PALU—-Maximus Jaeng sudah lama mendengar kiprah Kopdit Pintu Air yang awalnya hanya kumpulan orang-orang kecil di sebuah kampung kecil di Rotat, Desa Ladogahar, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur pada 1995.
Guru Besar Matematika dari Universitas Tadulako ini memang berasal dari Maumere, Kabupaten Sikka sudah berpikir manajemen pengelolaan yang tentunya tidak sembarang.
“Koperasi itu terdiri daari kumpulan orang-orang hebat, profesional, akuntabel sehingga koperasi itu bisa bertahan dan kini menguasai jaringan anggota di sejumlah provinsi di Indonesia,” tutur Maximus dalam keterangan tertulisnya, yang diterima Peluang, Senin (22/3/21).
Ketika Kopdit Pintu merambah ke Sulawesi dan sudha mendirikan kantor cabang besar di Makassar dan kini merambat ke Menado serta kota lainnya di pulau Sulawesi, dia pun tertarik untuk ikut bergabung.
Itu sebabnya Maximus mengikuti kegiatan sosialisasi dari Tim Pusat Kopdit Pintu Air yang disampaikan oleh Ketua Komite Cabang Akkareso Makassar, Petrus Simon di Palu, Sabtu (13/3/21).
Maximus bersama istri dan kedua anggota keluarganya memutuskan untuk langsung bergabung setelah mendengarkan sosialisasi bahwa Kopdit Pintu Air termasuk yang terbaik di Indonesia dari jumlah anggota dan aset. Hal ini menjadi indikasi bahwa
Pintu Air bisa bertahan meski dalam kesulitan dan kondisi resesi ekonomi yang luar biasa saat ini akibat Pandemi Covid-19, bahkan pengurus dan karyawanya makin antusias berjuang mengembangkan sayap usaha hingga ke kota-kota lain di Indonesia
“Saya mendukung penuh atas kehadiran koperasi ini dan saya berharap Kopdit Pintu Air makin professional dan peduli melayani banyak orang di Palu,” pungkasnya.
Untuk diketahui 11 Provinsi di Indonesia yang menjadi titik penyebaran KSP Kopdit Pintu Air Indonesia diantaranya NTT, NTB, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah (Nivan).
