuat kualitas dan kompetensi SDM koperasi pengelolaan Pabrik Minyak Makan Merah dan SPBUN.
“Pelatihan ini juga dilakukan untuk memodernisasi koperasi lainnya dalam mewujudkan korporatisasi petani dan nelayan di wilayah Sumatra Utara,” ucap Nasrun dalam acara Pelatihan Tata Kelola Koperasi Modern bagi Pengurus, Pengelola Koperasi Sawit dan Nelayan di Sumatra Utara, Selasa (22/11/2022).
Nasrun menambahkan permasalahan umum koperasi saat ini adalah masih berkutat pada lemahnya SDM, kelembagaan, tata kelola koperasi, permodalan, akses pemasaran, dan teknologi.
Hal ini tentu membuat pemerintah pusat dan daerah harus bersinergi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Agar SDM, kelembagaan, dan tata kelola koperasi meningkat layaknya perusahaan koperasi atau korporatisasi koperasi.
Nasrun berharap pelaku koperasi sawit dan koperasi nelayan yang dijadikan piloting project Pengelolaan Pabrik Minyak Makan Merah dan SPBUN, menjadi tempat praktik dan implementasi pengetahuan yang didapat dari pelatihan
“Selepas pelatihan ini mereka harus mampu menunjukkan perubahan yang signifikan berkaitan dengan tata kelola dan bisnis koperasi. Sehingga ada promosi bisnis anggota dan peningkatan pendapatan petani sawit dan nelayan menjadi semakin baik,” kata Nasrun.
Nasrun mengingatkan, terdapat teori ketergantungan atau Hukum Rostow pada sektor pertanian. Dalam teori ini, ketergantungan dibangun oleh pemodal atau kapitalis yang mengakibatkan tidak sedikit petani sawit dan nelayan yang terperangkap.
“Petani dan nelayan terikat pada tengkulak. Sehingga mereka hanya sebagai objek atau pelengkap penderita, yang menikmati margin keuntungan adalah para tengkulak. Hal ini semua disadari dan dipahami para petani dan nelayan, namun apa daya sudah masuk perangkap dan terjerat,” ungkapnya.
Untuk keluar dari kondisi tersebut, menurutnya, solusi yang dapat dilakukan adalah memperkuat gerakan ekonomi kerakyatan, kekeluargaan, dan gotong royong yakni dengan berkoperasi.
Nasrun menegaskan membangun koperasi memang penuh perjuangan, tantangan, dan hambatan, baik dari luar dan dalam. Karena gerakan ekonomi kerakyatan akan berkompetisi dengan pelaku ekonomi lainnya.
Lebih lanjut ia mengingatkan pentingnya penguasaan teknologi informasi. Menurut Nasrun koperasi harus adaptif terhadap perkembangan teknologi informasi yang akan membantu dalam administrasi, pencatatan transaksi keuangan (akutansi) dan laporan keuangan, akses pembiayaan, pemasaran, dan lainnya.
“Mau tidak mau, suka tidak suka, bahwa salah satu modernisasi koperasi masuk dalam ekosistem digital,” ujar Nasrun.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Deli Serdang Rabiatul Adawiyah Lubis mengapresiasi KemenKopUKM yang telah mengadakan pelatihan ini.
Menurut Rabiatul, pelatihan ini akan memberikan dampak yang baik untuk koperasi sekaligus meningkatkan kualitas SDM perkoperasian dalam rangka mempersiapkan Pabrik Pengelolaan Minyak Makan Merah dan SPBUN Nelayan di Deli Serdang.
“Rata-rata kelemahan koperasi adalah dalam bidang pengelolaan dan manajemen keuangan,” kata Rabiatul.
Maka itu, ia berpesan agar pengurus dan anggota koperasi yang menjadi binaan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Deli Serdang tidak merasa seperti pemeran tambahan dalam lingkungan bisnis yang ada di masyakarat. “Tetapi usahakanlah menjadi pemeran utama di dalamnya,” tandas Rabiatul. (S1).