Pada era sekarang pekerja media dihadapkan dengan dilema apakah harus tetap patuh pada kode etik jurnalistik atau harus tunduk pada pemilik modal atau pemilik media. Bagi seorang wanita berumah tangga yang berkarir di media, seperti Hanum Salsabila (Acha Septriasa) dilema ini bertambah karena bertabarakan membagi waktu dengan suaminya. Bekerja di dunia media adalah dunia tanpa koma, alias tidak kenal waktu kerja. Demikian kira-kira pesan film “Hanum dan Rangga: Faith and The City”
Awalnya Hanum hanya ikut suaminya Rangga (Rio Dewanto) di New York. Dia hanya mengerjakan satu proyek artikel tentang dunia Islam yang terkait dengan peristiwa 9/11. Yang membuatnya dekat dengan Azima Husein (Titi Kamal) dan anaknya Sarah, serta Philippus Brown (Timo Scheunemann), yang sudah dikisahkan dalam film sebelumnya “Bulan Terbelah di Langit Amerika”.
Seharusnya Hanum ikut suaminya kembali ke Vienna, untuk menyelesaikan studi Rangga. Sampai tiba-tiba Sam (Alex Abbad) mengaku dari Global New York Televisi menawarkan pekerjaan intership (waktu pendek untuk program Insight Islam. Sang CEO Andy Cooper (Arifin Putra) ingin membajaknya karena dinilai cerdas.
Awalnya Hanum tertarik, seorang jurnalis dibajak oleh praktisi media yang menjadi idolanya. Sang Suami akhirnya mengalah, menunda keberangkatan selama tiga minggu ke Vienna dengan risiko studinya terhambat untuk menyenangkan Sang Isteri yang punya ambisi meluap.
Belakangan Hanum menyadari bahwa Andy Cooper mengedepankan bisnis di atas kode etik jurnalistik. “Bukan saya tidak suka Islam, tetapi saya berbisnis!” ucap dia, ketika Hanum mengkomplain bahwa peliputan atas Zakiah, janda korban Perang Suriah melanggar perjanjian tidak memberitahukan anaknya, ayahnya sudah meninggal. Tetapi yang terjadi Sang Anak menangis di depan televise dan rating GNTV meledak.
“Bagi Cooper, rating dan share adalah Dewa,” kata Sam.
Konflik makin menjadi ketika Hanum mendapatkan suaminya dekat dengan Azima melalui foto WA yang dikirim tetangganya di apartemen IIs (Ayu Dewi). Di sisi lain Rangga memang tidak diperhatikan. Hanum pun dihadapkan dengan dilemma tetap bertahan dengan ambisinya atau menyelamatkan rumah tangganya? Seperti burung yang ingin terbang ke langit, tetapi sebelah sayapnya ada di bumi, seperti soundtrack film ini.
Film garapan Benny Setiawan ini kuat mengkritik media, sayangnya tanggung dalam soal wanita karir. Padahal di kalangan keluarag santri kelas menengah pun wanita karir sudah hal yang biasa. Temanya langka, drama romantik dibalut intrik di media massa. Di sisi lain akting Arifin Putra sebagai Andy Cooper luar biasa dan tokoh seperti ini sudah ada di depan mata (van).