hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Fokus  

GLOBAL KRISIS, IKNB SYARIAH OPTIMIS

Pangsa pasar yang masih kecil dibandingkan konvensional dan permintaan pasar yang cenderung meningkat diyakini akan mendongkrak kinerja industri jasa keuangan nonbank syariah di tahun ini.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional, industri keuangan non bank (IKNB) menunjukan tajinya 2022 lalu. IKNB syariah meliputi asuransi, lembaga pembiayaan, lembaga jasa keuangan khusus, dana pensiun, dan lembaga keuangan mikro, serta financial technology (Fintech).  

Saat ini terdapat 15 perusahaan asuransi syariah, 43 unit usaha syariah (UUS) asuransi, 9 lembaga pembiayaan syariah, 30 UUS lembaga pembiayaan syariah, 4 dana pensiun syariah, 5 lembaga jasa keuangan syariah khusus, 81 lembaga keuangan mikro syariah, dan 7 fintech syariah.

Berdasarkan data OJK 2022, kinerja IKNB Syariah tumbuh positif baik dari sisi produktivitas maupun bottom line. Hal ini tidak lepas dari mobilitas yang meningkat karena melandainya pandemi menuju endemi.

Memasuki 2023, meski perekonomian dunia diprediksi akan mengalami krisis namun IKNB syariah tetap optimis. Hal itu lantaran fundamental ekonomi domestik yang cukup kuat dan terjaganya daya beli masyarakat. Selain itu, pangsa pasar yang masih kecil dibandingkan konvensional juga menjadi alasan untuk meyakini berlanjutnya rapor biru industri.

Asuransi Syariah Merekah

Di industri asuransi syariah, kinerja kinclong tidak lepas dari kegigihan industri melakukan kampanye positif kepada publik tentang pentingnya perlindungan diri masa depan usaha dari segala macam risiko yang mungkin terjadi.

Berdasarkan data OJK, total aset asuransi syariah sebesar Rp45,02 triliun pada Desember 2022, tumbuh 3,53% secara tahunan (YoY) dari Rp43,49 triliun pada Desember 2021. Selain itu, OJK mencatat kontribusi bruto di asuransi syariah juga mengalami pertumbuhan hingga 16,38% YoY,  atau naik dari Rp23,69 triliun menjadi Rp27,57 triliun pada 2022.

Pada tahun ini, Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) optimistis industri akan tumbuh solid hingga mencatatkan double digit sampai dengan akhir 2023.  Direktur Eksekutif AASI Erwin Noekman menuturkan melandainya pandemi menuju endemi, maka mobilitas masyarakat semakin meningkat. Ini akan memicu pergerakan ekonomi.

Terlebih ada momen-momen tahunan seperti lebaran yang akan memicu perputaran ekonomi lebih cepat. “Peningkatan mobilitas akan membantu pertumbuhan asuransi syariah di tahun ini,” ujar Erwin.

AASI melihat adanya peluang pertumbuhan baru bagi industri seperti minat umrah yang kembali menggeliat maupun pembiayaan infrastruktur yang sebagian dananya berasal dari penerbitan surat berharga syariah (sukuk).

Senada dengan asosiasi, salah satu pelaku usaha  asuransi syariah yaitu PT Prudential Sharia Life Assurance (Prudential Syariah) juga meyakini industri akan tumbuh. Chief Financial Officer Prudential Syariah Paul Setio Kartono mengatakan, bahwa apabila pendapatan per kapita Indonesia mencapai US$5.000, maka kebutuhan akan asuransi dapat naik menjadi kebutuhan sekunder.

Sebab, asuransi merupakan gateway perencanaan kesehatan, pendidikan, dan pensiun. Sekadar informasi, berdasarkan data BPS 2022, pendapatan perkapita Indonesia baru mencapai US$4.783,9. Oleh karena itu, asuransi dinilai masih menjadi kebutuhan tersier bagi sebagian besar masyarakat.

Multifinance Syariah Tancap Gas

Merujuk data OJK, pada 2022 lalu pembiayaan multifinance syariah sebesar Rp18,74 triliun, meningkat 37,09% secara tahunan dari tahun sebelumnya senilai Rp13,67 triliun.

PT Wahana Ottomitra Multiartha (WOM Finance) merupakan salah satu perusahaan multifinance yang memiliki UUS. WOM Finance berhasil menyalurkan pembiayaan syariah sebesar Rp170 miliar, naik Rp169 miliar dari tahun sebelumnya.

Pembiayaan syariah berkontribusi sebesar 3,7% dari total keseluruhan pembiayaan.  Pada 2023, WOM Finance menargetkan pembiayaan syariah sebesar Rp180 miliar atau tumbuh 5,7% dari 2022.

Senada dengan WOM Finance, UUS Mandiri Utama Finance (MUF) juga mencatatkan pertumbuhan. Pembiayaan syariah MUF sebesar Rp665 miliar di 2021 naik 170% menjadi Rp1,79 triliun pada 2022. Nilai pembiayaan syariah tersebut berkontribusi sebesar 10% dari nilai total pembiayaan MUF.

MUF menargetkan pembiayaan syariah sebesar Rp2,23 triliun atau setara 11% dari total target pembiayaan pada tahun ini. Hal itu karena terbukanya peluang pertumbuhan seiring dengan perekonomian yang menggeliat.

Pasar Modal Syariah Bergairah

Pasar saham syariah juga memiliki potensi yang sangat besar untuk melanjutkan pertumbuhannya pada tahun ini. Penyelenggara pasar modal syariah yakni Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki jurus jitu untuk mendongkrak kinerja saham syariah.

BEI akan mendorong lebih banyak Anggota Bursa (AB) untuk melengkapi layanannya dengan Syariah Online Trading System (SOTS). Sebab saat ini baru 17 AB yang punya sistem transaksi khusus tersebut.

Pada tahun ini, BEI membidik setidaknya dua hingga tiga ABSOTS baru. Selain itu, Bursa juga akan berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan pasar modal syariah agar proses pembukaan rekening efek syariah akan lebih mudah dengan dukungan teknologi.

Saat ini terdapat lima indeks saham syariah, yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jakarta Islamic Index70 (JII70), Jakarta Islamic Index (JII), Indeks IDX-MES BUMN 17, dan Indeks IDX Sharia Growth.

Kapitalisasi pasar saham syariah pada 2022 menunjukan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Ambil contoh ISSI yang mencatatkan kapitalisasi pasar sebesar Rp4.786 triliun di 2022, naik dari 2021 sebesar Rp3.984 triliun.

IKNB syariah yang semakin berkembang dapat memperdalam pasar keuangan (financial deepening) di Indonesia. Hal ini akan memperkuat ketahanan sistem finansial dari gejolak eksternal yang mungkin akan lebih besar di tahun ini. (Kur).

pasang iklan di sini