Peluangnews, Aceh – Kelangkaan gas elpiji (LPG) tabung 3 kilogram (kg) di Provinsi Aceh membuat derita bagi masyarakat di kawasan tersebut. Sebab bahan bakar bersubsidi untuk keluarga masyarakat ekonomi ke bawah itu seperti menjadi permainan pihak distributor.
Itu terlihat dari keberadaannya, selain sulit dicari sehingga mengakibatkan harganya yang melonjak luar biasa. Biasanya harga gas LPG 3 kg atau biasa disebut gas melon itu paling mahal Rp20 ribu, kini harganya mencapai Rp40 ribu.
Di Kabupaten Pidie misalnya, pada hari Minggu (30/7/2023) terpantau harga gas tabung melon 3 kg itu berkisar Rp35.000-Rp 40.000/kg. Padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) tarif pemerintah hanya Rp 18.000/kg.
“Hari ini sudah turun sedikit, saya jual Rp35.000/tabung. Keuntungan saya hanya Rp3.000/tabung, dari modal Rp 32.000/tabung. Kalau sebelumnya lebih mahal lagi,” ujar Ummi, seorang pemilik toko penjual elpiji 3 kg tidak resmi di Kota Sigli, Ibukota Kabupaten Pidie.
Maimun warga Desa Blok Bengkel, Kecamatan Kota Sigli, mengaku setelah terjadi kelangkaan sekitar dua pekan ini, terpaksa membeli elpiji melon itu seharga Rp40.000/kg. Itu pun dia peroleh dari pengecer di luar distributor Pertamina.
“Karena barangnya tidak ada di pengecer resmi, jadi tidak ada cara lain, kecuali membeli pada penjual eceran meskipun harganya tinggi,” kata Maimun.
Melonjaknya harga gas 3 kg bersubsidi untuk warga kurang mampu itu juga terjadi di berbagai Kabupaten/kota lainnya di Provinsi Aceh. Antara lain di kawasan Kabupaten Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Aceh Salatan, Aceh Jaya dan Aceh Besar.
Uniknya meski elpiji 3 kg semakin sulit diperoleh pada pangkalan atau pengecer resmi. Tapi tabung melon itu bisa didapat di kedai, warung, toko atau kios pedagang yang tidak terdaftar sebagai agen Pertamina. (Aji)
Baca Juga: Derita Warga, Harga Telur dan Ayam Tinggi Disusul LPG Langka