BANDUNG—-Pameran Bandung Green Festival di Cihampelas Walk pada 10 hingga 11 November tidak saja diramaikan oleh pengunjung lokal, tetapi juga wisatawan mancanegara.
Di antara stand yang mengundang perhatian adalah stand yang digelar Green Education Bandung. Mereka heran sejumlah barang kerajinan dan suvenir yang terbuat dari limbah, seperti bingkai foto hingga jam dinding.
“Wow, apa yang Anda pikirkan berkreasi seperti ini?” ucap seorang turis bule yang ditirukan Chie Chie Sarie, salah seorang penggagas Green Education Bandung.
Sarie dan beberapa kawannya sudah menggagas Green Education Bandung sejak 2010 sebagai sebuah program kepedulian terhadap lingkungan hidup di Kota Bandung.
Mereka prihatin terhadap masalah sampah umumnya, serta banyaknya limbah plastik dan kaca yang sulit terurai khususnya.
Bersama komunitas peduli lingkungan hidup di Kafe Green Education Bandung.
“Akhirnya kami menjadikan limbah yang terurai ini menjadi bahan bernilai jual, seperti suvenir untuk pernikahan, tempat peralatan kosmetik, tempat lilin yang dijual dengan kisaran Rp5-10 ribu.Kami juga mmeborong botol plastik dan kaca dari pemulung,” ujar alumni Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan ini ketika dihubungi Peluang, Rabu (21/11/2018).
GEB juga mempunyai kafe untuk tempat pertemuan,pelatihan atau mereka yang ingin belajar lingkungan hidup di kawasan Sekeloa, Bandung. Kafe ini menempati sebagian dari tempat kediaman Sarie menyediakan hidangan mulai dari sup iga hingga soto betawi. Namun yang menarik ada dinding tempat swafoto yang terbuat dari limbah.
“Kafe ini berdiri delapan bulan yang lalu. Karena tempat saya menjadi tempat ngobrol mahasiswa hingga larut malam, maka akhirnya terlintas di pikiran untuk membuat kafe,” imbuh Sarie lagi.
Selain itu di perkarangan rumahnya juga dibuat kebun hidroponik yang terbuat dari botol plastik. Ke depannya Sarie berharap apa yang digagas ia dan kawan-kawannya menular ke masyarakat.
Hidroponik dari botol plastik bekas-Foto; Dokumentasi Pribadi.“Jika kerja niat ibadah, lelah menjadi berkah,” pungkas Sarie ketika ditanya filosofi hidupnya (Irvan Sjafari).