hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Harga Minyak Dunia Dekati USD140 Per Barel, Bisa Berimbas pada Harga BBM?

JAKARTA—Pertamina secara intensif memantau perkembangan harga minyak dunia sebagai imbas konflik Rusia-Ukraina.

Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga (PPN), Subholding Commercial and Trading Pertamina Irto Ginting, menyampaikan harga produk BBM yang dijual Pertamina selain Premium dan Biosolar selalu dievaluasi secara berkala.

“Kalau yang BBM Nonsubsidi kita review dua mingguan. Terdapat dua produk BBM yang menurut Irto dalam evaluasi, memiliki pertimbangan lain yakni Pertalite dan Pertamax,” ujar Irto, Selasa (8/3/22).

Dikatakannya, dua produk BBM tersebut tidak alami perubahan harga sejak awal tahun seperti Pertamax Turbo maupun Dex Series.  Untuk Pertalite dan Pertamax masih ada pertimbangan lain.

Lanjut dia terkait kondisi terus melonjaknya harga minyak dunia yang bisa berdampak ke bisnis perusahaan, holding Pertamina akan langsung meresponnya. Irto meminta masyarakat  menunggu keterangan resmi dari holding Pertamina untuk update harga selanjutnya.

Penyesuaian dilakukan terhadap beberapa produk di antaranya Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Ketiga produk BBM umum tersebut mengalami penaikan harga yang bervariasi berdasarkan masing-masing wilayah.

Harga Pertamax Turbo di wilayah DKI Jakarta misalnya, mengalami penaikan Rp1.000 dari yang awalnya Rp13.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.

Konflik Rusia-Ukraina  membuat lonjakan harga minyak. Hingga Senin, 7 Maret 2022 minyak mentah jenis brent  menurut Lembaga Data Keuangan Internasional Refinitiv berada pada angka USD139, 13 per barel atau meningkat 17 persen.

Level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 13 tahun terakhir sejak 15 Juli 2008. Brent juga sudah tidak jauh dari rekor tertingginya di USD147,5 per barel yang dicapai pada 11 Juli 2008 lalu.

Sementara minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) juga melesat ke USD130,5 per barel yang juga berada di level tertinggi sejak Juli 2008.

Hanya saja Lembaga perbankan dan investasi global JP Morgan memberikan proyeksi yang lebih mengkhawatirkan, jika konflik berkepanjangan, maka bahwa akhir tahun ini harga minyak mentah mencapai USD185.

Sementara Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan  melonjaknya acuan mintak mentah Brent dipicu oleh keputusan Amerika Serikat dan sekutu Eropa mempertimbangkan untuk melarang impor minyak Rusia menyusul invasi Rusia ke Ukraina.

Barkindo mencatat Rusia adalah pengekspor minyak mentah dan bahan bakar utama dunia, mengirimkan sekitar 7 juta barel per hari atau 7,0 persen dari pasokan global.

“Tidak ada kapasitas di dunia yang dapat menggantikan 7 juta barel per hari,” kata dia  dalam jumpa pers  konferensi industri di Houston.

Harga minyak yang mendekati USD140 tersebut sudah mencapai lebih dari dua kali lipat dari asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ ICP) pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 sebesar USD63 per barel.

Dalam kesempatan lain, pengamat Migas Widhyawan Prawiraatmadja, mengatakan kondisi ini dapat berdampak buruk bagi Indonesia sebagai net importir minyak. 

Menurut mantan Gubernur Indonesia untuk negara-negara pengekspor minyak (OPEC) 2015-2016 kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) atau subsidi energi menjadi tak akan terelakkan.

Masalahnya jika harga BBM ini dinaikkan, maka ini akan berdampak pada kenaikan inflasi. Sementara bila harga BBM tidak dinaikkan, maka subsidi negara akan semakin membengkak.

Laju perubahan harga minyak ini akan sangat bergantung pada berapa lama perang akan berlangsung. Semakin lama perang terjadi, maka ini akan meningkatkan ketidakpastian pasokan minyak dunia.

Bila sejumlah negara Barat menerapkan sanksi larangan impor minyak dari Rusia, maka menurutnya ini akan memicu kenaikan harga minyak lagi ke depannya.

pasang iklan di sini