Pada 2020, Food Station akan meluncurkan beras organik dan memasarkan jagung untuk menjaga stabilitas harga telur dan daging ayam.
Beras merupakan komoditas penting di Indonesia yang tidak hanya berdimensi ekonomi tetapi juga dapat berdampak politis. Hal itu tidak lepas dari mayoritas penduduk yang menjadikan beras sebagai makanan utama. Oleh karenanya, stabilitas harga pangan terutama beras menjadi perhatian Pemerintah setiap tahun.
PT Food Station Tjipinang Jaya sebagai badan usaha milik daerah (BUMD) memiliki fungsi untuk menjaga ketahanan pangan di wilayah DKI Jakarta dan menjadi pusat informasi bahan pangan di Asia Tenggara.
Arief Prasetyo Adi, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya mengatakan, pihaknya terus berinovasi untuk memenuhi ekspektasi stabilitas harga pangan di wilayah DKI Jakarta. “Inovasi dilakukan dengan prinsip memenuhi kebutuhan pasar,” ujar Arief.
Salah satu inovasi yang akan dilakukan pada 2020 adalah meluncurkan beras organik. Ini tidak lepas dari permintaan pasar yang meningkat terhadap komoditas tersebut, terutama dari kelompok masyarakat menengah atas. Untuk itu, Food Station (FS) telah menjalin sinergi dengan daerah-daerah sentra produksi. Mutu produk pun dipastikan memenuhi standar karena didukung teknologi pengolahan beras terkini.
Pemasaran beras organik akan memberi alternatif kepada masyarakat Jakarta untuk kebutuhan pangannya selain beras regular. Saat ini, pangsa pasar beras reguler FS sebesar 15%-20%. Pangsa itu dinilai cukup untuk menstabilkan harga beras di Jakarta. Sementara dari sisi produktivitas, kapasitas produksi beras FS pada tahun ini rata-rata sebesar 10.000 ton per bulan.
Arief menambahkan, selain beras organik, FS juga akan mendistribusikan komoditas jagung. Ini penting karena jagung untuk pakan ternak berpengaruh terhadap stabilitas harga telur dan daging ayam. Sebab, selama ini FS telah menjalin kerja sama dengan para peternak ayam seperti di Blitar untuk memenuhi pasokan telur dan daging ayam di Jakarta. “Kami telah berkolaborasi dengan para petani di sentra produksi jagung di Konawe Sulawesi Tenggara,” ujar Arief.
Sekadar informasi, selama ini kolaborasi merupakan model bisnis utama yang dilakukan FS dalam menjalankan fungsinya. Seluruh produk komoditas pangan yang dipasarkan seperti beras, telur, daging ayam, bawang merah, dan susu merupakan hasil sinergi dengan daerah lain yang menjadi sentra produksi komoditas tersebut. Sehingga, ada nilai tambah yang dihasilkan baik di hulu maupun di hilir.
Pada 2020, sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang telah disahkan, kata Arief, FS akan melanjutkan program ketahanan pangan dengan menjalankan program beras untuk ASN, Pangan Murah KJP, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), pasar murah untuk kelurahan serta perdagangan pasar modern.
Sebagai BUMD di bidang pangan, kinerja FS patut diacungi jempol. Selain berkontribusi besar dalam mendukung ketahanan pangan di Jakarta, kinerja finansialnya pun ciamik. Pada tahun ini, perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp70 miliar, meningkat 100% dibanding tahun sebelumnya.