Bermodal awal hanya Rp67 juta kini memiliki aset ratusan miliar. Pengelolaan usaha koperasi yang profesionel merupakan kunci utama dalam menumbuhkan kepercayaan anggota dan masyarakat.
Sejak awal didirikan pada pertengahan 2012, BMT Nurul Ummah (NU) Ngasem terobsesi untuk menjadi koperasi besar seperti halnya di Amerika Serikat dan Eropa. Di negara yang menjadi kiblat kapitalis, koperasi bukan pelaku usaha pinggiran yang memperebutkan remahan rezeki namun menjadi bagian penting dalam arus utama perekonomian.
Pembentukan holding Koperasi BMT NU Ngasem Group menjadi milestone penting dalam upaya membumikan idealisme menjadi koperasi besar di tanah air. Hal itu sesuai dengan cita-cita sang pendiri yang kini menjadi Presiden Direktur BMT NU Ngasem Group, Muhammad Wahyudi.
Gedung holding Koperasi BMT NU Ngasem Group di Jalan Raya Ngasem-Kalitidu, Dukoh Kidul, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro Jawa Timur itu diresmikan oleh Sekretaris Kementerian Koperasi, Ahmad Zabadi, 26 Februari 2025. “Saya salut dengan BMT NU Ngasem yang kiprahnya tidak banyak terdengar tiba-tiba meluncurkan holding koperasi. Ini patut diapresiasi oleh koperasi lainnya,” ujar Zabadi.
Acara peresmian gedung holding koperasi tersebut dihadiri sekitar 600 anggota perwakilan dan sejumlah kepala dinas koperasi dari 4 (empat) Kabupaten yakni Bojonegoro, Lamongan, Tuban, dan Ngawi.
Selain itu turut dihadiri oleh pegiat koperasi dari Forum Komunikasi Koperasi Besar Indonesia (Forkom KBI) dan Forum Koperasi Indonesia ( Forkopi); antara lain Kamaruddin Batubara ( BMI Group); Abdul Madjid (UGT Nusantara); Dumairi ( Maslahah); Asti Aji Riyanto ( Utama Karya); Purwoko ( Pangestu); Frans Meroga Panggabean ( Nasari); dan Sudirman Agus (Apeksyindo).
Gedung holding koperasi berlantai lima tersebut selain digunakan sebagai kantor pengurus dan manajemen juga diisi dengan belasan unit usaha seperti swalayan, food court, tour and travel, air mineral dalam kemasan (NU Berkah), pusat kesehatan, barbershop, kolam renang, play ground, gym, dll
Holding Koperasi BMT Ngasem Group sebagai koperasi sekunder membawahi empat koperasi primer, yaitu koperasi produsen, konsumen, jasa dan pembiayaan syariah. Seluruh fasilitas bisnis di gedung holding tersebut merupakan unit usaha yang dikelola oleh keempat koperasi primer BMT Ngasem Group.
Dalam sambutannya, Muhammad Wahyudi mengungkapkan tujuan utama pendirian holding koperasi BMT NU Ngasem Group adalah pemberdayaan ekonomi anggota dan umat. “Koperasi mengajarkan arti penting kebersamaan untuk memperkuat kemandirian anggota. Melalui pembentukan holding ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat serta memberikan dampak ekonomi yang lebih luas buat umat,” ungkap Wahyudi.
Dalam waktu 13 tahun beroperasi, BMT NU Ngasem Group yang modal awalnya hanya sebesar Rp67 juta kini memiliki sekitar 80 ribu anggota yang tersebar di 33 kantor cabang di empat kabupaten di Jawa Timur dengan aset sudah ratusan miliar.
Gedung holding BMT NU Ngasem Group yang berdiri dengan megah nan luas itu lahir dari pergulatan panjang Wahyudi dalam berkoperasi. Saat hendak mendirikan koperasi, banyak koleganya yang pesimis terhadap entitas bisnis sokoguru perekonomian tersebut. Ini tidak lepas dari rasa traumatik pada koperasi yang sebelumnya pernah ada di sana.
Namun pria kelahiran Pasuruan, 24 Oktober 1974 itu bersikeras untuk melanjutkan idenya untuk mendirikan koperasi. Sang Pejuang Al-Quran itu punya cara unik untuk meyakinkan koleganya. Ia membawa mereka berkunjung ke koperasi syariah yang cukup besar yang dikelola oleh Pengurus PCNU Kota Pekalongan.
Tidak hanya diajak berkunjung ke Kota Batik, Sang inisiator berdirinya FKS (Forum Koperasi Syariah) ini juga mengajak koleganya ke BMT Sidogiri. Kunjungan ke koperasi-koperasi sukses itu dharapkan dapat membuka wawasan mereka. Namun upaya itu tidak semuanya berjalan mulus. Sebagian besar rekannya tetap ragu bahwa koperasi bisa berkembang di Ngasem Bojonegoro, bahkan tidak sedikit yang menganggu perjuangannya mewujudkan dan membesarkan koperasi
Sebagai aktivis, nyalinya tidak ciut dengan kondisi tersebut. Akhirnya ia memberanikan diri mengajak yang berminat saja untuk mengeluarkan modal sebesar Rp1 juta perorang untuk mendirikan koperasi. Akhirnya 67 orang yang bukan dari sirkel terdekatnya tertarik dengan ide tersebut. “Awalnya dulu kami hanya menyewa lapak kecil untuk digunakan sebagai kantor koperasi,” ujarnya.
Sebelumnya Wahyudi memagangkan para pengelola termasuk dirinya untuk belajar cara berkoperasi di BMT Sidogiri Pasuruan. Setelah selesai menimba ilmu, barulah praktik berkoperasi dimulai. Dari modal sebesar Rp67 juta, sebesar Rp25 juta digunakan untuk membeli software usaha simpan pinjam dari BMT Sidogiri. Setelah dipotong biaya sewa kantor dan lain-lain, sisanya sebesar Rp30 juta digunakan untuk kegiatan simpan pinjam.
Wahyudi menambahkan, salah satu kunci utama keberhasilannya dalam membangun koperasi BMT adalah profesionalisme. Sejak awal ia bersikap tegas bahwa seluruh manajemen dan karyawan yang diterima di BMT Ngasem harus punya kompetensi.
“Saya tanamkan ke seluruh pengurus untuk tidak menerima titipan dari siapa pun jika ingin menjadi karyawan BMT Ngasem. Semuanya harus punya keahlian sesuai yang kebutuhan organisasi,” ungkapnya.
Sikap profesionalisme itu terus dipertahankannya sampai sekarang. Selain profesionalisme, keberhasilan BMT NU Ngasem juga tidak lepas dari komitmen bersama untuk menyejahterakan masyarakat. Ini dibuktikan dengan menyalurkan sebagian keuntungan usaha untuk pengembangan masyakarat (community development).
Hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Perjuangan panjang Wahyudi menempatkan koperasi sebagai sarana pemberdayaan ekonomi anggota telah menampakan hasil. Pembentukan holding menjadi babak baru BMT NU Ngasem sebagai koperasi besar yang memberikan dampak nyata mengangkat kesejahteran umat.