Sejumlah koperasi di Jakarta menunjukkan kinerja yang mentereng setelah mampu melewati badai pandemi. Minat warga pun untuk berkoperasi semakin meningkat meski belum diimbangi dengan lonjakan aktivitas transaksi.
Di tengah dominasi konglomerasi korporasi yang menguasai kue bisnis di Provinsi DKI Jakarta, koperasi tetap menggeliat. Sokoguru ekonomi itu mampu tumbuh setelah melewati hantaman gelombang pandemi Covid-19. Kembali normalnya aktivitas masyarakat dan dunia usaha turut memengaruhi perkembangan usaha koperasi.
Masyarakat di ibukota pun semakin bergairah dalam berkoperasi demi meningkatkan kesejahteraan bersama. Setidaknya hal itu tercermin dari Data Kementerian Koperasi dan UKM per 31 Desember 2021 (bersifat sangat sementara). Jumlah koperasi di DKI Jakarta mencapai 4.542 unit pada 2021, naik sebesar 9,4% dibanding tahun sebelumnya 4.150 unit.
Penambahan jumlah unit koperasi otomatis berdampak pada naiknya jumlah anggota sebesar 18,4% dari 1.474.965 orang pada 2020 menjadi 1.747.086 anggota di 2021. Dari data ini menunjukan bahwa koperasi masih memiliki daya tarik di tengah sorotan publik akibat praktik koperasi abal-abal yang merugikan anggota. Gairah masyarakat yang meningkat dalam berkoperasi turut mempertebal modal koperasi. Ini lantaran kekuatan utama koperasi bersumber dari anggota. Semakin banyak orang yang bergabung maka modal pun ikut terkerek. Tercatat jumlah modal baik yang bersumber dari anggota maupun eksternal sebesar Rp23,15 triliun, naik sebesar 43,0%.
Sementara jumlah aset sebesar Rp34,01 triliun, tumbuh 12,3% dari tahun sebelumnya. Sayangnya meski secara kuantitaf jumlah anggota bertambah, namun justru volume usaha atau omzet koperasi turun sebesar 8,6% menjadi Rp20,28 triliun dari tahun sebelumnya Rp22, 17 triliun. Hal ini mengindakasikan bahwa anggota belum sepenuhnya bertransaksi di koperasi.
Penurunan omzet memengaruhi SHU koperasi yang juga berkurang menjadi sebesar Rp995,87 miliar. Fenomena ini merupakan tantangan yang perlu segera dibenahi baik oleh otoritas terkait maupun pengurus koperasi. Penurunan produktivitas juga tidak sejalan dengan arahan dari KemenkopUKM yang menginginkan penguatan sirkuit ekonomi koperasi.
Koperasi Pegawai Unjuk Gigi
Perkembangan koperasi DKI Jakarta salah satunya ditopang dari kinerja koperasi pegawai. Banyaknya perkantoran baik dari unsur pemerintahan maupun swasta dengan beragam skala usaha turut menyuburkan tumbuhnya koperasi fungsional tersebut. Ambil contoh, kontribusi Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) DKI Jakarta yang memiliki ratusan anggota.
Pada tahun lalu saja, jumlah aset anggota PKPRI sekitar Rp2,5 triliun dengan volume usaha mencapai lebih dari Rp3 triliun. Dengan anggota koperasi primer yang banyak bergerak di usaha simpan pinjam dan sektor riil, PKPRI berkontribusi dalam menggerakkan roda perekonomian Jakarta. Sebut saja anggotanya yang memiliki usaha seperti pengelolaan pom bensin, kantin sekolah, konstruksi dan properti.
Salah satu anggota PKPRI yang melegenda adalah Koperasi Keluarga Guru Jakarta (KKGJ). Koperasi yang diinisiasi oleh para guru SD itu didirikan pada 18 Februari 1953 di Kecamatan Senen, Jakarta-Pusat, dengan nama Koperasi Kredit Guru Djakarta (KKGD). Selanjutnya pada 1991, namanya diubah menjadi Koperasi Serba Usaha Guru Jakarta. Kemudian pada 1993, namanya berubah lagi menjadi Koperasi Keluarga Guru Jakarta (KKGJ).
Di usianya yang mencapai tujuh decade, KKGJ tetap eksis dengan jumlah anggota hampir 10 ribu orang. Usahanya bermacam-macam seperti simpan pinjam pengelolaan SPBU, SPBE, agen gas elpiji, depot air minum, agribisnis, hingga toko ritel modern.
Produk yang menjadi primadona anggota adalah simpan pinjam. Ini karena pelayanan cepat dan administrasi yang sederhana. Selain itu, agar layanan simpan pinjam tetap menarik minat anggota pengurus melakukan inovasi dengan memberikan tarif jasa pinjaman yang sangat murah dalam periode tertentu.
Layanan lain yang juga digandrungi anggota adalah perdagangan umum seperti kendaraan dan alat-alat elektronik. Apalagi dengan semakin meningkatnya kesejahteraan guru SD di Jakarta, kebutuhan terhadap barang sekunder dan tersier ikut meningkat.
Hampir seumuran dengan KKGJ, ada Koperasi Pegawai Pos Indonesia Jakarta Pusat (Kopposindo) yang merupakan koperasi fungsional di bawah naungan PT Pos Indonesia (Persero). Koperasi ini didirikan pada 1 Februari 1952 oleh para pegawai Kantor Pos dan Telegrap Besar Kelas 1 Jakarta.
Kualitas layanan yang diberikan menjadi kunci sukses Kopposindo selama ini. Sehingga tidak heran jika Kopposindo yang beranggotakan 2.163 orang anggota pada 2021 lalu itu kerap memenangkan tender di luar proyek dari PT Pos Indonesia. Ambil contoh di unit usaha jasa tenaga kerja yang dikelola Kopposindo pernah mendapatkan proyek pengadaan tenaga kerja alih daya dari industri perbankan seperti dari Bank Indonesia, Citi Bank, Bank BRI , dan Bank BNI.
Sementara di induknya, seabreg proyek sudah didapat dari koperasi dengan aset sebesar Rp170,94 miliar pada 2021 itu. Sejak 1996 Kopposindo, dipercaya mengelola perparkiran di Gedung Pos Ibukota Jakarta, dengan menggunakan teknologi sistem perparkiran terkini. Selain itu, sejak 2011, Kopposindo beberapa kali memenangkan tender pengadaan-pengadaan perangkat IT, kantong pos, timbangan, mesin hitung uang, CCTV, forklift, untuk kebutuhan Kantor Pos di seluruh Indonesia.
Kepiawaian Pengurus yang jeli melihat peluang bisnis dan didukung dengan SDM berkualitas menjadikan Kopposindo meraih banyak prestasi baik dari pihak independen maupun pemerintah.
Omzet Kisel Capai Rp8,2 Triliun
Salah satu koperasi di DKI Jakarta yang tetap mentereng baik saat pandemi maupun setelahnya adalah Koperasi Telekomunikasi Selular (Kisel). Koperasi yang didirikan pada 23 Oktober 1996 ini, sebagai entity support kebutuhan internal Telkomsel terutama untuk memenuhi kebutuhan Sumber Daya Manusia pendukung dan proyek pencetakan invoice yang tersebar di 14 Wilayah.
Bisnis utama Kisel bergerak di bidang penyedia jasa Sales and Distribution Channel (Penjualan dan Distribusi), General Service (Layanan Umum), dan Telco Infrastructure & Power Engineering. Dengan 11 Kantor Wilayah bisnis Sales and Distribution Channel meliputi bisnis penyediaan layanan sales dan distribusi produk-produk industri Telco sampai ke seluruh pelosok nusantara.
Bisnis Telco Infrastructure diarahkan untuk menjalin kerjasama dengan operator Telco terkait dengan support berbagai proses bisnis implementasi infrastruktur, pengoperasian jaringan dan optimalisasi network. Sedangkan bisnis General Service mengoptimalkan potensi bisnis pemenuhan kebutuhan produk dan jasa penunjang operasional bisnis dan perkantoran.
Per Juni 2023, omzet Kisel mencapai Rp4,1 triliun, aset sebesar Rp1,2 triliun dengan jumlah anggota sebanyak 4.079 orang. Dengan pencapaian yang baru setengah jalan di tahun ini, bukan tidak mungkin omzetnya bakal melebihi pada 2022 sebesar Rp8,2 triliun.
Aset Kopindosat Melesat 44%
Kopindosat merupakan Koperasi Pegawai PT Indosat, Tbk., yang didirikan pada 15 Agustus 1983 oleh pejabat dan karyawan Indosat pada saat itu. Koperasi yang terletak di jalan Kebagusan I Pasar Minggu Jakarta Selatan itu memiliki lini bisnis yang beragam.
Kopindosat yang kini dipimpin oleh Wahono itu bergerak di bidang usaha Jasa Teknik, Jasa Transportasi, Jasa Pemasaran, Perdagangan Umum, dan Properti. Dalam RAT ke-39 yang digelar pada 25 Mei 2023, menghasilkan sejumlah keputusan strategis di antaranya menyetujui kenaikan Simpanan Pokok menjadi Rp200 ribu dan Simpanan Wajib Anggota Rp300 ribu untuk angota karyawan aktif dan Rp150 ribu untuk anggota pensiunan.
Sebagai agenda pamungkas, anggota juga telah menyetujui usulan Pengurus untuk membagikan SHU sebesar Rp3,252 miliar, belum termasuk dividen dari PT. Persada, Tbk, anak perusahaan Kopindosat.
Pada 2022, secara tahunan omzet Kopindosat Group sebesar Rp953 miliar, naik 5,2% dibanding tahun sebelumnya. Sementara aset mencapai Rp789 miliar, atau tumbuh sebesar 44% dari 2021.
KOMIDA Salurkan Pembiayaan Rp2,5 Triliun
Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA) merupakan Koperasi simpan pinjam yang membantu perempuan berpendapatan rendah dalam pemenuhan modal usaha. Tidak adanya jaminan berupa barang serta mudahnya proses dalam mengajukan pinjaman menjadikan KOMIDA digemari oleh anggota.
Selain melakukan simpan-pinjam, sesuai dengan tujuan utama lembaga, KOMIDA juga menyediakan pelayanan non-keuangan berupa pelatihan kesehatan, memotivasi pendidikan bagi anak anggota, dan pengelolaan keuangan keluarga. Semua jenis pelayanan berkualitas tersebut didukung oleh staf yang kompeten.
Per Juni 2023, KOMIDA menyalurkan pembiayaan sebesar Rp2,5 triliun dan total aset mencapai Rp2,8 triliun. Pencapaian koperasi yang dipimpin oleh Slamet Riyadi ini tidak lepas dari dukungan anggota yang berjumlah 798.536 orang. (Kur).