JAKARTA—-BUMN holding perasuransian dan penjaminan membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp2,2 triliun sepanjang 2020. Capaian ini tumbuh 20 persen di atas target yang ditetapkan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2020 sebesar Rp1,8 triliun.
Direktur Keuangan dan Umum IFG Rizal Ariansyah menyampaikan IFG fokus pada pembenahan tata kelola perusahaan dan anggota holding.
“Kami IFG berkomitmen mewujudkan tata kelola perusahaan yang lebih baik dalam menjalankan tiga perannya, yaitu financial planning, fundraising, dan pengelolaan investasi,” ujar Rizal dalam keterangan resmi, Senin (22/3/21).
Kinerja gemilang IFG, juga ditandai nilai aset melampaui target, per 31 Desember 2020 sebesar Rp88 triliun. Capaian ini sembilan persen lebih tinggi dari target di RKAP 2020 sebesar Rp81 triliun.
Sementara total ekuitas perseroan senilai Rp45,5 triliun atau dua persen lebih tinggi dari target RKAP 2020 sebesar Rp44,8 triliun. Kinerja keuangan IFG selama 2020 juga dapat dilihat dari beberapa indikator rasio keuangan, yaitu pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA 2020 sebesar Rp2,42 triliun.
Capaian ini empat persen lebih tinggi dari target RKAP 2020 sebesar Rp2,36 triliun dan rasio likuiditas perusahaan (rasio lancar) per akhir 2020 sebesar 2,95 kali atau 15 persen lebih baik dari target RKAP 2020 sebesar 2,57 kali.
“Begitu juga dengan rasio yield on investment perusahaan per akhir 2020 sebesar 7 persen atau 75 persen lebih tinggi dari target RKAP 2020 sebesar empat persen,” ucapnya.
IFG berdiri sejak pemerintah menerbitkan PP Nomor 20 tahun 2020 tanggal 16 Maret 2020, yang mengubah PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) atau BPUI sebagai BUMN Holding Perasuransian dan Penjaminan. Kemudian, BPUI melakukan transformasi brand menjadi IFG. Pada 16 Maret 2021 merupakan satu tahun IFG sejak menjadi holding perasuransian dan penjaminan.
Holding juga membantu melakukan penggalangan dana untuk kebutuhan permodalan anak usaha melalui penyertaan modal negara (PMN), penerbitan obligasi melalui pasar modal, dan utang bank. Dengan peringkat AAA dari Pefindo, IFG berpeluang menerbitkan obligasi dengan biaya yang jauh lebih rendah, sehingga terjadi penghematan biaya.
Selanjutnya dari sisi investasi, IFG sebagai holding juga melakukan monitoring pengelolaan portofolio investasi anggota holding, sehingga terjadi pengelolaan yang transparan untuk menjaga return investasi yang baik dan risikonya rendah.
Sistem pengelolaan dan monitoring investasi IFG akan mulai ditingkatkan menuju fase digitalisasi sehingga dapat dipantau secara realtime seirama dengan program pemerintah yaitu transformasi digitalisasi 4.0 melalui dashboard Investasi IFG yang terintegrasi.
Dalam pengelolaan portofolio investasi, IFG juga melibatkan anak perusahaan lain yang bergerak bidang investasi dan capital market diantaranya PT Bahana TCW Investment Management dan PT Bahana Sekuritas untuk berkolaborasi membantu pengelolaan investasi anak perusahaan lainnya.
Perbaikan dan peningkatan tata kelola investasi dilakukan secara menyeluruh agar pengelolaan investasi lebih prudent, berkinerja baik dan memenuhi ketentuan yang berlaku.
“Investasi yang dilakukan oleh IFG berdasarkan prinsip skema investasi yang berfokus untuk memenuhi kewajiban keuangan,” pungkasnya.