Peluang News, Jakarta — Manajemen Garuda Indonesia menyerahkan keputusan soal rencana penyuntikan modal oleh Badan Pengelola Investasi Danantara Indonesia ke Perusahaan tersebut kepada pemegang saham.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia yang ditandatangani oleh Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Wamildan Tsani menanggapi pemberitaan mengenai penjajakan aksi korporasi terhadap Garuda Indonesia oleh Danantara Indonesia.
“Dapat kami sampaikan bahwa pada prinsipnya kebijakan dan strategi atas aksi korporasi tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan Pemegang Saham serta para pemangku kepentingan terkait,” ujarnya melalui keterbukaan informasi kepada BEI, Selasa (20/5).
Danantara dikabarkan akan menyuntikkan permodalan kepada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) di tengah situasi kesulitan keuangan yang dialami BUMN penerbangan tersebut. Namun, pembahasan rencana aksi korporasi antara kedua belah pihak masih berada di tahap awal.
Wamildan mengatakan Garuda Indonesia secara berkala berkoordinasi dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan terkait lainnya, sambil tetap berfokus untuk memastikan Perusahaan berjalan on the track sesuai dengan strategi kinerja Perusahaan.
Terkait dengan rencana skema pendanaan dari Danantara, manajemen Garuda menyatakan bahwa pada prinsipnya pertimbangan, kebijakan dan strategi atas aksi korporasi tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan Pemegang Saham serta para pemangku kepentingan terkait.
“Garuda Indonesia secara berkala berkoordinasi dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan terkait lainnya, sambil tetap berfokus untuk memastikan Perusahaan berjalan on the track sesuai dengan strategi kinerja Perusahaan,” lanjutnya.
Mengenai dampak dengan adanya pendanaan tersebut terhadap operasional dan kinerja keuangan Perseroan, Manajemen Garuda kembali menyampaikan bahwa kebijakan dan strategi aksi korporasi tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan Pemegang Saham serta para pemangku kepentingan terkait.
Hingga triwulan I/2025, Garuda Indonesia berhasil membukukan pendapatan usaha secara konsolidasi sebesar US$3,42 miliar atau sekitar Rp56,55 triliun. Angka tersebut meningkat 16,34% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$2,94 miliar atau Rp48,61 triliun.
Meski begitu, maskapai pelat merah ini masih mencatatkan kerugian bersih sebesar US$69,78 juta atau sekitar Rp1,15 triliun (asumsi kurs Rp16.536 per dolar AS) pada 2024.