hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Kemenkop UKM Permudah Akses KUR UMKM lewat Credit Scoring

kemenkop ukm permudah akses kur
Pelaku UMKM masih mengalami kendala akses perbankkan/dok.ist

PeluangNews, Jakarta – Kemenkop UKM atau Kementerian Koperasi dan UKM mengakui bahwa saat ini masih banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang masih mengalami hambatan dalam mengakses pendanaan terutama dalam Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hal itu karena mereka tidak memiliki agunan tambahan, berpendapatan rendah, dan memiliki kemampuan yang belum memadai.

“Ketika dia (pelaku UMKM) meminjam ke perbankan sering kali ditolak karena perbankan hanya menghitung berdasarkan data-data misalnya neraca pembukuan usaha, data-data pinjaman sebelumnya dan lainnya,” ucap Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop UKM, Yulius, kepada wartawan di Jakarta, Jumat (19/1/2024).

Saat ini, lanjut dia, pemerintah dalam upaya meningkatkan akses KUR untuk UMKM menggunakan credit scoring. Dengan adanya kredit scoring ini, diharapkan bank penyalur meminjamkan kepada UMKM tanpa agunan.

“Credit Scoring merupakan sistem penilaian terhadap kemampuan seseorang dalam membayar kewajiban pinjamannya yang dilakukan oleh Lembaga Penilaian Kredit. Hal ini, bukan merupakan hal baru di bidang perkreditan,” ucapnya.

Pada awalnya, lanjut dia, credit scoring hanya menggunakan data konvensional, seperti data identitas, data biro kredit dan data perbankan, namun dalam perkembangannya credit scoring menggunakan sumber data diluar data konvensional, yaitu data alternatif, seperti data jaminan sosial (BPJS), data penggunaan listrik, data transaksi e-commerce, data media sosial, data perpajakan dan data lain tersedia dari Sistem Satu Pintu (SSO) pemerintah yang dapat digunakan sebagai sumber penilaian kelayakan kredit seseorang yang masih belum memiliki akses terhadap perbankan.

“Penilaian kelayakan kredit tersebut dinilai dan diproses menggunakan Artificial Intellegence (AI) dan Machine Learning. Melalui credit scoring tersebut, data transaksi UMKM menjadi pertimbangan penyaluran kredit bagi perbankan,” jelas dia.

Sesuai dengan arahan presiden dalam Pembukaan Rapat Nasional HIPMI ke-18 pada 31 Agustus 2023 lalu kepada Kementerian terkait, BI, OJK dan Perbankan agar dapat meningkatkan pembiayaan UMKM (KUR) tanpa agunan dengan menggunakan sistem credit scoring.

Maka, langkah pemerintah dalam meningkatkan penyaluran KUR tanpa agunan tambahan untuk membantu pertumbuhan usaha UMKM, salah satunya dengan pemanfaatan credit scoring.

“Pemanfaatan credit scoring dengan adanya keterbatasan akses ke sistem perbankan bagi UMKM, model credit scoring memanfaatkan data dari biro kredit contohnya seperti SLIK OJK, PEFINDO, CLIK, CBI dan sumber data alternatif lainnya,” sebut Yulius.

Program credit scoring ini, kata dia, akan di ujicoba di 2024 dengan tujuan meningkatkan persetujuan penilaian kredit untuk masyarakat dan meningkatkan pencapaian target penyaluran KUR.

“Manfaat menggunakan model credit scoring yaitu dapat meningkatkan approval dan menjaga resiko, sehingga credit scoring dapat menjangkau penyaluran kepada UMKM yang unbankable atau tidak dapat mengakses pembiayaan bank, sehingga meningkatkan perluasan distribusi KUR. Selain itu credit scoring akan dilengkapi dengan data-data alternatif yang menggambarkan behavior UMKM tersebut secara lebih tepat, sehingga meningkatkan kepercayaan perbankan dan dapat memberikan pinjaman tanpa perlu agunan tambahan,” bebernya.

Di sisi lain, dengan adanya credit scoring juga diharapkan bisa mengoptimalkan persetujuan pinjaman dan menjaga NPL tetap pada tingkat yang diterima Pemerintah, karena

“Beberapa riset menunjukkan dengan credit scoring yang ditambahkan data alternatif dapat meningkatkan persetujuan sebesar 10% dan menurunkan probababilitas NPL sebesar 4% dibandingkan dengan penilaian yang hanya menggunakan data konvensional,” tegas dia.

Saat ini, Kemenkop UKM bersama dengan Kemenko Perekonomian, OJK dan BI sedang mensetup ujicoba untuk Credit Scoring.

“Kita set up dari bulan Januari mengumpulkan data, Februari-April kita membangun modelnya pakai machine learning, Aritificial Intelligence. Setelah itu kita membuat score-nya. Setelah itu kita membangun API (Antarmuka Pemograman Aplikasi), itu sekitar bulan 6 bulan 7 bisa digunakan untuk pilot project,” tandasnya.

Sebagai informasi, saat ini telah terdapat 20 fintech yang telah menggunakan skema credit scoring. Nantinya, setelah uji coba yang akan dimulai pada Juli mendatang, penggunaan credit scoring akan diperluas kepada perbankan, koperasi dan lembaga keuangan non bank. Jumlah plafon KUR pun rencananya akan dinaikkan dari yang sebelumnya Rp100 juta menjadi Rp500 juta jika credit scoring telah diberlakukan. (Aji)

Baca Juga: Program Kolaborasi Pahlawan Digital UMKM dan Startup Saling Menguntungkan 

pasang iklan di sini
octa forex broker