Pendirian koperasi konsumen yang bergerak di bisnis material bahan bangunan oleh Kopsyah BMI merupakan bagian dari upaya untuk mengakhiri ketimpangan ekonomi. Potensi umat perlu dikapitalisasi dalam gerakan koperasi syariah.
SETELAH sukses mengelola usaha simpan pinjam dan pembiayaan, kini Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) memiliki jurus baru dalam pemerataan ekonomi. Salah satu Kopsyah terbaik di Indonesia ini telah mendirikan Koperasi Benteng Muamalah Indonesia yang bergerak di bisnis material bangunan. Rencananya, awal tahun ini Koperasi tersebut sudah efektif beroperasi.
Kamaruddin Batubara, Presiden Direktur Kopsyah BMI memiliki keyakinan bahwa Koperasi baru tersebut bakal sukses. Modal captive market dan potensi pasar yang tiada matinya menjadi dasar optimismenya. “Kami punya pasar khusus sendiri dan masyarakat umum yang pastinya membutuhkan material bangunan,” ujar Kamaruddin.
Seperti diketahui, selama ini Kopsyah BMI paling getol membangun rumah gratis bagi anggota dan masyarakat yang dhuafa. Selain itu, terdapat program rumah tanpa DP untuk anggota. Tentu, pembangunan rumah tersebut membutuhkan bahan material bangunan. Nantinya, keperluan pembangunan rumah dipasok dari koperasi konsumen tersebut. Saat ini, Kopsyah BMI sudah membangun rumah gratis layak huni sebanyak 140 unit.
Selain mengandalkan anggota, potensi pasar bisnis material bangunan juga besar. Sebagai daerah satelit ibukota, di Tangerang dan sekitarnya pembangunan properti hampir tiada henti. Komplek-komplek perumahan baru terus bermunculan, begitu pula dengan pusat bisnis dan kawasan perkantoran. Oleh karenanya, bisnis bahan bangunan memiliki prospek cerah.
Bagi anggota, akan ada benefit yang bisa dinikmati dengan belanja di toko bangunan tersebut. Selain mendapat potongan harga, anggota akan mendapat tambahan SHU jika koperasi tersebut untung. Untuk itu, pengelola Koperasi Benteng Muamalah Indonesia akan mengarahkan anggotanya agar belanja di toko bangunan tersebut.
Kamaruddin, tokoh koperasi sarat gelar ini menambahkan, selain bergerak di bisnis bahan bangunan, nantinya juga akan merambah ke sektor ritel. Rencananya, pada 2020 di setiap KCP Kopsyah BMI akan didirikan satu unit toko grosir yang menjual produk kebutuhan sehari-hari anggota. “Kopsyah BMI akan terus bergerak mengembangkan usaha sebagai ikhtiar mendistribusikan kembali keadilan ekonomi untuk umat,”ungkapnya.
Perluasan bisnis yang terus dilakukan, kata Kamaruddin, memiliki tujuan strategis. Dalam pandangannya, ketimpangan sosial ekonomi yang selama ini terjadi harus diakhiri. Ekonomi Umat perlu diberdayakan agar terjadi pemerataan ekonomi. Hanya dengan pemerataan ekonomi akan tumbuh kesejahteraan yang berkeadilan. “Jangan lagi silau dengan pertumbuhan tetapi rakyat miskinnya masih banyak,” tuturnya.
Komitmen pemerataan dengan pemberdayaan Kopsyah BMI bukan hanya hiasan bibir ala kampanye politik. Tetapi mewujud dalam tindakan konkret. Seperti yang dilakukan belum lama ini dengan melakukan uji coba budidaya cabai untuk anggota. Hal itu bertujuan untuk memberi solusi peningkatan pendapatan anggota.
Selain itu, Kopsyah BMI juga bersinergi dengan komunitas-komunitas pelaku usaha mikro agar omzet mereka meningkat. Kerja sama yang dilakukan antara lain dalam bentuk pemasaran maupun pembiayaan agar kesejahteraan mereka ikut terangkat.
Sejalan dengan inovasi lahan usaha, Kopsyah BMI juga terus menggenjot kapasitas kelembagaan dan produk-produk syariah inovatif. Caranya dengan menggelar Focus Discussion Group (FGD) Pembahasan Akad-akad Kopsyah BMI. FGD diselenggerakan bersama dengan Adiwarman Karim dan Azhar Latif dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI). Hal itu bertujuan untuk memastikan produk-produk Kopsyah BMI yang sudah ada maupun yang sedang direncanakan sesuai dengan syariah. (Drajat)