
PeluangNews, Jakarta-PT Bank Maybank Indonesia Tbk dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) meluncurkan inisiatif program pemberdayaan kelompok petani kakao perempuan di Kampung Merasa, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Program ini menjadi bagian dari komitmen kedua pihak untuk memperkuat peran perempuan dalam pembangunan berkelanjutan sekaligus menjaga kelestarian hutan hujan tropis Kalimantan.
Program tersebut dirancang untuk meningkatkan kapasitas kelompok petani perempuan dalam menerapkan praktik pertanian berkelanjutan yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan tanpa mengorbankan lingkungan. Head of Sustainability Maybank Indonesia, Maria Trifany Fransiska, menegaskan bahwa inisiatif ini sejalan dengan arah kebijakan keberlanjutan Maybank Group.
“Kita ada bagian untuk kreditnya juga, jadi ada pembiayaan yang memang ditujukan untuk kategori keberlanjutan,” ujar Maria. Ia menjelaskan bahwa secara global Maybank Group menargetkan mobilisasi pembiayaan berkelanjutan sebesar 80 miliar ringgit Malaysia pada 2025. “Kalau untuk di Maybank Indonesia sendiri, per tahun ini kita memang targetkan, nanti untuk berapanya kita akan spill setelah akhir tahun,” katanya, usai peluncuran ‘Program pemberdayaan kelompok petani kakao perempuan di Kampung Merasa, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur’ di Jakarta, Kamis (26/11).
Maria menambahkan, komitmen pembiayaan berkelanjutan Maybank Indonesia telah diselaraskan dengan klasifikasi yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Saat ini komposisi kita terhadap total loan mencapai 20 persen untuk karya keberlanjutan,” ucapnya. Ia menjelaskan bahwa Maybank telah memiliki sustainable product framework yang dibangun di tingkat Maybank Group dan mengacu pada standar internasional.
“Itu framework yang kita bangun di level Maybank Group, dan itu merupakan standar internasional. Kita bekerja sama dengan Sustainalytics sebagai lembaga penilai global. Melalui framework itulah kita mengelompokkan pembiayaan mana yang bisa masuk kategori sustainable finance,” jelasnya.
Maria juga menegaskan bahwa kolaborasi Maybank dengan YKAN dan berbagai organisasi lainnya berkaitan dengan kegiatan sosial berdasarkan tiga pilar utama. “Aksi sosial kita didasarkan pada tiga pilar: empowering education, community empowerment, dan environmental diversity,” paparnya.
Dia menambahkan, selama kegiatan tersebut memenuhi standar framework internal maupun ketentuan OJK, Maybank membuka ruang untuk mendukung berbagai inisiatif keberlanjutan.
Terkait rencana keberlanjutan tahun depan, Maria menyebut bahwa skema pembiayaan berpotensi mengalami penyesuaian. “Kemungkinan besar ada perubahan karena itu kan tahun 2024. Tahun 2025 ini kita masih menunggu hasil-hasil akhirnya dulu. Tapi secara garis besar, mostly ada di social financing, jadi bukan funding yang sifatnya granted seperti CSR,” ujarnya.
Menurutnya, social financing Maybank saat ini terutama diarahkan pada pemberdayaan dan pembiayaan UMKM. Di samping itu, pembiayaan hijau (green financing) juga terus meningkat, terutama di sektor energi terbarukan. “Green financing kita terkait renewable energy, itu juga salah satu yang saat ini meningkat,” kata Maria.
Sementara itu Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto menyampaikan, sebagai negara dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara konservasi dan kebutuhan ekonomi. Pembukaan lahan untuk berbagai komoditas sering kali mengorbankan ekosistem hutan, yang berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, pendekatan berbasis masyarakat, seperti Perhutanan Sosial dan pengelolaan kakao berkelanjutan, menjadi salah satu solusi yang menjanjikan seperti yang dilakukan di beberapa wilayah di Berau.
Untuk itu Herlina mengapresiasi kolaborasi antara Maybank Indonesia dengan YKAN dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus melestarikan hutan hujan tropis Kalimantan.
“Selama tiga tahun ke depan, dengan dukungan dari Maybank Indonesia, kami menargetkan dapat memberikan manfaat bagi 100 perempuan penerima manfaat langsung dan 500 masyarakat untuk dapat terlibat aktif dalam pengambilan keputusan hijau. Selain itu, kerja sama ini diharapkan juga dapat melindungi setidaknya 100 ha hutan di wilayah Kampung Merasa, dari alihfungsi lahan,” papar Herlina.
Melalui program pemberdayaan petani kakao perempuan di Berau, Maybank Indonesia dan YKAN berharap dapat menciptakan dampak jangka panjang berupa peningkatan kesejahteraan, ketahanan ekonomi komunitas, serta perlindungan ekosistem hutan yang menjadi penopang kehidupan masyarakat Kalimantan Timur.
Kakao Istimewa dari Hutan yang Terjaga
Lebih lanjut Dina Riska, Community Development Manager YKAN menjelaskan, kakao fermentasi dari Kampung Merasa memiliki cita rasa madu dan citrus yang khas. Hal ini terjadi karena Kampung Merasa dikelilingi hutan pohon banggeris, tempat bersarang favorit lebah penghasil madu.
“Ini yang membuat kakao dari Merasa itu unik. Kami sudah mendampingi para petani di Merasa sejak tahun 2019. Salah satunya melalui kegiatan Internal Controlling System (ICS), yang memungkinkan masyarakat terus belajar untuk dapat menghasilkan kakao berkualitas premium, sekaligus terhubung dengan pasar,” sebut Dina Riska.
Salah satu cara yang dilakukan para petani di Merasa untuk mendapatkan pasar yang bisa menyerap kakao premium mereka, yaitu dengan mengirimkan sampel biji kakao ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember dalam rangka seleksi nasional di tahun 2021. Pemenang pertamanya akan mengikuti acara dua tahunan Cocoa of Excellence di Paris.
Tujuan kegiatan ini adalah memberikan apresiasi kepada biji kakao terbaik di seluruh dunia. Meski tidak menang, namun kakao berhasil masuk 8 besar dan jadi modal mereka untuk menawarkan kakao Kampung Merasa ke produsen artisan cokelat lokal, Pipiltin Cocoa.
“Kami sangat tertarik waktu itu dan di tahun 2022, kami secara resmi mengangkat kakao Merasa menjadi signature, melalui jenama Single Origin (SO) Kampung Merasa 74 persen dengan kecenderungan rasa pahit. Kakao dari Kampung Merasa menjadi perwakilan biji kakao pertama dari Pulau Kalimantan yang diolah Pipiltin Cocoa,” Head of Sales Pipiltin Cocoa, Riza Amala.
Riza menambahkan, saat itu Pipiltin juga telah berkomitmen untuk menyerap berapa pun panen yang dihasilkan dari Kampung Merasa. Namun karena berbagai kendala seperti keterbatasan keterampilan termasuk musibah banjir yang kerap melanda Merasa, membuat kampung tersebut kesulitan untuk memenuhi permintaan Pipiltin.
Perwakilan kelompok petani kakao perempuan yang datang langsung dari Merasa, Irmaya Banewang sangat menantikan pelatihan dan pendampingan yang akan diberikan Maybank bersama dengan YKAN. Menurutnya saat ini permintaan produk olahan kakao fermentasi mereka terus berdatangan.
“Ini yang membuat kami makin semangat. Kami juga ingin, lewat dukungan ini, anak-anak muda di kampung bisa melihat bahwa bertani kakao itu punya masa depan. Bahwa kita bisa hidup sejahtera tanpa harus merusak hutan. Karena bagi kami, hutan itu bukan cuma tempat mencari nafkah, tapi juga bagian dari hidup yang harus dijaga,” tandasnya.







