BANDUNG—Komoditas kopi di Kabupaten Bandung identik dengan sektor riil. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) produksi kopi dari perkebunan rakyat cukup sigifikan.
Pada 2017 BPS mencatat produksi kopi dari perkebunan rakyat sebesar 5.400 ton meningkat menjadi rata-rata 6.700 ton pada 2019 dan 2020. Capaian nyaris sepertiga dari seluruh produksi kopi di Jabar berkisar antara 20-21 ribu ton.
BPS juga mencatat luas perkebunan kopi rakyat di Kabupaten Bandung hingga 2021 lebih dari 12 ribu hektar. Jumlah ini meningkat dibanding 2017 yang tercatat sekitar 10 ribu hektar.
Bagaimana dengan ekspornya? Pemerintah Kabupaten Bandung mencatat selama 2021 (hingga Oktober) yang teranyar ialah ekspor kopi dari Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung itu sebesar 19,5 ton senilai USD70.380 atau sekitar Rp1 Miliar ke Prancis.
Kopi dari Kabupaten Bandung telah diekspor ke Jerman, Timur Tengah, Australia dan Selandia Baru.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memilih Kabupaten Bandung sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan Gerakan Tanam Kopi (Gertak), Rabu, 26 Januari 2022.
“Gerakan Tanam Kopi ini tidak boleh gagal, tiga bulan pertama kita tanam, bulan kedua kita lihat hasil dan bulan ketiga kita panen,” ujar Syahrul.
Menurut Syahrul, kopi asal Indonesia selama ini cukup dikenal di seluruh dunia karena memiliki ciri khas yang cukup tinggi, dimana kualitas rasa dan aromanya sangat berbeda dengan kopi-kopi lain di berbagai benua. Apalagi Indonesia adalah negara subur yang memiliki dukungan matahari dan air yang melimpah.
Bupati Bandung, Dadang Supriatna menyampaikan luas wilayah Kabupaten Bandung 174 ribu hektar dan dari jumlah itu 20 ribu hektar adalah areal perkebunan. Dia optimis bahwa pertanian dan perkebunan bisa meningkat kesejaterahan penduduk Kabupaten Bandung yang berjumlah 3,62 juta jiwa.