hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Gusti Ayu Putu Damaryuni, dari Konsumen ke Produsen

Bali  juga punya kerajinan kain songket, kain yang ditenun dengan menggunakan benang emas atau benang perak, benang sula hingga sutera dengan motif yang khas.

Kain songket Bali ini kerap menjadi oleh-oleh mewah, karena memang mahal harganya dan pembuatannya dengan tangan, bukan dengan mesin. Salah satu produsennya adalah Gusti Ayu Putu Damaryuni.

Menjadi produsen berangkat dari konsumen, ketika dia masih bekerja di sebuah perusahaan di Denpasar. Inspirasinya ketika Putu Damaryuni berjalan-jalan ke Bali Art Center untuk sebuah acara, bersua dengan salah seorang temannya yang sedang berjualan kain tenun songket Bali di sana.

Putu Damaryuni membeli sehelai produk tersebut untuk sejumlah acara dan ternyata keluarganya mengagumi baju itu dan banyak yang ikut memesan. Perempuan kelahiran 18 Desember 1976 ini kemudian mencari tahu bagaimana proses pembuatannya dan akhirnya memproduksi sendiri.

“Saya mulai membuat tenun songket sutra maupun katun dengan harga Rp450 ribu hingga Rp4,5 juta, mulanya hanya jualan di rumah, ikut pameran, punya pelanggan dan akhirnya membuka toko pada 9 Oktober 2013. Saya pun memutuskan berhenti bekerja,” tutur dia mengisahkan berdirinya usaha Jagreg Tri Busana.

Diperkuat enam pengrajin dan dua pegawai toko, Jegreg Tri Busana mendapat banyak pelanggan hingga ke Jerman.  Sekalipun pemasaran lebih banyak mengikuti acara seminar. Hasilnya sebelum pandemi Putu Damaryuni meraup omzet rata-rata Rp30-40 juta dengan produksi sekitar 200 potong per bulan.

Seperti banyak usaha lain di Bali, Jegreg Tri Busana ikut terdampak pandemi karena banyak acara seminar dibatalkan. Dia pun mengandalkan media sosial dan Whatsapp untuk menawarkan produk melalui grup.

Pada masa “New Normal” usaha ini sudah bisa menggelar pameran dalam acara Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Inna Bali Beach Sanur pada 20 hingga 23 Oktober 2021. Ia juga Banyak mendapatkan pesanan dari pegawai yang akan pindah ke wilayah lain mencari souvenir.

“Saya berharap pemerintah membantu mempromosikan dan memasarkan produk secara merata dan jangan hanya yang itu-itu saja diajak. Kami juga ingin dibimbing dan diarahkan agar lebih maju lagi,” tutupnya.  (Irvan)

pasang iklan di sini