hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Fokus  

Ekonomi dan Keuangan Digital Terus Melesat di 2022

E-commerce tetap menjadi mesin pertumbuhan terbesar dengan proyeksi transaksi mencapai Rp530 triliun pada tahun depan.

Penetrasi digital dalam ekonomi dan industri keuangan khususnya sistem pembayaran, diprediksi semakin masif seiring dengan tren perubahan perilaku masyarakat akibat akses internet yang meluas.  Terlebih dengan adanya pembatasan mobilitas dan interaksi fisik selama pandemi COVID-19, menjadikan  layanan berbasis digital semakin naik daun.

Mengutip riset Google, Temasek dan Bain dengan tajuk ‘e-Conomy SEA 2021’, menyebut bahwa layanan ekonomi digital meliputi  e-commerce, berbagi tumpangan (ride hailing), pesan-antar makanan, media digital, online travel, serta layanan finansial.

Riset yang sama memprediksi, nilai ekonomi digital Indonesia akan mencapai USD70 miliar atau setara Rp998 triliun pada tahun ini. Dari jumlah itu, kontribusi terbesar disumbang oleh layanan e-commerce, disusul layanan transportasi dan jasa pesan antar makanan.

Skala ekonomi e-commerce diperkirakan sebesar USD53 miliar atau Rp755 triliun pada tahun ini. Sementara nilai transaksi sektor transportasi online dan pesan-antar makanan sebesar USD6,9 miliar atau Rp98,4 triliun.

Senada dengan riset tersebut, Bank Indonesia memprediksi transaksi e-commerce akan meningkat pada tahun ini menjadi sebesar Rp403 triliun. Nilai itu akan semakin berkembang pada tahun depan.  

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, semua jenis transaksi keuangan dan ekonomi digital akan tumbuh dua digit pada 2022,  termasuk transaksi di e-commerce, uang elektronik, dan digital perbankan.

“Ekonomi dan keuangan digital meningkat pesat pada tahun 2022, transaksi e-commerce mencapai Rp530 triliun,” ujar Perry dalam pidatonya di acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia akhir November lalu.

BI juga memproyeksikan transaksi perbankan digital dan digital banking pada 2022 akan mencapai lebih dari Rp48.000 triliun atau meningkat sekitar 21,8% dari proyeksi tahun ini sebesar Rp40.000 triliun. Untuk transaksi uang elektronik akan tumbuh 16% dari Rp289 triliun pada tahun ini menjadi Rp337 triliun pada 2022.   

Untuk mendukung perkembangan ekonomi dan keuangan digital, BI terus memperkuat konsolidasi industri. Caranya dengan membangun ekosisitem end-to-end antara perbankan digital,  fintech, dan e-commerce. Sehingga nantinya akan lahir perusahaan-perusahaan e-commerce lokal berkelas dunia.

Selain itu, BI akan membangun infrastruktur sistem pembayaran yang modern, termasuk perluasan QRIS dengan target tambahan 15 juta pengguna pada 2022, kerjasama QRIS antarnegara, pengembangan SNAF, BI Fast, melanjutkan elektronifikasi transaksi keuangan pemerintah daerah, bansos G2P 4.0, moda transportasi, serta digitalisasi UMKM dan pariwisata. BI juga tengah menyiapkan rupiah digital sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia.

Sementara riset Katadata Insight Center (KIC) memprediksi e-commerce di Indonesia diproyeksikan masih terus bertumbuh hingga 21% pada 2025. Produk yang dicari umumnya adalah fesyen dan aksesoris. Untuk kanal dan promo belanja preferensi konsumen yaitu marketplace sejumlah 85,6 persen dan diikuti dengan social commerce dan website brand. Promo menjadi alasan utama konsumen menggunakan e-commerce.

Akses Internet dan Penetrasi Gadget

Perkembangan ekonomi dan layanan keuangan digital tidak lepas dari semakin luasnya penggunaan internet di tengah masyarakat.  Melansir data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), jumlah pengguna internet di Indonesia saat ini telah mencapai 202 juta orang.  Jumlah ini meningkat 15,5% atau 27 juta jiwa jika dibandingkan pada Januari 2020 lalu.

Dengan total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 274,9 juta jiwa, artinya penetrasi internet di telah mencapai 73,7%. Hal ini termuat laporan terbaru yang dirilis oleh layanan manajemen konten HootSuite, dan agensi pemasaran media sosial We Are Social dalam laporan bertajuk “Digital 2021”.

Laporan itu juga menyebut, pengguna internet berusia 16 hingga 64 tahun diketahui memiliki beberapa perangkat elektronik berbeda, termasuk telepon genggam (baik smartphone maupun non-smartphone), laptop/PC, tablet, smartwatch, dan sebagainya.

Dari berbagai jenis perangkat tersebut, smartphone menjadi perangkat yang paling populer. Pengguna internet Indonesia (usia 16 hingga 64 tahun) yang memiliki telepon genggam adalah 98,3%. Tercatat ada 96,4% atau 195,3 juta orang Indonesia yang mengakses di internet melalu ponsel genggamnya.

Saat ini, dengan semakin murahnya harga smartphone dengan spesifikasi yang bagus menyebabkan satu bisa memiliki dua atau lebih ponsel. Sehingga tidak heran hampir 100% masyarakat memiliki ponsel pintar.

Pada kesempatan berbeda, ekonom Aviliani mengungkapkan,  ekonomi digital pada 2022 akan meningkat signifikan apabila tidak ada varian baru Covid-19. “2022 seharusnya sudah kembali normal seperti 2019. Meskipun ekonomi global tidak akan sebaik 2021 dimana banyak stimulus ekonomi yang sudah mulai dikurangi di negara maju dinegara maju, sehingga negara maju kemungkinan pertumbuhannya juga lebih rendah,” kata Aviliani.Indonesia, kata Aviliani, memiliki potensi ekonomi digital sebab pasar domestiknya sangat besar. Saat ini ekonomi Indonesia sudah mengalami pertumbuhan karena daya beli yang membaik. “Semua berharap varian baru COVID-19 tidak akan masuk Indonesia walaupun pemerintah memprediksikan bahwa Indonesia akan mengalami gelombang ke-3 pada akhir 2021,” ujarnya.

Mengacu pada hasil-hasil riset tersebut, ekonomi dan keuangan digital terus gaspol pada tahun depan. Pandemi COVID-19 yang diprediksi belum usai sampai pertengahan 2022 turut mengakselerasi pertumbuhan tersebut. Oleh karenanya, jika usaha ingin cepat berkembang, kemampuan memanfaatkan teknologi digital menjadi keharusan. (KUR). 

pasang iklan di sini