Layanan digital mengerek fee based income dan perolehan dana murah bagi bank. Pengguna pun diuntungkan dengan proses transaksi yang semakin mudah dan cepat. Hal ini perlu diimbangi dengan peningkatan cyber security dan edukasi.
Masyarakat kian gandrung dengan layanan digital, termasuk dalam melakukan transaksi keuangan. Hal ini didukung dengan penetrasi ponsel pintar dan internet yang meluas. Digitalisasi menawarkan kemudahan dan kecepatan sehingga dinilai lebih efektif dan efisien. Alhasil, layanan perbankan digital seperti mobile banking dan internet banking terus menanjak.
Data Bank Indonesia mencatat dalam lima tahun terakhir, volume dan nilai transaksi layanan digital banking (phone banking, SMS banking, mobile banking, dan internet banking) melonjak. Pada 2019, volume transaksi sebanyak 3,5 miliar transaksi dan terus meningkat menjadi 11,8 miliar transaksi di 2022.
Sementara nilai transaksi di 2019 sebesar Rp27.379,7 triliun dan melonjak hingga Rp52.548,9 triliun di 2022. Sementara pada tahun ini (sampai dengan Juli 2023) nilai transaksi mencapai Rp32.517,7 triliun, dengan internet banking mencatatkan nilai transaksi tertinggi sebesar Rp25.667,9 triliun dan disusul dengan SMS/mobile banking dengan nilai mencapai Rp6.848,8 triliun.
Merespons perkembangan layanan digital banking, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari mengatakan, peningkatan transaksi ekonomi dan keuangan digital akan terus berlanjut ke depannya seiring dengan perluasan serta optimalisasi ekosistem pengguna layanan keuangan digital.
Menurut Perempuan yang biasa disapa Kiki itu, salah satu faktor pendorong yang membuat perkembangan transaksi keuangan digital di Indonesia meningkat, yakni adanya adaptasi transaksi digital yang juga meningkat pesat seiring dengan penetrasi penggunaan internet di Indonesia.
“Faktor lainnya, kehadiran berbagai fitur pembayaran baru, terutama dengan adanya QRIS yang diinisiasi BI. Hal itu yang menyebabkan transaksi digital di Indonesia menjadi sangat cepat,” ujarnya dalam Webinar Nasional ISEI, beberapa waktu lalu.
Lonjakan transaksi perbankan digital selaras dengan semakin meleknya masyarakat terhadap internet. Laporan We Are Social mencatat, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 213 juta orang per Januari 2023, setara 77% dari total populasi Indonesia yang sebanyak 276,4 juta orang. Jumlah pengguna internet itu naik 5,44% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 202 juta orang.


Seperti diketahui, internet banking adalah layanan online perbankan yang operasionalnya secara digital menggunakan teknologi internet. Salah satu kelebihannya yakni memudahkan nasabah melakukan transaksi, mulai dari transfer, cek saldo, hingga melakukan pembayaran cicilan yang semuanya dapat diakses melalui ponsel pintar.
Sementara mobile banking memiliki fitur yang serupa atau hampir sama dengan internet banking, yang membedakan hanya dari akses menggunakan aplikasi yang harus diunduh dan diinstal terlebih dahulu ke ponsel pengguna. Mobile banking secara umum memiliki fitur yang lebih lengkap dibanding dengan internet banking seperti cek tagihan kartu kredit atau mengetahui lokasi ATM terdekat.
Petik Cuan Dari Layanan Digital
Sejak beberapa tahun terakhir, perbankan di Indonesia berlomba-lomba menggenjot layanan digital banking kepada nasabah. Ini tidak lepas dari tujuan untuk memperoleh fee based income sekaligus memupuk perolehan dana murah. Seperti yang dilakukan Bank BCA yang kondang sebagai transactional banking.
Pada semester I 2023, total volume transaksi BCA mencapai 14,3 miliar naik 27,2% secara tahunan. Pertumbuhan itu ditopang oleh inovasi yang berkesinambungan di ekosistem multi-channels serta basis nasabah yang terus meningkat. Kanal mobile banking BCA mencatat kenaikan volume transaksi tertinggi, tumbuh sebesar 44,0% secara tahunan.
BCA juga terus menambahkan sejumlah fitur untuk meningkatkan kenyamanan bertransaksi di aplikasi myBCA. Setelah sebelumnya menghadirkan fitur kontrol transaksi hingga request limit kartu kredit, kini myBCA turut dilengkapi dengan fitur pembayaran tagihan kartu kredit. BCA juga telah memperkenalkan fitur QRIS Customer Presented Mode pada EDC BCA.
“Kini, nasabah dapat melakukan pembayaran dengan menunjukkan QR code dari aplikasi BCA mobile, dan kemudian di-scan oleh QR Reader BCA dari merchant. myBCA dan BCA mobile akan senantiasa berjalan bersamaan ke depan untuk memberikan solusi komprehensif layanan perbankan bagi nasabah,” ujar Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank BCA dalam keterangan pers.
Bank-bank pelat merah pun semakin giat dalam melakukan transformasi digital. Menurut Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri upaya transformasi digital telah membuahkan hasil positif. Hasil ini tercermin dari transaksi digital Bank Mandiri melalui Livin’ dan Kopra by Mandiri yang tumbuh signifikan.
“Livin’ dan Kopra by Mandiri turut menyumbang pertumbuhan dana pihak ketiga khususnya dana murah yang signifikan. Ini membuktikan bahwa transformasi digital yang dilakukan Bank Mandiri telah berhasil berkontribusi signifikan terhadap kinerja keuangan dengan tren yang terus membaik,” ungkap Darmawan.
Aplikasi Livin’ Bank Mandiri sudah mengelola lebih dari 1,3 miliar transaksi dengan total nilai mencapai Rp1.500 triliun atau naik 43,4% secara tahunan per Juni 2023. Aplikasi tersebut juga telah diunduh lebih dari 28,5 juta kali dengan jumlah pengguna mencapai 19,2 juta.
Sedangkan untuk layanan Wholesale Digital Super Platform Kopra by Mandiri, transaksinya tumbuh 8,6% secara tahunan. Pengguna Kopra by Mandiri, yang kini juga telah hadir dalam versi mobile app, naik sebesar 123,2% menjadi 123.000 pengguna.
Sementara Bank BRI juga sukses melakukan transformasi digital. Ini terlihat dari kenaikan fee-based Income (FBI) yang tumbuh double digit mencapai Rp10,22 triliun pada semester I-2023. Hal ini salah satunya ditopang super App BRI yaitu BRImo yang sudah dipakai oleh 27,8 juta pemgguna atau naik 50,6%.
Seperti diketahui, BRImo merupakan aplikasi keuangan digital BRI berbasis data internet yang memberikan kemudahan bagi nasabah maupun non nasabah BRI untuk dapat bertransaksi dengan User Interface dan User Experience terbaru, fitur login face recognition, login fingerprint, top up gopay, pembayaran QR dan fitur-fitur menarik lainnya, dengan pilihan Sumber Dana/sumber dana setiap transaksi dapat menggunakan rekening Giro/ Tabungan.
Aplikasi BRImo terus dikembangkan untuk mempersiapkan model bisnis baru ke depan, kebiasaan pergeseran nasabah yang sebelumnya bertransaksi melalui unit kerja BRI, kemudian beralih ke ATM dan SMS Banking, diharapkan ke depan seluruh nasabah mulai bertransaksi melalui internet banking.
Bank pelat merah lainnya yaitu Bank BNI juga mencatatkan pertumbuhan kinerja digital banking. Jumlah pengguna BNI Mobile Banking pada semester I 2023 mencapai 14,9 juta. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan pencetakan nilai transaksi yang mampu mencapai Rp 544 triliun, dengan jumlah transaksi lebih dari 460 juta.

BNI Mobile Banking didesain untuk mendukung BNI dalam memperluas layanan dengan memanfaatkan ekosistem BNI Group dan global partners. Aplikasi ini menyediakan layanan perbankan yang memudahkan nasabah untuk bertransaksi langsung melalui smartphone secara aman, mudah, dan cepat.
Fitur BNI Mobile Banking antara lain informasi saldo, transfer, pembayaran tagihan telepon, pembayaran kartu kredit, pembayaran tiket pesawat, pembelian pulsa, pembukaan rekening Taplus, pembukaan rekening Deposito, dan masih banyak lagi. BNI Mobile Banking juga dapat diaktifkan dan digunakan untuk bertransaksi di luar negeri.
Meningkatnya animo masyarakat terhadap layanan digital banking perlu diimbangi dengan perlindungan keamanan (cyber security) oleh seluruh pihak terkait. Selain itu, edukasi kepada nasabah juga terus digenjot agar jangan sampai kemudahan yang diberikan membawa petaka seperti terjebak dalam judi online. (Kur).