Awalnya sempat diragukan bisa berkembang karena modal yang minim dan terbatasnya produk yang dijual. Namun kini omzetnya senilai Rp50 juta perbulan dan merangkul banyak reseller dari berbagai daerah.
KAIN SASIRANGAN merupakan kain adat kebanggaan suku Banjar di Kalimantan Selatan. Oleh karenanya tidak heran hampir setiap toko oleh-oleh disana menjajakan kain tersebut. Salah satunya adalah Katuju Sasirangan yang didirikan pada 2014 oleh Riza Aspihany bersama sang istri Masnita Indah Sari.
“Katuju” diambil dari bahasa Banjar yang artinya senang atau suka. Pemilihan nama ini di luar kebiasaan karena pada umumnya para UKM yang lain mengambil nama anak mereka sebagai nama tokonya. Namun Riza memiliki argumentasi sendiri yaitu agar tokonya memiliki ciri khas yang berbeda. “Semua pelaku usaha tentu berharap bisnisnya dapat sukses dan berkembang, makanya kami membedakan nama toko dari yang lain” ujarnya.
Bukan hal mudah bagi Riza dan istri untuk membesarkan usaha. Terlebih pasangan itu tidak memiliki sumber daya finansial yang besar. Modal awalnya hanya Rp2,5 juta hasil menyisihkan sebagian penghasilannya. Dengan modal seadanya dan jam terbang yang minim, mereka sering dicibir dan diragukan oleh pelaku UKM yang lebih dulu mapan.
Namun demikian, Riza memilih untuk tetap fokus mengembangkan usaha. Bersama sang istri, ia rajin mengikuti pelatihan maupun penjualan online untuk mempromosikan produknya. Agar lebih fokus pada 2017, ia pun resign dari tempatnya bekerja dan full time berbisnis fesyen dengan bahan dasar kain sasirangan.
Berkat ketekunan dan semangat pantang menyerah, kini usahanya semakin berkembang. Jika pada awal usaha hanya mempekerjakan satu orang, kini sudah bisa merekrut 10 tenaga kerja. Omzetnya pun menanjak menjadi Rp50 juta perbulan. “Jangan takut bersaing dan terus lakukan inovasi,” ujar Riza mengungkapkan rahasia kesuksesannya.
Katuju Sasirangan juga merangkul banyak reseller dari berbagai daerah. Para ujung tombak pemasaran itu pun diberi layanan yang memuaskan dimana mereka dapat menukar barang yang tidak terjual dengan motif dan warna yang berbeda. Dengan begitu, reseller diharapkan tidak mengalami kerugian. (Drajat)