
PeluangNews, Jakarta – Kebutuhan investasi untuk sektor ketenagalistrikan dalam 10 tahun ke depan mencapai Rp3.000 triliun. Angka ini diperlukan untuk menjalankan mandat transisi energi yang menuntut penyediaan listrik yang terjangkau sekaligus berkelanjutan.
Demikian diungkapkan Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo dalam PLN CEO Forum, di ICE BSD, Rabu (26/11/2025).
“Kita perlu membangun suatu ekosistem yang kondusif untuk berinvestasi,” kata Darmawan.
Dia mengingatkan bahwa transformasi besar ini bukan hanya soal menambah kapasitas pembangkit, tetapi juga memastikan sistem energi nasional mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Penyediaan energi yang affordable, lanjutnya, menjadi faktor kunci dalam menarik investasi baru. Investasi itu nantinya akan menciptakan lapangan kerja yang luas, mengurangi kemiskinan, mengatasi kelaparan, dan memacu pemerataan ekonomi.
“Tentu saja saya sebagai Direktur Utama PT PLN Persero mendapatkan tugas yang berat. How are we going to be able to provide affordable energy. Kenapa? Karena dengan adanya affordable energy ini akan ada investasi baru,” kata dia.
Darmawan mengatakan tugas PLN tidak sebatas menyediakan listrik bagi kebutuhan industri dan masyarakat, tetapi juga menjaga daya saing nasional.
Untuk itu, ekosistem investasi harus dibangun secara strategis agar pembangunan infrastruktur kelistrikan dapat berjalan cepat dan efisien.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru, PLN menyatakan bahwa 76% tambahan pembangkit dalam 10 tahun mendatang berasal dari energi baru terbarukan (EBT) dan nuklir.
Kebijakan ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan. Transisi ini juga menjadi bagian dari upaya menurunkan emisi gas rumah kaca secara signifikan.
“Di saat yang bersamaan juga kami mendapatkan tugas untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Maka tiga bulan lalu ada RUPTL, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik. Di mana penambahan pembangkit selama 10 tahun, 76% nya adalah berbasis pada energi baru terbarukan dan juga nuklir,” imbuh dia.
Kebijakan ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan. Transisi ini juga menjadi bagian dari upaya menurunkan emisi gas rumah kaca secara signifikan.
“Di saat yang bersamaan juga kami mendapatkan tugas untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Maka tiga bulan lalu ada RUPTL, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik. Di mana penambahan pembangkit selama 10 tahun, 76% nya adalah berbasis pada energi baru terbarukan dan juga nuklir,” kata dia.
Ia juga menyoroti peran pemerintah dan para CEO lintas sektor, termasuk Danantara sebagai induk holding energi, yang disebut siap mendukung penuh agenda besar ini.
Kolaborasi nasional dan internasional diperlukan, mengingat banyak teknologi dan pendanaan global yang harus diakses untuk mewujudkan transformasi energi.
“Namun, saya tidak khawatir juga karena di sini ada atasan saya, CEO Danantara juga siap mendukung kami semuanya. Dan dalam hal ini juga dari pemerintah juga siap mendukung membangun ekosistem bagi semua untuk kita agar semuanya bisa lebih produktif dan bisa bekerja bersama-sama,” tutur Dirut PLN Darmawan Prasodjo.[]







