hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Kemenkop UKM Akui Ada “Missing Link” di Industri Rotan

JAKARTA—Industri rotan Indonesia yang berada di hilir mengalami kelangkaan bahan baku, sungguh ironis mengingat di hulu ada produksi rotan melimpah. 

Hal ini terungkap dalam rapat koordinasi lintas kementerian, pemerintah daerah, industri dan petani yang digelar Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) menggelar rapat koordinasi lintas kementerian, pemerintah daerah, industri dan petani. Rapat koordinasi ini dilakukan demi mendorong ekspor furnitur berbahan baku rotan.

 “Artinya ini ada yang missing link karena di hulu produksinya melimpah sementara industri furnitur kekurangan bahan baku,” ujar Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki usai rapat koordinasi di gedung Kemenkop dan UKM, pada Senin, (2/3/20). 

Hadir perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dirjen Bea dan Cukai, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Pemerintah Daerah. Hadir pula penghasil rotan, asosiasi pengusaha furnitur, serta petani rotan dari Kalimantan Selatan dan Sulawesi. 

Teten menyatakan, terjadi penyelundupan produksi rotan yang melimpah. Nilainya mencapai 10 ribu ton per bulan. Hal inilah yang  menyebabkan masalah dalam tata niaga rotan yang harus segera diselesaikan.

 “Ada yang anomali, industri tidak bisa menyerap seluruh produksi rotan setengah jadi, hanya sekitar 30 persen. Ada kebijakan di hulu dan hilir yang tidak pas,” kata Teten.

Lanjut Teten, harga murah rotan di hulu karena produksinya melimpah sedangkan di hilir harganya mahal dengan karena kelangkaan pasokan.  Untuk itu Menkop meminta agar para dinas, pengusaha dan petani dari daerah penghasil rotan segera membuat data valid.

“Data yang akurat untuk menjadi pertimbangan kebijakan paling tepat untuk jangka pendek dan jangka panjang. Petani dan pengolah rotan serta industri furnitur harus sama-sama tumbuh sehingga rotan menjadi komoditi yang menguntungkan,” papar Teten.

Rotan seharusnya menjadi produksi unggulan karena Indonesia adalah produsen rotan terbesar dunia. Hanya saja faktanya, negara lain menjadi eksportir produk furnitur berbahan baku rotan yang cukup besar. 

Sementara Deputi Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit menuturkan, penyerapan bahan baku itu rendah karena industri rotan tidak bisa menyerap seluruh jenis produksi rotan.

“Ada jenis rotan tertentu yang tidak bisa terserap oleh industri,” tutup Victoria. 

pasang iklan di sini